7. Perilisan Artikel

1.1K 77 0
                                    

Ingin tahu apakah aku menyesal telah membuat keputusan hari itu? Tentu saja aku menyesal, apa kalian pikir aku hidup tenang selama satu bulan ini? Tidak. Tidak sekalipun aku merasa tenang sebab setiap waktu harus menghadapi pertanyaan dari wartawan tanpa menerima pernyataan baik dari Pasha. Aku menyesal telah menyetujui semua rencana Pasha yang sejujurnya tidak menguntungkanku. Ya, meskipun membantuku membungkam mulut-mulut yang sumbang, tapi jika aku tuli pun tidak menikah tidak masalah. Oh Tuhan, aku tidak tahu harus berbuat apa dengan penyesalan ini.

Menatap langit-langit kosong apartemen, tidak ada yang menarik kecuali penyesalan, tidak ada yang menarik bahkan di bayangan masa depan. Kupikir, aku benar-benar salah langkah.

Pikiran muramku terganggu oleh dering telepon di atas meja. Dari telepon itu aku mendengar sebuah perintah untuk menyelami portal-portal berita. Hanya dengan satu kali tekan, berita teratas dan terpanas di Indonesia siang menjelang sore ini adalah pernyataan agensi & Pasha perihal hubungan kami serta pernikahan yang mungkin dilaksanakan dalam waktu dekat.

Aku tertawa dibuatnya. Dalam waktu dekat? Siapa yang menentukan itu?

Tuhan, aku benar-benar muak dengan dunia ini sekarang. Kebohongan-kebohongan yang harus kututupi dengan kebohongan lain tapi tidak pernah tertutup sempurna. Kepalsuan yang harus kuciptakan terus menerus entah sampai kapan. Mengarang cerita-cerita dan berperan untuk memuaskan semua orang tapi aku sendiri tidak pernah puas dengan kehidupanku.

Memijat pelan dahiku sembari terus berbicara dengan pemanggil yang belum mematikan teleponnya.

"Gila memang lu, Ya. Semalam tiba-tiba lamaran, pagi tiba-tiba ngadain konferensi pers singkat, siang jelang sore artikel keluar, dan lu nggak jelasin apa-apa sama gue," keluh Danendra dengan suara kesalnya.

Hubungan kami yang berawal dari kerjasama kemudian menjadi teman di tempat nongkrong yang sama memang menjadikan kami dekat.

"Gue bahkan nggak bisa jelasin ini ke diri gue sendiri, terus kek mana ceritanya gue harus jelasin semua ini ke elu? Coba lu tanya sama temen seagensi lu kenapa dia ngelamar gue dan sekarang tanya sama CEO agensi lu kenapa agensi lu langsung mengonfirmasi? Nggak, lu tanya aja bagian Humas agensi lu langsung!" Sembari mendengus kesal.

"Setelah lu minta jemput tapi lu malah milih masuk mobil Pasha, gue langsung ke agensi buat nanyain berita pertunangan lu sama tim humas. Dan gue ketemu CEO Zack dengan rambut singanya terus dia bilang, 'Dugem yuk!' dan sekarang gue ada di klub malam tapi siang hari. Nemenin bos gue kobam sambil ketawa-ketawa nggak jelas dan ini pekerja aja belum dateng anjir."

Tidak bisa menanggapi hal lucu dalam kalimatnya.

"Dia ke klub buka pintunya sendiri, ngambil minumnya sendiri, diminum sendiri, dan gue cuma bawa air mineral dari minimarket depan karena gue belum log out sejauh ini."

"Gue nggak pengen tahu sama kondisi lu sekarang, gue juga nggak butuh informasi tersirat kalau CEO lu punya klub malam, gue mikirin nasib gue sendiri aja repot. Dah, bye!"

"Tunggu-tunggu, jelasin dulu," rengeknya hampir seperti bayi salah tanggal lahir.

"Kalau mau denger versi gue tanya dulu versinya Pasha terus dateng ke apartemen gue sore ini. Tunggu di lobi ntar gue turun. Kalau lu bawa rombongan sih masuk aja," kataku dengan harapan dia datang bersama manager atau asistennya seperti biasa.

Kembali menjelajah beberapa artikel dan menemukan sesuatu yang cukup menarik. "Kami tidak dapat mengonfirmasi detail hubungan sebelumnya, tetapi sudah dijelaskan secara pribadi oleh Pasha mengenai rencana masa depan mereka. Kami mohon dukungan serta doa dari penggemar terkait pernikahan yang akan mereka laksanakan. Tentu saja mengenai tanggal pelaksanaan kami juga tidak dapat menginformasikannya sebab hal ini ialah kehidupan pribadi artis kami dan bukan bagian dari pekerjaan," ungkap seorang pejabat dari agensi Pasha. 

A Perfect RomanceWhere stories live. Discover now