BALLERINA

70 4 0
                                    

Taksi yang mereka tumpangi akhirnya tiba di SD Mars, tempat di mana Naila bersekolah. Ryan segera keluar dari taksi lalu mengarah ke sang sopir untuk membayar. Namun, taksi tersebut langsung melaju pergi.

Ryan mematung melihat taksi yang sudah jauh.

"Lu kira angkot kalau mau bayar harus keluar dulu," ujar Sely. tanpa menghiraukan Ryan, ia langsung segera masuk ke dalam sekolah.

Ryan memasukkan kembali uang miliknya ke dalam saku dan segera mengejar Sely yang sudah berjalan sedikit jauh.

"Ruangan nya di mana?" tanya Sely, seraya begitu fokus melihat sekeliling sekolah.

"Gua kira lo tau pake jalan duluan. Ikut gue," desak Ryan, memegang pergelangan tangan Sely sambil berlari menuju ruangan tempat Naila menari.

Setibanya di depan ruangan yang mereka tuju, Sely sontak menghempaskan tangannya dari genggaman Ryan dengan kasar. "Gue bisa jalan sendiri kali," tegas Sely, kesal.

Ryan tidak memperdulikan omelan Sely. Tanpa kata-kata ia langsung masuk ke dalam ruangan lalu duduk di kursi yang telah disiapkan untuk penonton, diikuti Sely yang masih menekuk wajahnya dengan melipat kedua tangan di dada.

Di dalam ruangan tempat di mana acara pentas seni murid SD Mars itu berlangsung, banyak dihadiri orang tua dari masing-masing murid lain. Suasana sangat ramai dan penuh kegemasan, dengan murid yang memakai baju unik dan lucu.

***

Naila mengintip sedikit dari belakang panggung, di balik tirai ia melihat seluruh penonton yang begitu ramai dan matanya terhenti ke arah tempat duduk dimana Ryan ada disana.

Senyuman terbentuk begitu jelas dari wajah mungil Naila. Ia menjadi pembuka di acara pentas seni tersebut, dan akan maju terlebih dahulu di awal acara.

"Terima kasih buat para orang tua murid dan tamu undangan yang sudah berkenan hadir di acara pentas seni SD Mars. Tanpa berbicara panjang lebar, kita akan langsung saksikan penampilan awal dari siswi kita yang bernama Naila Bhalendra." Pembawa acara itu menunjuk sebelah tangannya ke arah panggung, diikuti sorakan para penonton.

Ryan begitu semangat bertepuk tangan menyambut penampilan adik kesayangannya.

Naila mulai naik ke atas panggung. Ia menggunakan baju Balerina berwarna merah muda dengan rambut yang di kuncir pita biru langit. Musik gemulai khas Balerina sudah dimainkan. Naila memulai tarian dengan penuh penghayatan, badannya seperti menguasai lagu yang terdengar indah di telinga. Kelenturan tubuh yang ia miliki menambah aura bak Balerina yang sangat handal.

Para penonton bertepuk tangan memeriahkan suasana pentas seni tersebut.

Usai Naila menari, ia menunduk kan badan memberikan penghormatan kepada penonton kemudian segera turun dari panggung.

Ryan yang melihat Naila turun dari panggung segera menarik tangan Sely yang tengah duduk santai tepat di sampingnya. "Ikut gue," ajak Ryan, bergegas pergi dari ruangan tersebut.

"Eh-" Sely yang tidak diberi waktu berbicara hanya pasrah mengikuti tarikan Ryan. Mereka berjalan di koridor sekolah lumayan cepat.

"Mau ke mana," tanya Sely.

"Ikut aja," balas Ryan, tanpa menoleh ke arah Sely dan terus melanjutkan langkahnya.

Di pertengahan jalan, tiba-tiba Ryan menghentikan pergerakannya yang membuat Sely menabrak punggung lebar Ryan.

"Aduh!" ringis Sely, memegangi dahinya yang baru saja terbentur. Sely dengan cepat melepaskan tangannya dari genggaman Ryan. "Kebiasaan ya lo! udah gue bilang-"

"ABANG!"

Ucapan Sely seketika terputus ketika mendengar teriakan keras dari anak perempuan yang berlari ke arah mereka. Ryan yang melihat anak perempuan itu langsung berlutut merentangkan kedua tangan menatap adiknya.

ASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang