39 : Dexter's Anger

7.8K 446 17
                                    

Jangan lupa vote nya ya sayang² aku semua, biar aku makin semangat updatenya xixixi★★★

Happy Reading!

Kali ini, Claire tengah bersama Anna di mansion utama Alderizond. Kedua wanita itu tampak bersantai di halaman belakang sembari meminum teh.

"So? Bagaimana rasanya diperhatikan Dexter? Dia sangat menjagamu dengan baik, bukan?" tanya Claire membuka topik.

Anna mengangguk. "Dia memang tipe suami idaman yang baik. Aku rasa, aku beruntung memiliki suami sepertinya," jawab Anna tulus dari hati. Perkataannya barusan didengar oleh Dexter yang ingin menghampirinya. Sedikit lagi pria itu muncul di hadapan Anna, namun seketika ia urungkan niatnya itu. Dexter tersenyum kecil mendengar ucapan Anna barusan.

Pria itu kemudian berbalik tidak jadi menghampiri Anna. Awalnya ia ingin menyuruh Anna untuk tetap di kamarnya. Namun, ia rasa ia cukup memercayai Claire untuk menjaga istrinya.

Istri?

Huh.

Dexter menghela napas panjang. Ia tahu yang ia lakukan ini memang sebuah kesalahan besar yang berakibat fatal. Namun, ia tidak bisa membuat Anna jatuh cinta padanya secara sadar dan murni dari hati wanita itu. Tentunya karena semua keadaan yang sangat tidak memungkinkan.

Mengapa semesta begitu kejam pada dirinya?

Mengapa ia harus perasaannya ini harus berlabuh pada anak dari pembunuh ibu kandungnya sendiri dari sekian banyak wanita di dunia?

"Dexter!" panggil Darenzo membuat langkah Dexter terhenti. "Dimana Anna?" tanya pria itu.

"Bersama Claire di halaman belakang. Ada apa?" jawab Dexter sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Aku ingin membicarakan sesuatu penting tentangnya denganmu." Dexter melipat kedua tangannya di depan dada.

"Katakan saja di sini!"

Darenzo memeriksa sekitar. Serasa aman, ia mendekati putranya itu. "Aku menyelidiki sedikit tentang bahaya menghilangkan ingatan seseorang secara sengaja. Kau tahu apa yang kudapat?" Dexter kembali menaikkan sebelah alisnya lebih tunggi.

"Tidak perlu berbanyak basa-basi. Langsung saja pada intinya." Darenzo menghela napas panjang.

"Menghilangkan ingatan seseorang secara sengaja, itu akan berakibat fatal bagi saraf-saraf otak orang itu. Apalagi diberikan dosis yang tinggi. Jika saraf-sarafnya rusak, ia akan mengidap penyakit kanker otak atau bisa lebih parah bahkan sampai dapat menyebabkan kematian." Dexter hanya merespon dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Mengapa kau tiba-tiba peduli dengan Anna?" selidik Dexter memicingkan matanya. Darenzo membalas dengan putaran bola matanya. "Apa lagi yang kau rencanakan kali ini?" lanjut Dexter.

"Kau harus mengurangi pikiran negatifmu pada orang-orang. Aku hanya mengingatkanmu tentang bahaya yang kapan saja bisa menyerang Anna karena ulahmu sendiri," sahut Darenzo dengan serius. Dexter tidak mengerti. Entah ia harus memercayai ayahnya kali ini atau tidak. Pasalnya, ayahnya ini tidak dapat dipercaya. Ia begitu licik.

Tentunya Dexter akan lebih licik dari yang mengajari.

"Aku tidak peduli. Sedari awal tujuanku hanya ingin memanfaatkannya untuk balas dendam. Jika dia dalam bahaya karna ulahku, itu artinya rencanaku berhasil untuk membuatnya hancur."

Bersamaan dengan itu, Anna dan Claire menghampiri dua pria itu dengan perasaan bingung.

"Rencana apa?" tanya Anna tiba-tiba. Claire yang mulai menyadari situasi mendadak tegang. Ia paham apa maksud Dexter barusan.

Heartless [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora