49 - Orang Terakhir yang Diharapkan untuk Mendengarnya, Nyatanya yang Dipilihnya

17 4 0
                                    

"Sebenarnya aku tidak menyangka akan diajak makan siang denganmu, Mingi," sapa Hongjoong saat melihat Mingi yang baru sampai di ruangan pada salah satu restoan yang dipesan olehnya, "jadi ada apa sampai mengajakku makan siang?"

"Apa tidak bisa membiarkanku duduk dulu, Hyung?" tanya Mingi yang terlihat lelah dan Hongjoong mengangkat sebelah alisnya.

Sejujurnya reaksi Hongjoong itu membuat Mingi sebal. Akan tetapi, ini adalah resiko yang harus diembannya saat memutuskan untuk bertemu dengan manusia seperti Hongjoong. Hanya karena Mingi tahu belakangan San selalu menemui Seonghwa. Juga dengan segala yang terjadi kepada mantan tunangannya itu, satu-satunya cara untuk bisa mengetahui kabar San adalah dengan Mingi membuat pertemuan ini.

"Jadi kenapa mengajakku bertemu?"

"Ck, tidak bisakah menunggu makanan tiba dan menanyakannya sembari kita makan," gerutu Mingi, tetapi kemudian dia menghela napas panjang, "aku pikir Hongjoong Hyung setelah menikah akan sedikit berkurang menyebalkannya, ternyata anggapanku itu salah."

"Menikah bukan berarti menjadikan pasanganmu sebagai safety net untuk membuatmu berubah." Hongjoong menatap Mingi, kemudian berdecak. "Apa ini tentang San? Kalau iya, jangan berharap aku bisa membantumu, karena itu bukan urusanku."

"Hyung, kamu itu adalah orang terakhir yang bisa aku harapkan untuk membantuku," jawaban Mingi tampaknya memberikan efek kepada Hongjoong, karena lelaki itu menatapnya dengan pandangan curiga.

Karena setelah dipikirkan kembali, memang seharusnya Mingi tidak berada di sini. Seharusnya Mingi nekat untuk mendatangi rumah San atau mendatangi Jongho sehingga bisa membuatnya bertemu dengan San. Bukan dengan cara seperti ini dan memang pada akhirnya penyesalan selalu berada di belakang.

Kalau kata San, penyesalan tidak pernah ada di depan karena hal yang selalu berada di depan itu artinya pendaftaran. Dahulu Mingi tidak menganggap candaan itu lucu, tetapi sekarang dirinya merasa merindukan candaan garing San tersebut.

"Kamu seperti bukan Song Mingi yang kukenal."

Namun, Mingi justru tertawa pelan. Meski tawanya terdengar seperti dipaksakan. "Jadi benar kata San, aku seburuk itu. Bukan hanya di matanya, tetapi di mata semua orang."

"Kamu tidak menjawab pertanyaanku, Mingi."

"Jika aku menjawab pertanyaan Hongjoong Hyung, apakah ada garansi itu akan dijawab kembali olehmu?" tanya Mingi yang membuat Hongjoong jengkel karena sejak tadi hanya berputar-putar tanpa ada konklusi tentang inti pembicaraan ini. "Mungkin apa yang Hongjoong Hyung pikirkan tentangku sekarang adalah hal yang sama dipikirkan oleh semua orang."

"Terserah."

Mingi melihat Hongjoong yang menyerah kepada Mingi. Mungkin ada setitik harapan untuk menyakinkan Mingi jika perkataan San saat lelaki itu meminta hubungan mereka di akhiri hanyalah omong kosongnya untuk membuat Mingi merasa buruk. Namun, karena Hongjoong di sini adalah pihak yang netral, Mingi merasa apa yang dikatakan San kepadanya waktu itu adalah kenyataannya.

Tidak ada yang benar-benar bisa bertahan dengan sikap Mingi yang seperti ini. Karena sesabar apa pun seseorang, pasti akan punya batas untuk memaklumi semua sikap Mingi yang menurut San, egois.

"Apakah kalau bersama dan memiliki status yang jelas memang benar-benar memilikinya seutuhnya?" tanya Mingi yang tiba-tiba itu membuat Hongjoong menghentikan gerakannya yang hendak meneguk minumannya, tetapi kemudian kembali melanjutkan apa yang seharusnya dilakukannya. "Aku tahu mengatakan hal ini terdengar menyedihkan, tetapi memang itu yang kurasakan karena kehilangannya."

"Kamu memiliki pilihan, Mingi. Memulai kembali dari awal untuk menyakinkan San atau hanya bersedih di depanku tanpa melakukan apa pun." Hongjoong tahu bahwa jawabannya terdengar hipokrit dengan jawabannya sebelumnya yang berkata tidak akan peduli dengan masalah Mingi. "Setiap pilihan ada dengan konseuensinya, jadi pikirkan yang mana yang sanggup kamu tanggung. Diammu juga memiliki konsekuensinya."

"Apa Hongjoong Hyung pikir kisah semua orang akan sepertimu? Berusaha dan berakhir bahagia."

"Apa menurutmu meratapi hubunganmu di depanku akan membuat perubahan pada hal itu?" tanya Hongjoong yang membuat Mingi terdiam. Pada akhirnya, Hongjoong menghela napas panjang, kemudian berkata, "Aku tahu kisahku itu terlalu hyper realistic untuk dunia kita yang kacau ini. Tapi aku punya pilihan dan aku memutuskan untuk melakukannya meski dengan segala konsekuensinya."

Konsekuensi ... terdengar mudah untuk dikatakan.

Akan tetapi tidak saat dilakukan.

Apalagi jika di dunia Mingi hidupnya selalu tentang ekspetasi kegagalan dan itu justru tidak membuatnya kuat seperti kalimat-kalimat yang dirangkai oleh para motivator. Membuat Mingi setiap membaca buku-buku yang sampulnya bertuliskan 'untuk menyembuhkan jiwa' seperti candaan. Karena kenyataannya kehidupan tidaklah semudah yang dituliskan oleh orang-orang tersebut.

Banyak hal yang terjadi kepada seseorang dan bagaimana buku tersebut mampu menuliskan bahwa itu menyembuhkan jiwa yang membaca? Saat nyatanya Mingi justru semakin merasa marah dan muak kepada kehidupannya karena dinilai buruk tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Sial!"

"Hongjoong Hyung kenapa?" tanya Mingi yang membuat Hongjoong menatapnya, mengernyit.

Padahal seharusnya itu tatapan Mingi kepada Hongjoong yang tiba-tiba membentak tanpa ada alasan.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Mingi kembali dan memutuskan untuk menjelaskan maksudnya. "Aku bertanya kenapa Hyung tiba-tiba mengatakan 'sial' dengan frustrasi dan melengos begitu."

Hongjoong berdecak, tetapi tidak mengatakan apa pun. Mingi menyadari kalau dia tidak akan bisa mendapatkan jawaban saat ekspresi Hongjoong di depannya seperti hendak memukul seseorang. Pada akhirnya, selama sisa waktu makan siang mereka hanya dihabiskan dengan diam. Begitu makanan penutup sudah selesai dimakan oleh Hongjoong, lelaki itu tidak mengatakan apa pun saat memutuskan untuk pergi.

Meninggalkan Mingi sendirian dan membuatnya menghela napas. Memang meminta bantuan kepada Hongjoong itu adalah kesalahan, akan tetapi Mingi tahu satu-satunya yang bisa didatanginya adalah Hongjoong. Karena Mingi tidak akan pernah mau berurusan lagi dengan Yeosang, meski tujuannya adalah Wooyoung.

Meski pun jika dipikirkan kembali, Yeosang dan Wooyoung adalah kombinasi paling tidak masuk akal yang bisa dipikirkan oleh semua orang. Akan tetapi, nyatanya yang tidak masuk akal seperti mereka yang bertahan lama dan berujung pada pernikahan.

Dunia memang benar-benar tidak bisa ditebak.

Namun, Mingi tidak menyangka kalau Hongjoong membayarkan makan siang mereka saat dirinya meminta totalan kepada pelayan. Meski Hongjoong meninggalkan sebuah catatan dan saat membacanya Mingi mengernyit, kemudian berdecak.

"Apa hubungannya pertemuan ini dengan pernikahan kalian?!?"


Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now