28 - Satu Kesempatan yang Dihancurkannya Karena Ucapannya

10 5 0
                                    

"Apa kamu tidak apa-apa, San?"

San menatap Mingi, kemudian hanya tersenyum. Tidak mengatakan apa-apa dan kembali menatap buku menu yang ada di tangannya. Itu membuat Mingi frustrasi, karena dia selama ini terbiasa dengan San yang banyak berbicara kepadanya dan bukan versi San yang seperti ini.

Namun, di saat bersamaan Mingi menyadari satu hal yang seperti ironi. Hubungannya selama ini bagaimana bisa berjalan selama itu jika Mingi sekarang kebingungan untuk mengatakan sesuatu kepada San?

"San, apa kamu...?"

"Mingi, bisakahn kamu berhenti menanyakan hal yang sama kepadaku?" tanya San dan menatap Mingi tanpa ekspresi. "Terima kasih karena menunjukkan kepedulian kepadaku, tetapi jawaban pertamaku dan responku setelahnya seharusnya cukup untuk membuatmu tidak bertanya kembali."

Respon San itu membuat Mingi terdiam. Rasanya yang duduk di depan Mingi sekarang bukanlah orang yang dikenalnya dan itu membuat perasaan Mingi campur aduk. Karena di satu sisi, Mingi merasa kesal kepada San yang memperlakukannya seperti itu tanpa mengatakan apa yang sebenarnya kesalahan yang dilakukannya. Namun, di sisi lain, Mingi merasa jika San bersikap seperti dirinya jika merasa kesal terhadap hal-hal sepele.

Jadi beginikah rasanya orang-orang jika menghadapi Mingi selama ini?

"Bagaimana kabarmu, San?" tanya Mingi, mengubah pertanyaannya.

Karena pada akhirnya, Mingi hanya seseorang yang begitu putus asa untuk bisa berbicara dengan San. Mingi tidak bisa melepaskan San karena baginya, satu-satunya orang di dunia yang bisa mengerti dirinya hanyalah lelaki itu.

"Tidak bisa dibilang baik, tapi belum tahu apakah akan bisa menjadi lebih buruk dari ini," jawab San yang kemudian menoleh ke arah pelayan yang memegang kertas untuk mencatat pesanan, "Asparagus soup satu, salmon salad satu, tenderloin steak satu dengan kematangan medium rare, chocolate souffle satu...," San berhenti berbicara dan melihat-lihat menu bagian belakang, kemudian menatap pelayan tersebut dan bertanya, "kalian punya jus buah apa? Di menu hanya dituliskan jus buah dan tergantung musimnya."

Mingi mendengar pelayan tersebut menjelaskan kepada San, tetapi nyatanya tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan karena dikepalanya memikirkan hal lain. San makan banyak itu bukanlah hal yang mengherankan, tetapi menu yang dipesannya yang membuat Mingi tidak mengerti.

"Hei, Mingi." Panggilan San membuatnya menatap lelaki itu. "Kamu mau pesan apa?"

"San, kenapa kamu makan sayur?"

"Apa?" tanya San mengernyit, lalu sesaat kemudian menyadari apa yang Mingi maksud. "Oh, maksudmu salmon salad? Seleraku sudah berubah."

"Secepat itu?"

"Daripada bertanya hal itu, lebih baik kamu pesan sesuatu," ucap San yang kemudian melirik pelayan yang tengah menunggu mereka, "ada orang yang menunggu di sini dan aku harus berada di rumah sakit jam satu nanti."

Mingi menghela napas panjang, tetapi pada akhirnya dia menyamakan pesanan dengan San. Bukan karena tidak tahu harus memesan apa, tetapi karena Mingi hendak segera berbicara dengan San tanpa gangguan. Begitu pelayan berlalu dari meja mereka, San meminum air di gelasnya.

"Kamu sebenarnya kenapa, San?" tanya Mingi, frustrasi. "Apa maksudmu seleramu sudah berubah saat selama bersamaku, kamu bahkan tidak mau makan sayur?" Kemudian Mingi berdecak, lalu berkata, "Tidak ... maksudku, apa yang membuatmu seperti ini? Ke mana San yang selama ini kukenal?"

San menatap Mingi, kemudian menghela napas panjang. Seharusnya yang frustrasi sekarang adalah Mingi, bukanlah San.

Karena Mingi benar-benar tidak mengenali San yang ada di depannya.

Karena Mingi merasa San yang bersamanya selama ini hanyalah ilusinya dan itu membuatnya takut.

Karena Mingi tidak tahu harus melakukan apa jika ketakutannya adalah kenyataan yang sebenarnya.

"Bukankah waktu itu aku sudah secara jelas mengatakan yang sebenarnya, Mingi?" tanya San dan menatap Mingi seadanya. "Orang yang selama sepuluh tahun bersamamu adalah orang yang menjadi versi idealmu, bukan diriku yang sebenarnya," kemudian San menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "dan sekarang yang ada di depanmu adalah Choi San yang sebenarnya. Apa itu sulit untuk dimengerti, Mingi?"

Pertanyaan macam apa itu?

Menurut San, apakah Mingi akan semudah itu percaya jika lelaki yang bersamanya selama ini adalah ilusi? Mingi mungkin bodoh jika berurusan dengan perasaannya, tetapi bukan berarti dia tidak bisa membedakan mana yang ilusi dan mana yang nyata bersamanya.

"San, kalau aku ada salah, aku minta maaf...," ucap Mingi yang berharap jika San akan berhenti bersikap seperti ini, karena sejujurnya itu membuatnya gila, "aku tahu kalau kamu marah memang akan melakukan hal yang di luar pemikiran semua orang, tapi...."

"Apakah benar kamu tahu, Mingi?" tanya San memotong perkataan Mingi. "Apa benar kamu tahu apa kesalahanmu dan bisa mengucapkan maaf kepadaku tadi?" Kemudian San menghela napas panjang begitu melihat reaksi Mingi. "Aku rasa, setelah ini kita tidak perlu bertemu lagi, Mingi. Aku mau makan siang denganmu hanya untuk meluruskan hal-hal yang ada dipikiranmu itu."

"San, aku benar-benar tidak bisa...."

Akan tetapi, San tidak memberikan kesempatan Mingi untuk menyelesaikan perkataannya, karena berkata, "Kamu bisa, Mingi. Kamu akan menemukan seseorang yang bisa menyayangimu tanpa kepalsuan sepertiku."

"Aku tidak mau selain dirimu, San. Aku hanya mau dirimu."

"Berhenti untuk keras kepala, Mingi." San menghela napas, tetapi tatapannya jelas terlihat jengkel kepada Mingi. Seharusnya, itu yang dirasakan oleh Mingi karena sikap San kepadanya, bukan sebaliknya. Kemudian mendengar San berdecak saat melihat ponselnya—tetapi terlihat khawatir—kemudian mereka saling bertatapan, "Aku akan mengembalikan semua uangmu. Setidaknya, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk mengakhiri semua ini."

Tentu mendengar hal itu membuat Mingi marah. Seolah-olah Mingi berusaha mendapatkan San kembali karena uang yang dihabiskannya selama ini saat mereka berada dalam hubungan. Mingi tidak berbohong kalau tidak merasa kecewa dengan San yang pada akhirnya sama seperti Ayahnya, yang menilai semuanya hanya dari uang.

"San, kamu pikir apa aku peduli dengan semua uang yang kugunakan?" tanya Mingi yang berusaha untuk mengendalikan emosinya, tetapi nyatanya tidak bisa. "Aku hanya mau kita kembali seperti semula dan aku sudah berusaha untuk meminta maaf kepadamu. Apa itu tidak cukup?"

"Meminta maaf dan mendapatkan maaf adalah dua hal yang berbeda, Mingi."

"Apa ini karena Youngkyun sehingga kamu seperti ini, San?"

Namun, setelah mengatakan hal itu, Mingi menyesal. Karena sorot mata San yang berubah menjadi marah dan saat pelayan meletakkan piring salmon salad di meja mereka, lelaki itu berdiri dari kursinya. Membuat Mingi serta pelayan menatap San.

"San, maafkan...."

"Kamu tahu, Mingi. Sepertinya memutuskan untuk makan siang denganmu adalah kesalahan," ucap San yang tidak memberikan kesempatan kepada Mingi untuk menyelesaikan perkataannya, "dan berhenti mengucapkan maaf jika kamu pada akhirnya mengulanginya lagi. Selama siang."

Setelahnya, Mingi ditinggalkan oleh San dan membuatnya mengacak rambutnya. Karena lagi-lagi karena ucapannya membuatnya berakhir di situasi yang tidak diharapkannya.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant