35. Dinner

829 78 21
                                    

Sore ini aku ikut Mas Pasha ke lokasi syuting saat jalanan sedang macet-macetnya tapi butuh pemandangan senja di atas gedung pencakar langit. Sebelumnya aku tidak ada niat untuk ikut tapi setelah menonton episode pertama yang menyebalkan itu, aku memaksakan diriku untuk ikut ke mana pun Mas Pasha melangkah. Di mana aku seharusnya menunggu di ruang tunggu tapi aku memilih untuk ikut berdiri bersama dengan staff di belakang kamera.

Kalian tentu ingat bahwa series ini diadaptasi dari novel karya rivalku di dunia literasi. Tidak seharusnya aku ada di sini seolah aku sedang memantau. Akan menjadi pembicaraan di kalangan banyak orang yang berkecimpung dalam industri ini pasti. Orang mungkin berbicara tentang aku yang datang untuk inspeksi, untuk mencuri ide, untuk mencibir karya Gita atau apapun itu hal yang buruk. Tidak seharusnya rival ada di lokasi syuting novel lawan. Tapi aku sungguh kesal hanya dengan memikirkan Mas Pasha bertemu dengan perempuan yang dia cium baru di episode pertama.

Yang lebih mengharuskan aku untuk ikut dengan Mas Pasha di tempat menyesakkan ini adalah adegan ciuman akan ada di bagian penutup dari adegan di atas gedung. Bayangkan saja, Mas Pasha mengenakan setelan jas akan mencium perempuan di atas gedung saat senja malu-malu manyapa. Mas Pasha juga menceritakan isi naskah dengan semangat. Haha, kupikir dia memang semangat sebab akan mencium perempuan lain untuk terakhir kalinya. Itu karena dia sudah berjanji ini adalah proyek terakhir dengan adegan ciuman.

Adegan terakhir akan segera dimulai, tim pengambilan gambar sudah bersiap, mulai dari juru kamera hingga audio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adegan terakhir akan segera dimulai, tim pengambilan gambar sudah bersiap, mulai dari juru kamera hingga audio. Sama halnya dengan mereka yang harus fokus, mataku juga mulai fokus melihat Mas Pasha dari sela kerumunan. Mataku menajam dan kepalaku mulai mendidih. Wajah Mas Pasha sudah semakin dekat dengan pemeran utama perempuan, aku bahkan tidak suka menyebutkan namanya. Iya, ternyata aku sangat kesal.

"Oke, cut!" pekik sutradara di balik layar monitornya. "Lihat dulu!" Mas Pasha dan pemeran utama perempuan langsung mendekat. Mengucapkan beberapa kata dan sepertinya sedang berdiskusi tentang kekurangan dalam adegan.

"Oke, stand by. Kita take lagi!" pekik sang sutradara yang membuatku semakin kesal. Padahal tadi sudah cukup bagus, kenapa harus diulang? Wah, Mas Pasha juga tidak menolak. Dia pasti sangat menikmatinya.

Mengulangi kembali adegan ciuman di atas gedung. Ah, menyebalkan. Oleh sebab aku tidak tahan melihatnya, aku pergi turun menuju ke ruang tunggu. Mentalku tidak sekuat itu ternyata, sangat lemah dan mudah kesal.

Cukup lama aku menunggu di ruang tunggu bersama Bang Ryan yang sejak tadi sibuk dengan ponsel juga buku kecilnya. Meskipun pada akhirnya Bang Ryan harus pergi karena ada yang dibicarakan dengan staff series.

"Kak Pasha, nanti dinner yuk!" suara lemah lembut dari luar tapi intonasinya terdengar menggoda.

"Aku ada janji dinner sama istriku," jawab Mas Pasha datar membuatku tersenyum menang.

"Oh." Terdengar kecewa.

Tak lama Mas Pasha masuk sembari tersenyum. "Lama ya?" tanyanya duduk di depanku.

A Perfect RomanceWhere stories live. Discover now