DI ANTARA ANGKA 1 DAN 3.

78 5 3
                                    

Sely sedang berjalan santai di koridor sekolah untuk menuju kelas. Secara tidak sengaja ia melihat Ryan yang juga tengah berjalan berlawanan arah darinya. Ryan sudah menyadari keberadaan Sely dari kejauhan, ia juga sudah mendengar bisik-bisik murid lain tentang Sely dan Galen yang berangkat sekolah bersama.

Ketika jarak antara mereka hampir dekat, Ryan mengalihkan pandangan ke arah tidak jelas seakan tidak melihat keberadaan Sely yang tepat di depan matanya, ia memiliki rencana yaitu hendak menabrakkan diri secara sengaja ke arah Sely.

Namun nahas, rencana tersebut sudah dirasakan oleh Sely sebelumnya yang terlihat dari gerak-gerik Ryan. Dengan sigap Sely menyingkirkan bahunya yang nyaris tersenggol sambil menyandung kaki Ryan dengan sengaja hingga tersungkur di lantai.

"Aduh!" jerit Ryan, ia terjatuh ke lantai dengan posisi tiarap.

Sely menghentikan langkahnya seraya melihat ke arah Ryan. "Lu berfikir kalo gue bakalan jatuh terus lo tangkap gue dengan cara merangkul gue dari belakang. Diikuti dengan adegan tatap-tatapan slow motion." Sely melipat kedua tangannya di dada.

Ryan segera bangkit dengan rasa sakit di badannya setelah tersungkur di lantai. "Ya siapa tau-"

Sely langsung melangkah pergi tanpa memperdulikan pembicaraan Ryan.

"Loh? eh tunggu!" pinta Ryan, seraya mengejar Sely yang mengacuhkan teriakannya.

"Febricia Megara Rosalie!" ucap Ryan menyebutkan nama lengkap Sely.

"Sely," ujar Sely, singkat. Ia tetap melanjutkan langkahnya dengan diikuti Ryan yang berada di sebelahnya.

"Iya Sely. Hem... lo cantik hari ini." Ryan mengait kedua tangan di belakang tubuh.

Sely menghentikan langkah kakinya setelah mendengar rayuan Ryan yang membuat risih telinga. "To the point aja," imbuh Sely, dengan tatapan dingin..

"Minta nomor telpon." Ryan menyodorkan ponsel nya kepada Sely.

"Beli di konter." Sejujurnya ia sangat malas menghiraukan laki-laki yang berada di sampingnya ini. Tapi, ia juga risih terus-terusan diikuti.

"Maksudnya nomor telpon lo," pungkas Ryan.

"Lu nggak punya nomor telpon sampe minta ke gue?"

"Punya, bisa kali call-an gitu, kita." ucap Ryan, dengan nada yang merayu dan senyuman.

"Oh... lo minta nomor gue buat call-an, bilang dong," seru Sely, terlihat asik.

"Nah iya. Jadi boleh nggak minta nomornya?" Ryan menyodorkan ponsel miliknya, lagi..

"Nggak." Sely segera melanjutkan langkahnya menuju kelas dan membiarkan Ryan yang sedang mematung.

Ryan hanya tersenyum lebar sambil menghela nafas pelan memandangi punggung gadis judes yang mulai menjauh. "Lucu dan menarik."

Sely berjalan masuk ke dalam kelas dengan Ryan yang masih saja mengiringi. Ryan duduk di kursi milik Kyra yang tepat berada di samping kursi Sely.

Sely memutar bola mata, kesal. "Ngapain lo ke sini? ini bukan kelas lo," cetus Sely.

"Gue cuman pingin dekat sama lo aja." Ryan lagi-lagi menggoda Sely yang jelas-jelas terganggu dengan kehadirannya.

Ryan menarik kursi yang ia duduki untuk lebih dekat dengan kursi Sely, mendekatkan mulutnya ke arah telinga Sely seraya berbisik. "Lu to kaya es krim. Dingin, tapi manisnya bikin candu."

Badan Sely seketika merinding dengan bisikan Ryan yang menembus telinganya. Ternyata lebih menyeramkan dari bisikan setan.

Sely sontak mendorong dada bidang Ryan menggunakan kedua tangan. Ia hanya terdiam setelah mendengar ucapan Ryan barusan membuat mereka saling bertatapan tanpa mengerti perasaan apa yang sekarang ada di hati mereka masing-masing.

ASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang