37 : Meet

8.8K 552 48
                                    

Don't forget to give vote ⭐ and leave the comments 💬

Happy Reading!!!

Dalam perjalanan kembali ke pusat kota, Dexter mengemudikan mobilnya sendiri kali ini. Ekspresi pria itu tampak serius menatap jalanan lurus ke depan. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi menyalip orang lain yang menghalangi jalannya. Anna yang duduk di kursi penumpang depan menggenggam erat seatbelt nya.

"Pelan-pelan, Dex! Mengapa kau sangat terburu-buru?" ucap Anna dengan wajah cemas. Dexter hanya diam tidak merespon ucapan istrinya. Justru, pria itu semakin menambah kecepatannya. Anna menutup kedua mata tidak berani menatap ke depan.

Di sela-sela perjalanan mereka, tiba-tiba ponsel Dexter berbunyi menandakan ada sebuah panggilan masuk. Dexter melirik ponselnya yang berada di atas dashboard mobil. Sebuah panggilan masuk dari Rihana. Dexter mengambil benda pipih itu dan langsung mengangkatnya.

"DIMANA PUTRIKU BAJINGAN?!" teriak Adam murka di seberang telepon. Rupanya Adam yang memakai ponsel Rihana. Ah, benar dugaan Dexter. Saat ini mansionnya pasti tengah ramai kedatangan tamu.

Dexter melirik Anna yang tampak masih memejamkan mata. Sebuah senyum miring tercipta di wajahnya.

"Santai, dad! Anna aman bersamaku!" jawabnya semakin menarik sudut bibirnya. Merasa dirinya terpanggil, Anna membuka kedua matanya dan menoleh pada Dexter.

Di seberang telepon, Adam tampak terkejut saat Dexter tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan 'dad'. Apa-apaan ini?!

"Aku bukan ayahmu, keparat! Kembalikan putriku sekarang juga! Aku menunggu di mansionmu, bajingan!" titah Adam tidak bersahabat. Dexter semakin tersenyum bak iblis.

"Datanglah ke mansion utama Alderizond. Asisten pribadiku akan tiba di tempatmu sebentar lagi. Dia akan mengantarmu ke sana," jawab Dexter memancing.

"Aku tidak peduli di mana letak mansion utama kalian. AKU HANYA INGIN PUTRIKU KEMBALI! BAWA ANNA KEMARI!" Adam sudah habis kesabaran. Di tempatnya berada, Rihana, Emily dan maid lainnya tampak ketakutan. Mansion Dexter telah dikepung polisi CIA.

Dexter mendekatkan ponselnya pada Anna. Ia menyalakan loudspeaker agar Anna dapat mendengar pembicaraannya juga. Ia berbicara pada Anna tanpa suara, memberitahu wanita itu bahwa yang menelepon adalah ayahnya. Senyum miring tercipta di wajah Dexter.

"Memangnya kau mau apa dengan Anna?" tanya Dexter memancing. Di seberang sana Adam mengerutkan kening.

"Kau bicara apa, bodoh? Tentu saja untuk membawa putriku pulang dari nerakamu itu! Jangan bermain-main lagi, keparat. Cepat kembalikan Anna padaku sebelum aku datang untuk membunuhmu!" Kesabaran Adam telah habis. Tanpa sadar, pria itu telah masuk jebakan Dexter.

"No!" ucap Anna tegas. Adam terkejut.

"Anna?" beo Adam membuat Isabella mendekat ke arahnya. Wanita itu meenyentuh pundak suaminya.

"Jangan lakukan itu, dad! Aku mencintainya!" ucap Anna lagi. Dexter tersenyum menang menatap ke arah jalanan. Kali ini ia mengemudi lebih santai.

Isabella mengambil alih ponsel di tangan suaminya. "Halo, sweetheart! Kau dimana sayang? Mommy and daddy sudah datang untuk menjemputmu. Ayo kita pulang ke Inggris, sweetheart! Katakan pada kami, dimana kau sekarang?" Dexter kembali memberi isyarat pada Anna, mengatakan bahwa yang tengah berbicara itu adalah ibunya. Anna mengangguk mengerti.

"No, mom! Aku tidak akan meninggalkan Dexter. Aku mencintainya!" jawab Anna membuat Isabella memandang suaminya dengan tatapan aneh.

"Apa yang kau katakan, Anna? Mom tidak mengerti. Dexter itu orang jahat! Sepertinya otakmu telah diracuninya!" Dexter mematikan loudspeaker ponselnya. Ia kembali mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

Heartless [ON GOING]Where stories live. Discover now