33 - Kembali untuk Menyadari Arti Keberadaan Dirinya Bagi Orang-Orang

9 4 0
                                    

Sebenarnya berat bagi Haknyeon untuk kembali ke Seoul dan meninggalkan Ibunya di Jeju. Namun, masa cutinya telah selesai dan meski sudah memberikan mengatakan pengunduran diri secara informal—karena Haknyeon mengirimkan email kepada Kepala Rumah Sakit—tetapi Haknyeon tetap harus kembali untuk bekerja sampai akhir bulan.

Juga untuk memberikan surat pengunduran diri secara formal.

Namun, Haknyeon rasanya sulit untuk mengakui kalau sebenarnya dia kembali ke Seoul dan memilih masuk kerja hari ini dan bukan besok karena San. Rasanya Hakmyeon sedang membuat lelucon kepada dirinya sendiri lantaran memikirkan kembali untuk San, tetapi nyatanya dia berada di sini.

Hanya karena Haknyeon mengingat hari ini adalah hari peringatan kematian Kakak perempuan San yang bernama Sulli. Perempuan itu memiliki kesan yang cukup mendalam untuk Haknyeon, karena mereka beberapa kali bertemu. Meski San tidak pernah melihat Haknyeon bertemu dengan Sulli—yang tentu selalu bersama Hyojung—dan membuatnya mengerti keluhan San tentang kedua Kakak perempuannya jika bersatu akan membuat pusing dengan tanya yang tidak berhenti.

Rasanya Haknyeon masih sukar percaya jika Sulli sudah tiada.

"Ah, kenapa orang baik selalu pergi secepat itu?" gumam Haknyeon dan menghela napas saat membaca pesan dari Gaeul yang menggerutu karena dirinya dikembalikan untuk bertugas di kedai kopi di area rumah sakit.

Haknyeon memutuskan untuk menghampiri Gaeul. Selain untuk bertukar kabar, Haknyeon memang hendak membeli kopi. Meski menyadari jika hari ini akan membeli satu dan bukan dua seperti biasanya, membuat Haknyeon merasa aneh. Meski kemudian Haknyeon menggelengkan kepalanya, kemudian menghela napas dan melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Gaeul.

"Haknyeon Oppa!" Sapaan Gaeul—yang kelewatan nyaring—hanya membuat Haknyeon tertawa. Setidaknya di tempat ini sedang tidak ada siapa pun selain mereka, sehingga lengan Haknyeon yang dipukul dengan Gaeul tidak membuatnya mendapatkan masalah. "Kenapa tidak bilang kalau Oppa sudah kembali ke Seoul?!?"

"Kejutan...?"

"Itu tidak lucu, Haknyeon Oppa!"

Haknyeon hanya tertawa, membuat Gaeul berkaca pinggang dan setelahnya hanya bisa melengos. Kemudian karena ada beberapa orang yang masuk ke dalam kedai kopi, Gaeul berkata, "Haknyeon Oppa, mau memesan sekarang atau nanti? Kalau sekarang, segera katakan pesananmu."

"Apakah aku diusir karena tidak memberitahukan kedatanganku, Gaeul?"

"Aku akan benar-benar senang jika Haknyeon Oppa bisa mengobrol denganku lebih lama, tetapi ada antrian di belakangmu." Perkataan Gaeul itu membuat Haknyeon menoleh ke belakang, kemudian tersenyum dan kembali menatap perempuan tersebut. "Selamat datang, apa ada yang bisa saya bantu?"

Haknyeon tersenyum mendengar perkataan Gaeul. Menyebutkan pesanannya dan memberikan kartu debitnya. Karena yang Gaeul hadapi sekarang adalah Haknyeon dan bukan San, tentu perempuan itu akan menyebutkan jumlah yang perlu dibayarnya. Meski sampai sekarang, Haknyeon masih tidak bisa mengerti San yang tampak terganggu setiap mendengar kasir menjelaskan jumlah yang akan dibayarkannya saat menggunakan kartu debitnya.

"Haah, memikirkannya lagi." Haknyeon menghela napas panjang dan duduk di salah satu kursi yang paling dekat dengan meja pengambilan minuman. "Aku menyedihkan."

Pada akhirnya, Gaeul tidak bisa menghampiri meja Haknyeon karena pembeli yang terus berdatangan. Hal yang bisa Haknyeon lakukan adalah menghibur perempuan itu dan mengatakan kalau jam praktiknya berakhir dan Gaeul mau menunggunya, mereka bisa pulang bersama.

Setelah menghabiskan kopinya, membuang gelasnya ke tempatnya, akhirnya Haknyeon meninggalkan kedai kopi. Berjalan menuju lobi yang merupakan pusat rumah sakit sekaligus untuk menjadi tempat pertemuan dengan banyak orang—baik perawat, sesama dokter mau pun pasien—sebelum berpencar untuk menuju tempat masing-masing.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now