ONIGIRI.

77 9 0
                                    


Ryan dan Bara masih berada di depan gerbang sekolah. Mereka sedang melamun menunggu Nevan yang entah ke mana sedari tadi.

"Yan, Nevan ke mana ya? lama banget dari tadi nggak balik-balik," tanya Bara. Mereka masih nongkrong di motor untuk menunggu Nevan.

"Nggak tau gue, katanya beli es cekik bentar." Ryan melihat sekeliling mencari keberadaan Nevan. "Ke mana sih tuh anak."

"Nunggu salju turun kali." Bara tertawa lepas dengan lawakan nya sendiri dan diikuti Ryan yang juga ikut tertawa.

"Ada-ada aja lo." Ryan menyenggol pelan badan Bara dengan siku.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Nevan datang dengan mengeteng sebungkus es cekik yang hanya tersisa setengah saja.

"Nah... tuh makhluknya," seru Bara, menepuk bahu Ryan beberapa kali lalu menunjuk ke arah Nevan yang masih berjalan menghampiri mereka.

"Lama banget sih lo, sampe 4 musim udah berlalu kita tunggu disini."

Ryan sedikit kesal kepada Nevan, bukan karena apa. Tapi pinggangnya sudah mulai encok duduk terus di motor, kalau berdiri malah kaki yang jadi pegal. Memang yang paling bener itu rebahan.

"Sorry nunggu lama tadi gue ke toilet sekolah bentar, kebelet boker," tutur Nevan, seraya mengelus-elus perutnya yang sudah merasa lega.

"Kok lo bisa sih boker di sekolah." Bara membentuk wajah kecut dengan mengangkat sebelah bibirnya.

Ryan men jentikan jari ke arah Bara tanda bahwa ia setuju. "Bener, se elite-elite nya toilet sekolah. Gue nggak bisa yang namanya boker di sekolah."

"Dari pada boker di celana, bikin malu," cetus Nevan.

Bener juga sih.

Bara melirik sebungkus es cekik yang dipegang oleh Nevan. "Es nya udah sisa setengah gitu lagi, pelit banget lo kagak bagi-bagi."

"lo juga, sekolah elite, beli minum es cekik, kagak dikasih sangu sama Ortu lo," ucap Ryan.

"Bukan gitu, duit gue sisa 2.000 doang mana gue haus lagi dari pada orang ganteng kayak gue pingsan di jalan, bisa dikeroyok gue sama cewek-cewek," ujar Nevan, sombong.

"Dih. Pede banget nih anak, yang ada lo dikeroyok sama polisi dikira mayat," ledek Bara, membuat ia dan Ryan tertawa lepas.

"Tau, heran gue," kata Ryan.

Nevan hanya merengut kesal mendengar olokan kedua sahabatnya. "Cocok banget kalian berdua ikut kontes kang bully terkejam, pasti menang."

"Udah ah buruan pulang, gue udah di tunggu emak gue di rumah." Bara mengangkat standar motornya lalu memakai helm bersiap untuk pulang.

"Gas." Nevan segera naik ke motor Bara bagian belakang.

"Eh! tunggu bentar." Ryan menghentikan gerakan Bara dan Nevan yang sudah siap berangkat.

"Kenapa Yan," tanya Bara, mematikan motornya kembali.

"Gue lagi nunggu orang."

"Nunggu siapa sih." tanya Nevan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang sama sekali hanya tinggal mereka berempat saja sama satpam yang lagi molor.

Buset, tuh Satpam makan gajih buta apa yak.

"Gue nunggu cewek baru itu, kok dari tadi nggak keluar dari sekolah ya?. "Ryan melirik sekeliling mencari seseorang yang ia maksud.

"Si Sely maksud lo? tadi gue liat dia boncengan sama si Galen, diantar pulang kali," ucap Nevan, dengan santai seraya mengedikkan bahu kepada Bara yang menyimak nya.

ASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang