44 : Try to Leave

5.8K 374 32
                                    

Double up yey❤‍🩹

Happy Reading!!!

Dexter masih diam di hadapan sang ayah yang tampak sibuk menelepon. Darenzo tampak sangat pusing memikirkan organisasinya. Kendala yang mereka hadapi kini tidak main-main. CIA benar-benar tengah mencurigai bisnis gelapnya. Entah darimana mereka mendapatkan bukti perdagangan ilegal yang dilakukan organisasi Alderizond.

Darenzo sangat yakin, ini semua adalah ulah Adam dan Isabella.

"Tetap bersikap normal, bodoh! Jika para CIA itu kembali mengintrogasi buat jawaban yang masuk akal! Gunakan otakmu! Atau aku akan mengeluarkannya secara paksa!" desis Darenzo kesal berbicara melalui ponselnya. Dexter masih tampak tenang. Pria itu menyesap anggur di tangannya tanpa ekspresi.

Tak!

Darenzo meletakkan ponselnya dengan kasar ke atas meja.

"Kau tau sendiri bukan? Apa yang diulah mertuamu itu pada organisasi kita, huh?!" Darenzo menekankan kata mertuamu.

"Bersabarlah! Tunggu sampai besok. Aku sudah bilang akan menghabisi mereka dengan kedua tanganku sendiri," sahut Dexter dingin.

"Tidak ada waktu untuk itu Dexter! CIA terus bergerak. Belum lagi Andrew ikut mengacau. Organisasi kita berada di ujung kehancuran, brengsek! Bagaimana bisa kau masih tenang seperti ini?!"

Darenzo memang sangat mencintai organisasi gelap peninggalan keluarganya. Pria itu akan melakukan apa saja demi organisasi mafianya. Ia telah terobsesi pada itu. Alderizond's Eternity, mampu membuatnya gila.

"Kau selalu disibukkan dengan jalang kecil itu. Ingat baik-baik Dexter. Dia adalah anak pembunuh ibu kandungmu! Jangan kau jatuh cinta dengan anak pembunuh ibumu sendiri! Pertahankan kewarasanmu!" tegas Darenzo membuat Dexter meletakkan minumannya dengan kasar.

"Aku tidak bisa mengatur perasaanku sendiri, dad! Anna tidak bersalah! Adam dan Isabella lah yang harus menanggung dosa atas kematian mom! Jangan libatkan Anna di dalamnya. Dia tidak tahu menahu tentang hal itu!" ucap Dexter penuh penekanan.

Emosi Darenzo memuncak. Ia memang sudah lama menyadari anaknya ini telah mencintai Anna. Terlihat dari bagaimana berubahnya sikap lelaki itu saat membawa Anna untuk berada di sisinya. Namun, Darenzo tidak akan membiarkan hal itu mengganggu kewarasan Dexter. Dia tidak akan membiarkan Dexter terpengaruh oleh Anna.

Selama ini ia sudah berjuang mendidik Dexter dengan keras. Memperkenalkan pada pria itu untuk jangan bersikap lemah. Harus fokus pada tujuan awal. Jangan lengah hanya karena seorang wanita. Ia mengajarkan Dexter untuk bersikap keras melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia mau tidak peduli dengan cara apapun. Bahkan membunuh pun harus ia lakukan jika memang perlu.

Dexter tumbuh menjadi sosok dingin, kasar, kaku, tidak punya hati, dan kejam seperti sekarang adallah hasil didikan Darenzo. Pria itu mendidik Dexter berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Hanya pada Dexter, pria itu bersikap keras namun sangat menyanyanginya.

"Ingat tujuan awalmu, Dexter! Aku tidak mengajarimu untuk bersikap labil. Apalagi hanya karena seorang wanita. Dendam harus dibayar!" tegas Darenzo sekali lagi.

"I know! Dendam memang harus dibayar, tapi cintaku juga harus berlayar! Kau tidak berhak untuk menentukan wanita mana yang pantas bersanding denganku!" Dexter beranjak dari duduknya. Pria itu menuju rak buku. Mengambil sebuah album dari sana. Sementara Darenzo memijit pelipisnya sembari memejamkan mata.

Dexter mengambil sebuah foto dari album itu. Ia kembali ke hadapan Darenzo. Melempar dua buah foto yang menampilkan orang yang berbeda ke atas meja. Satu foto lagi ia ambil dari saku kemejanya. Darenzo mengernyitkan keningnya menatap foto sang belahan jiwa dan foto Anna.

Heartless [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang