46 - Salah Paham yang Membuatnya Menyadari Hal yang Seharusnya Tidak Ada

14 3 0
                                    

Pada akhirnya, San menjadi teman pertama Haknyeon dan bisa dibilang satu-satunya orang yang paling dekat dengannya di perkuliahan. Ada banyak hal-hal baru yang Haknyeon pelajari dari San—sebenarnya hampir semuanya karena dipaksa oleh San untuk mengerti dalam rangka membuat kehidupan sosialnya lebih baik—dan akhirnya Haknyeon tidaklah menjadi lelaki dari daerah yang tidak tahu cara berinteraksi dengan orang lain.

Meski ada beberapa hal yang San ajarkan kepadanya membuatnya terkejut dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Haknyeon pikir dirinya hanya membutuhkan waktu untuk memproses dan San tidak akan keberatan dengan hal tersebut. Apalagi dengan fakta San yang mudah bersosialisasi serta memiliki banyak teman, absennya Haknyeon selama beberapa saat seharusnya tidak disadari oleh lelaki itu.

Nyatanya, itu asumsi Haknyeon yang salah, karena saat pulang ke apartemennya setelah berbelanja mingguan, nyatanya San sudah berada di kamarnya. Meski bisa dibilang studio apartemen yang Haknyeon sewa memang tidak ada sekat antara kamar tidur dengan dapur dan satu-satunya sekat adalah ruangan yang menjadi kamar mandinya.

Jangankan San yang menganggap apartemennya sekecil rak sepatunya di walk-in closet di rumahnya—meski Haknyeon mempertanyakan sebesar apa walk-in closet San jika mengganggap ruangannya hanya sebesar tempat penyimpanan sepatu—sebenarnya Haknyeon saat pertama kali sampai di apartemen ini juga terkejut karena ukurannya.

Sebagai seseorang yang hidup di tempat yang memiliki cukup ruang untuk bergerak kesana kemari, Haknyeon merasa di Seoul seperti dikurung di sebuah kotak kecil yang harus disebutnya sebagai apartemen.

"Berapa lama lagi aku harus menunggumu berbicara kepadaku?" tanya San yang membuat lamunan Haknyeon buyar dan menatap lelaki itu yang duduk di atas tempat tidurnya. "Apa aku dijauhi karena pengakuanku waktu itu?"

"Apa?"

"Aku tidak tahu apakah kamu memang benar-benar bertanya atau itu memang reaksi naturalmu setiap mendengarku berbicara...," ucap San berdiri dari tempat tidur Haknyeon dan berjalan melangkah mendekatinya. Kemudian berhenti saat jarak mereka mungkin hanya tinggal 2 langkah, lalu Haknyeon melihat San menghela napas panjang, kemudian berkata, "tapi apakah kamu tidak bisa mengatakan secara langsung kalau memang tidak mau berteman denganku karena mengetahui orientasi seksualku?"

"Aku tidak berpikir seperti itu, San."

San menatap Haknyeon selama beberapa saat, kemudian menghela napas. Itu membuat Haknyeon merasa bersalah kepada San karena lelaki itu berakhir salah paham. Haknyeon menyadari memang seharusnya dirinya mengatakan bahwa membutuhkan waktu untuk memproses pengakuan San soal orientasi seksualnya beberapa hari yang lalu.

"Maaf, San."

"Aku bisa gila...," gerutu San yang menyisir rambutnya ke belakang dan Haknyeon selalu merasa gerakan lelaki itu adalah hal terkeren yang dilihatnya selama hidupnya. Kemudian San menatapnya, tampak kesal dan kemudian berkaca pinggang sambil berkata, "seharusnya aku marah karena diabaikan olehmu saat memutuskan untuk jujur, tetapi mendengar perkataanmu tadi justru membuatku merasa seperti orang jahat."

"Maaf, San."

"Berhenti meminta maaf saat kamu tidak tahu apa kesalahanmu."

"Aku tahu, San...," ucap Haknyeon menatap San yang tampaknya salah mengira perkataannya sebagai bentuk persetujuannya terhadap perkataan lelaki itu jika tidak tahu meminta maaf untuk hal yang terjadi. Haknyeon tersenyum dan San mendelik melihatnya, tetapi dia berkata, "aku tahu salahku, makanya aku meminta maaf kepadamu." Kemudian Haknyeon menghela napas saat San membuang wajah darinya, sehingga mereka tidak saling bertatapan. "Aku tidak punya bantahan apa pun karena memutuskan mengabaikanmu setelah pengakuanmu. Karena aku yang tidak mengkomunikasikannya kepadamu, jika aku butuh waktu untuk memprosesnya."

San segera menoleh ke arah Haknyeon saat mendengar pengakuannya. Mereka saling bertatapan, kemudian San kembali menyisir rambutnya ke belakang, tetapi Haknyeon bisa melihat ekspresi lelaki itu yang terlihat frustrasi. "Aku benar-benar merasa seperti orang jahat kepadamu, Haknyeon."

"Kamu tidak jahat, San. Kalau aku, iya."

San segera menatap Haknyeon kemudian melangkah mendekatinya. Tentu Haknyeon terbelalak dan merasa takut, hanya untuk berakhir mengaduh karena San menyentil dahinya sekuat tenaganya.

Haknyeon mengusap dahinya, kemudian tanpa sadar berkata, "San, itu sakit. Aku tidak suka."

"Kamu pikir aku juga suka mendengarmu pasrah seperti itu dan menganggap dirimu jahat?" tanya San sembari berkaca pinggang. "Sudahlah, kita tidak perlu memperpanjang ini. Aku lapar."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Karena kamu membawa bahan makanan, jadi ayo masakkan sesuatu untukku!" San mengatakannya sembar menepuk tangannya sekali, membuat Haknyeon mengeryit. "Asal kamu tahu, aku menderita selama beberapa hari ini karena tidak bisa menghampirimu. Setiap aku melakukannya, kamu sudah langsung melarikan diri!" Sekarang Haknyeon yang melihat ekspresi San yang cemberut, kemudian mendengar, "Padahal aku mau minta dimasakkan mie hitam waktu itu."

"Maksudmu apa japaguri, San?"

"Aku 'kan tidak tahu namanya!" San berdecak dan cemberut—yang tentu itu berarti memanyunkan bibirnya—kemudian berkata, "Waktu itu aku sudah bilang kalau selama ini tidak pernah makan insant noodle. Aku bahkan tidak tahu kalau makanan itu eksis!"

Haknyeon tahu seharusnya tidak tertawa karena melihat San yang seperti ini, tetapi nyatanya dirinya tidak bisa mengendalikan hal tersebut. San menatap Haknyeon selama beberapa saat, kemudian tersenyum karena merasa hubungan mereka sudah kembali seperti biasa. Tentu pada akhirnya Haknyeon memasakkan japaguri untuk San—kali ini dirinya menambahkan daging karena baru membelinya—dan reaksi San seperti Haknyeon telah memberikan makanan dari restoran michelin star yang biasa dimakannya.

Membuat Haknyeon bertanya-tanya, apakah memang dunia orang yang menjadi 1% di Korea Selatan itu sangatlah berbeda dengan dunianya yang selama ini dilihatnya? Namun, mengingat Haknyeon bahkan mengalami kesulitan beradaptasi selama hampir 6 bulan lamanya di Seoul, rasanya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Termasuk dunia San yang bisa-bisanya tidak mengenal japaguri saat film Parasite menjadikan makanan itu sebagai makanan viral di seluruh dunia.

Ah benar, San tidak suka menonton karena akan membuatnya tertidur di 10 menit pertama film berjalan.

"Pelan-pelan makannya, San," ucap Haknyeon menegur San, kemudian refleks menarik tisu dan menyeka ujung-ujung bibir lelaki itu, "kalau kurang, nanti aku bisa memasakkan untukmu lagi."

San tidak segera menjawab, tetapi menatap Haknyeon selama beberapa saat. Tentu itu membuat Haknyeon mengernyit dan hendak bertanya apa yang terjadi, tetapi kemudian mendengar San berkata, "Siapa yang akan menduga jika empat bulan yang lalu kamu berbicara kaku kepadaku saat pertama kali bertemu?"

"Apa?"

San tertawa, kemudian meminum air dingin yang disediakan oleh Haknyeon. Meski San sering menggerutu karena Haknyeon seperti mengemban misi dari Ibunya untuk memastikannya minum 2 liter air mineral dan bukan 2 liter americano. Namun, Haknyeon masih tidak mengerti alasan San yang selesai minum, menatapnya sembari tersenyum lebar dan seperti hendak mengatakan sesuatu untuknya.

Entah kenapa, Haknyeon merasa itu adalah hal yang berbahaya.

"Kalau aku tidak punya pacar dan kamu juga tertarik dengan laki-laki, aku pasti tidak akan ragu untuk menjadikanmu sebagai pacarmu."

Seharusnya Haknyeon tidak meminum sesuatu setiap San hendak mengatakan sesuatu, karena sekarang dia tersedak. Padahal ini sudah kejadian keberapa kalinya Haknyeon tersedak karena mendengar perkataan San, tetapi dia tetap tidaklah belajar dari pengalaman. Tentu San panik melihat Haknyeon yang tersedak dan segera menghampiri menepuk-nepuk punggungnya.

Namun, Haknyeon sebenarnya tidak yakin dengan reaksi dirinya saat ini. Jantungnya yang berdebar lebih cepat dari seharusnya karena efek tersedak atau karena efek perkataan San yang memang suka mengatakan apa pun yang ada pada pikirannya.


Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang