24 : An Information

10.7K 655 26
                                    

Pagi hari telah tiba. Cuaca kali ini begitu cerah dari hari biasanya. Matahari telah bersinar tinggi, namun Anna masih terlelap dalam tidur nyenyaknya. Berada dalam dekapan Dexter. Tangan lelaki itu menjadi bantalan Anna.

Dexter sudah bangun sejak sang mentari belum memunculkan diri. Pria itu tak henti-hentinya memerhatikan wajah tidur Anna yang menggemaskan. Tangan Dexter sedari tadi mengusap helaian-helaian rambut Anna. Hal itu semakin membuat Anna merasa nyaman.

"Hey baby! Wake up! It's morning!" ucap Dexter dengan suara seraknya. Pria itu tidak sadar memanggil Anna dengan sebutan sayang. Namun, panggilan itu tidak mendapat sahutan dari Anna. Wanita hamil itu masih asyik berselancar di alam mimpinya.

Tangan Dexter yang lain ikut mengusap pelan pipi halus Anna. "Wake up!" bisik Dexter mendekatkan bibirnya ke telinga Anna. Pria itu juga meniup leher Anna hingga Anna bergerak kegelian. Namun, kedua matanya masih setia tertutup.

Anna malah berpindah posisi tidur menjadi menjauhi Dexter. Ia membalikkan tubuh membelakangi pria itu. Dexter tidak menyerah. Pria itu kembali menyerang Anna. Kali ini, ia membangunkan wanita itu dengan memberikan beberapa kissmark di lehernya.

Merasa sangat terganggu, Anna akhirnya membuka kedua mata. Ia langsung terkejut begitu melihat Dexter berada di tengkuknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Annna histeris menjauhkan diri. Wanita itu berdiri di samping ranjang sembari memegangi lehernya yang muncul tanda kemerahan.

"Membangunkanmu," jawab Dexter santai.

Anna buru-buru ke cermin rias. Ia mengecek lehernya di sana. Sementara Dexter, pria itu baru saja akan bangkit dari kasur.

"Sialan! Lancangnya kau membuat kissmark di leherku! Oh Ya Tuhan! Ini tidak bisa dihapus!" Anna mendumel sendiri sembari terus berusaha menggosok-gosok kemerahan itu berharap akan hilang.

"Setelah aku, kau mandi dan bersiaplah. Kita sudah terlambat untuk sarapan pagi." Dexter masuk kamar mandi tanpa beban. Seakan ia tidak melakukan kesalahan apa pun pada Anna.

Anna yang mendapati itu hanya mendengus sinis. "Dasar pria gila!" umpatnya.

Di dalam kamar mandi, tentu saja Dexter mendengar itu. Bukannya marah, ia malah terkekeh pelan tanpa ia sadari.

/

Decla tampak sibuk merawat sebuah tanaman yang ada di kebun belakang mansion Dexter. Kebun yang dibuat khusus untuk tanaman lily of the valley. Decla sengaja membuatnya di sana atas izin Dexter juga karena bunga itu mengingatkan mereka pada mendiang sang ibu.

Bunga lily of the valley adalah salah satu bunga kesukaan ibu mereka. Bunga itu melambangkan kesetiaan, kesederhanaan, kerendahan hati, kemurniaan jiwa, dan keindahan. Sangat menggambarkan Calasva—ibu mereka.

"Jika aku merindukanmu, aku hanya bisa mengenangmu melalui bunga ini, mom. Bahkan untuk melihat wajahmu saja aku hanya bisa mengingatnya melalui sebuah foto, karena aku tidak pernah melihatmu secara langsung," gumam Decla menghela napas panjang.

"Aku bersumpah akan membalas dendamku pada mereka yang telah membuatku tidak pernah melihatmu dari lahir sampai kau tiada, mom. Aku pasti akan membunuh mereka. Nyawa dibayar dengan nyawa. Begitulah yang daddy ajarkan padaku."

Menit berikutnya, Decla memutuskan kembali masuk ke dalam mansion. Pria itu menuju ruang makan untuk mengambil segelas air. Ia bertemu dengan kakaknya di sana.

"Kau sudah sarapan?" tanya Dexter diangguki Decla.

"Sudah lama sekali. Tiga jam yang lalu." jawab Decla sembari menegak air minumnya. "Oh ya, Dex. Aku ingin berbicara denganmu setelah kau selesai makan. Aku akan menunggumu di ruang perpustakaan."

Heartless [ON GOING]Where stories live. Discover now