56 - Skenario Salah Paham yang Dianggap Kebenaran, Tetapi Itu Bukan Kenyataan

6 1 0
                                    

Haknyeon keluar dari ruang rawat Hyojung untuk membeli minuman di vending machine. Akan tetapi, Haknyeon tidak menduga jika melihat Jongho yang duduk di kursi yang ada di lobi dengan tatapan penuh amarah. Entah apa yang dipikirkan oleh adik tiri San itu, akan tetapi yang Haknyeon tahu—dari cerita San selama ini—jika lelaki itu tidak begitu bagus tentang mengekspresikan emosinya.

Tadinya Haknyeon memutuskan untuk segera kembali setelah membeli minuman hangat untuk San. Akan tetapi, kenyataannya setelah dari vending machine, Haknyeon melangkah menghampiri Jongho. Meski setelah berada di depan lelaki itu, Haknyeon tidak yakin harus memberikan sekotak susu coklat yang telah dibelinya ataukah hanya meletakkannya tanpa kata.

Kemudian, Jongho menatap Haknyeon karena menyadari kehadirannya. Meski begitu, Jongho tidak mengatakan apa-apa dan Haknyeon akhirnya mengulurkan sekotak susu coklat yang memang sengaja dibelikan untuk lelaki itu.

"Aku harap setelah meminum ini bisa membuatmu sedikit lebih baik."

Jongho menerima pemberian Haknyeon, berkata, "Terima kasih."

Tidak ada pembicaraan setelah itu dan sejujurnya Haknyeon merasa serba salah pada titik ini. Pada satu sisi, Haknyeon hendak segera kembali ke ruang rawat Hyojung untuk memastikan San tidak melakukan hal-hal yang berbahaya. Namun, pada sisi lain Haknyeon tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikan bahwa dia hendak kembali ke ruang rawat Hyojung. Sebenarnya bukan tidak tahu, tapi Haknyeon hanya tidak yakin meninggalkan Jongho pergi begitu saja setelah percakapan yang begitu singkat tadi tidak memberikan kesan buruk.

"Hyung, aku mau pulang." Jongho tiba-tiba mengatakan hal itu dan membuat lamunan Haknyeon buyar. "Terima kasih ... karena selalu ada untuk San Hyung dan tidak menasehatiku untuk mengeluarkan emosiku."

Haknyeon mendengarnya tentu terkejut dan bahkan tidak yakin dengan respon apa yang tadi diberikan kepada Jongho. Saat kesadaran Haknyeon kembali, Jongho sudah pergi dan membuat dirinya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidaklah gatal. Menghela napas, akhirnya Haknyeon kembali ke ruang rawat Hyojung untuk memberikan minuman kepada San.

Saat membuka pintu ruang rawat Hyojung, yang Haknyeon lihat pertama kali adalah San yang terlonjak karena terkejut dan kemudian berkata, "Aku pikir kamu pulang."

"Aku membelikanmu minuman," jawab Haknyeon yang menyerahkan kaleng minuman hangat, San menerimanya, meski tidak bisa menahan senyumannya saat tahu itu bukanlah kopi, kemudian mendongak kepada Haknyeon karena mendengar lelaki itu berdeham, kemudian berkata, "tadi aku memberikan Jongho susu coklat, tapi aku tidak yakin apakah dia menyukainya."

"Oh?" San seperti sama terkejutnya dengan apa yang dialami Haknyeon barusan. "Aku bahkan tidak tahu kalau dia mau menerima sesuatu dari orang yang tidak dikenalnya dengan baik." Akan tetapi, San kemudian menepuk sofa di sebelahnya dan berkata, "Kamu lebih baik duduk dan tidak perlu memikirkan sikap Adikku itu. Dia memang tidak bisa ditebak, jadi jangan terlalu dipikirkan."

Haknyeon tidak mengatakan apa-apa dan duduk di sebelah San. Meski pada akhirnya Haknyeon yang membukakan kaleng minuman San. Kadang Haknyeon lupa jika lelaki itu tidak pernah bisa melakukannya dan mendengar gumaman San yang berterima kasih kepadanya. Hal remeh yang Haknyeon dahulu pikir jika orang yang tidak bisa melakukannya adalah orang aneh atau sengaja mencari perhatian kepada orang lain.

Sampai Haknyeon bertemu dengan San dan ketidak mampuannya membuka kaleng minuman. Membuat Haknyeon menyadari hal yang lebih besar dari membuka kaleng minuman, yaitu pola pikirnya yang masih terjebak dengan pemikiran yang tetap. Seolah manusia adalah mahluk yang stagnan, saat kenyataanya manusia itu adalah mahluk yang terus berubah.

Entah menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.

Haknyeon hampir tertidur saat mendengar suara pintu terbuka. Tentu itu membuat Haknyeon siaga dan refleks berdiri sembari mencari stetoskopnya. Kemudian Haknyeon tersadar bahwa sekarang dia bukan sedang menjadi dokter residen dan saat melihat orang yang membuka pintu, dia mengernyit karena seperti pernah melihat orang itu sebelumnya.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt