21. Fireworks Festival Tragedy

723 65 11
                                    

Tak terasa sudah hari ke 5 kami di Seoul, setelah kemarin mengunjungi lokasi syuting drama dan yang paling menyenangkan adalah kami berkesempatan berfoto-foto sesuai dengan poster beberapa drama. Tentu saja itu ide Lee. Kami mana mungkin punya ide seperti itu sementara Pasha saja tidak aktif jika Lee tidak menegur kami.

Kupikir, sebodoh-bodohnya Lee tetap akan tahu bahwa kami bukan lah pasangan yang sungguhan. Seharusnya, tapi Lee sejauh ini hanya diam dan memperhatikan kami. Semoga saja dia tertipu dengan tipu daya yang kami buat selama di Seoul.

Di hari ke 5 ini Lee mengajak kami ke banyak Kpop Store, salah satunya Kwangya Seoul. Aku memang yang meminta secara khusus untuk segera ke Kwangya. Toko milik SM Entertainment yang tentu saja menjual barang-barang khusus untuk artis dari SM Entertainment. Aku memang lebih condong ke SM Entertainment untuk selera musik dan mata tentunya.

Jika kalian menegurku, "Ah, ngapain jauh-jauh ke sana kalau di Jakarta juga ada Kwangya Jakarta di Karet Kuningan, Setiabudi." Masalahnya, aku juga ingin tahu bagaimana Kwangya Seoul secara langsung. Suasana dan isinya pasti berbeda. Juga, siapa tahu aku bertemu dengan Donghae Super Junior yang mendadak mengunjungi Kwangya. Meskipun sedikit mustahil.

Kini aku sedang menatap takjub apa yang ada di depanku.
Gedung D-Tower di Distrik Seongdong, Seoul Timur. Aku masih tak percaya akhirnya datang ke Kwangya, nama yang agaknya akhir-akhir ini sering menjadi pembicaraan pecinta KPop. Tentu aku tidak begitu tahu, teorinya cukup membingungkan.

"Anda penggemar NCT?" tanya Lee yang masih melihatku takjub.

"Bukan," balasku. Kalian tahu? Usia 30 tahun tidak cocok bagiku untuk menyukai NCT. Generasiku tentu lebih mengenal TVXQ, Super Junior, SHINee, SNSD, f(x), dan tentu grup muda bagi generasi kami adalah EXO. "Saya suka banyak grup dari SM Entertainment, rata-rata generasi ke 2 dan EXO."

Lee mengangguk-angguk. "Kwangya cukup populer meskipun pada awalnya menjadi bahan lelucon," jelasnya. Aku mendengar itu pula dari Andina. Bahkan dia sendiri geli pada awalnya, seperti terlalu kekanak-kanakan tapi agaknya pecinta KPop mulai terbiasa. Ya, aku tahu sewajarnya saja.

Setelah puas mengambil gambar dari depan gedung, kami akhirnya masuk dengan Pasha yang tiba-tiba menggandeng tanganku begitu aku mulai tidak sabar dan mempercepat langkahku.

Aku menghentikan langkahku dan menatap tautan tangan kami juga mata Pasha bergantian.

"Sorry," katanya berusaha melepaskan tanganku.

Tidak tahu aku ini sedang kerasukan setan apa, tapi aku tidak ingin melepaskan tangannya. Benar, mungkin karena ada Lee yang menoleh ke arah kami karena kami tiba-tiba tidak mengikutinya.

Pasha sedikit terkejut melihat gerakan kecil di alisnya. Tapi tanpa mengatakan apapun, Pasha tetap menggenggamku erat dan mulai melihat-lihat isi Kwangya Seoul yang cukup ramai pengunjung. Lebih banyaknya turis sepertiku.

"Mau beli banyak?" tanya Pasha saat aku mulai menyentuh beberapa display barang.

"Nggak," jawabku singkat dengan tangan kiri dalam genggamannya dan tangan kananku menyentuh beberapa barang.

Pasha diam lagi dan aku sibuk bergumam dengan pilihanku. Aku ingin punya album SHINee, Super Junior, SNSD, dan EXO untuk hiasan kamar tidurku yang kosong. Akan menarik jika di sana ada sesuatu yang bisa dilihat, bisa juga didengarkan. Tapi aku juga ingin lampu-lampuan di display, benar namanya lightstick.

"Katanya sedikit," tegur Pasha saat aku mulai mengambil barang hingga tangan kananku tak cukup lagi membawanya. Benar, aku tiba-tiba kalap dan membeli lightstick EXO, Super Junior, SHINee, dan SNSD, juga beberapa album di mana aku meminta Pasha membantuku untuk membawanya.

A Perfect RomanceWhere stories live. Discover now