BALAS BUDI (RYAN)

68 6 0
                                    

Sely menghela nafas lega sembari berusaha bangkit dari posisi mendarat nya. Namun, ketika setengah berdiri tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan.

"Au!" Sely terjatuh dengan posisi terduduk seraya memegang pergelangan kaki kanannya. "Aduh..." Ia meringis kesakitan sampai-sampai matanya terpejam.

Ryan yang melihat Sely langsung bergegas menghampiri Sely. Akan tetapi, tangan Ryan masih berpegangan dengan tiang bendera yang ia peluk sebagai hukuman yang membuat dirinya kembali ke posisi semula.

"Lepas in gue!," pinta Ryan. Ia berbicara kepada tiang bendera yang tidak berdosa itu. "Gue tau lo jomblo, gue jomblo. Tapi gue kagak demen sama lo! gue demen nya sama Sely."

Yang bener aja, tiang listrik diajak ngobrol. Kagak salah apa ya otak si Ryan.

"Ngapain lo?" tanya Anna, yang melihat kegilaan Ryan. Ia adalah teman sekelas Ryan yang kebetulan lewat sehabis mengembalikan buku di perpustakaan.

"Ini, dia nggak mau lepas in gue."

"Itu kan tangan lo sendiri yang lo pegang."

Ryan melihat ke arah tangannya yang senantiasa ia genggam. "Oh iya." Ryan melepaskan genggaman tersebut sambil ter cengir malu.

"Cakep-cakep, miring."

Ryan tertegun sesaat dengan ucapan Anna yang mulai melangkah pergi meninggalkannya. Ketika berusaha menyadarkan diri, Ia langsung bergegas menghampiri Sely yang sudah tidak terlihat karena tertutupi keramaian murid yang mengelilingi Sely.

"Lu nggak papa, Sel?" tanya Kyra, penuh kekhawatiran.

"Kaki gue sakit banget, Ra." Sely masih memejamkan mata dengan rapat sembari berusaha menahan rasa sakit.

"Mampus," gumam Defi, yang berada di antara kerumunan. Ia merasa menang, walaupun tidak mendapatkan nilai A +. Tapi, ia mendapatkan kemenangan di atas penderitaan Sely , apalagi orang yang dia benci.

Ryan muncul di balik kerumunan dengan wajah panik.

"Awas-awas!" Ryan mendorong kerumunan yang menutupi jalan. Ia melihat Sely yang terduduk kesakitan lalu perlahan mendekatkan tubuhnya ke arah Sely seraya meraba bagian kaki Sely yang cidera.

Sely tidak menyadari bahwa Ryan sedang berada di sampingnya.

"Tolong cepat ambil tandu!" pinta Pak Bowo, menunjuk ke salah satu murid.

Dengan cepat Ryan menggendong Sely tanpa memperdulikan orang di sekitarnya. Kemudian, Ryan berjalan cepat disela-sela kerumunan, membuat cewekcewek yang melihat saling berjingkrak-jingkrak heboh. Mereka seperti terbawa perasaan melihat adegan drama romantis di depan mata secara langsung.

"Aaaa!!!.. so sweet banget!!!!"

Ryan dengan cepat membawa Sely pergi ke UKS. Sepanjang langkah kaki, ia sesekali melirik wajah Sely dengan perasaan bahagia karena bisa sedekat ini dengan wanita yang ia suka.

Sebenarnya Sely tidak pingsan, ia hanya sekedar memejamkan matanya saja. Sely belum menyadari kalau dirinya sedang digendong oleh Ryan.

Dengan perlahan Sely membuka mata. Ia sangat terkejut karena yang pertama dilihatnya adalah Ryan. "E-eh! turuni gue!" Sely memberontak sambil memukul dada bidang Ryan.

Ryan kehilangan keseimbangan nya dan berusaha untuk menggenggam lebih erat tubuh Sely di pelukan nya tanpa menuruti perintah.

"Aduh... bisa diem nggak sih? lo mau jatuh," pinta Ryan, seketika menghentikan langkah menuju UKS.

Sely membulatkan mata dengan sempurna. "Lo modus ya?! jangan-jangan gue mau di raba-raba lagi!," curiga Sely.

"Modus apaan, kaki lo tuh terkilir. Gue cuman mau bantu."

ASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang