MERAH MERONA

60 2 0
                                    

"Lu ada lihat Ryan nggak sih?" tanya Bara kepada Nevan. Setelah berkeliling mata mencari keberadaan Ryan yang tidak terlihat sama sekali batang hidungnya di dalam bus yang mereka tumpangi.

Mendengar pertanyaan Bara, Nevan berdiri sekejap melihat satu persatu bangku, menyusuri setiap sudut bus untuk memastikan. Memang benar, Ryan tidak satu bus dengan mereka berdua.

"Iya nggak ada," jawab Nevan, sembari kembali duduk.

"Apa jangan-jangan tuh anak ketinggalan lagi!" Bara membulatkan mata mulai syok.

"Lah terus terus gimana?! coba chat aja si Ryan," kata Nevan, memberi saran.

"Bentar-bentar gue chat dulu." Bara segera mengambil ponsel yang berada di saku baju, lalu mengirim pesan di kontak Ryan.

Yan Lu di mana? Jangan bilang lo ketinggalan lagi. Ya elah... yang benar aja, udah kayak korban ghosting aja lo.

"Udah, tapi masih centang dua. Si Ryan on tapi nggak dibalas," gumam Bara, dengan kedua alis mengkerut.

"Tunggui aja, entar juga dibalas, baru juga lo kirim."

"Minimal fast respon lah."

Sekitar 5 menit kemudian, terdapat notifikasi pesan dari Ryan yang membalas chat Bara.

"Nah dibalas." Bara dengan cepat membuka pesan yang dikirim oleh Ryan.

Gue ada di bus kelas X IPA.

Bara menurunkan ke dua alis, bingung. "Lah? dia ada di bus kelas X IPA." Ia menoleh ke arah Nevan.

"KOK BISA! Wah... udah lupa diri." Nevan menggelengkan kepala tak menyangka.

Nevan dan Bara perlahan saling bertatapan, seperti mempunyai pikiran yang selaras hingga mereka berdua menghela nafas, menghempaskan tubuh secara bersamaan di kursi bus.

"Ngapel rupanya sama adik kelas," ujar Bara, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Dua jam perjalanan sudah berlalu. Sely yang sedang merasakan ketenangan malah dikejutkan dengan sesuatu yang membentur pundak kanannya, ternyata itu adalah kepala Ryan yang tertidur pulas di pundak Sely.

Sely memasang wajah kesal, kemudian mendorong kepala Ryan ke tempat semula secara perlahan. Selang berapa menit kepala Ryan terjatuh kembali di pundaknya.

"Nyebelin banget sih!" Sely langsung mendorong kepala Ryan lagi sedikit kuat hingga membuat tubuh Ryan nyaris terjatuh ke arah berlawanan. Namun biar begitu Ryan sama sekali tidak terbangun.

"Eh!" Sely dengan sigap menggenggam tangan Ryan dan menariknya agar tidak terjatuh akan tetapi kepala Ryan kembali di pundaknya. Sely tertegun dengan mata yang membulat sempurna. Kemudian, menghela nafas berat sembari memutar bola matanya.

Tanpa disadari Sely, bibir Ryan membentuk senyuman tipis dengan mata yang masih terpejam.

Tiga jam sudah waktu berlalu, sebagian para murid yang ada di dalam bus bahkan ada yang sampai tertidur lelap.

Pemberhentian bus pertama mereka singgah di sebuah tempat yang sangat ramai dengan warung makan, sangat cocok untuk menjadi tempat peristirahatan.

Faris beranjak dari duduknya, kemudian berdiri tepat di hadapan para murid. "Mohon perhatiannya!" ujar Faris, mengeraskan sedikit suaranya agar mereka dapat memperhatikan. Akan tetapi, ada saja yang masih tertidur pulas.

Faris yang terlihat gemas pun mengambil botol air mineral yang masih terisi sedikit air, ia tersenyum menakutkan. Perlahan ia berancang-ancang membidik dengan mata kiri dengan mata kanan terpejam. Faris melempar botol tersebut hingga mendarat tepat di salah satu murid yang tadinya sedang tertidur pulas hingga terkejut dan segera bangun dengan penuh kebingungan.

ASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang