#20-ALUNA NABILA-

2 0 0
                                    

-HAPPY READING-
***

Aluna dan Tasya terburu-buru memasuki R.S. Cipta Bangsa. Satu tujuan mereka, Ruang ICU. Didepan ruang ICU terlihat bocah laki-laki yang masih menunggu dengan tertunduk lesu. Hanya bocah itu, tak ada orang lain selain dia.

Mereka menghampirinya, "Ka," panggil Aluna lirih.

Bocah yang semula tertunduk mendongak, guratan lelah bercampur kesedihan terpancar diwajahnya. Kedua mata bocah itu berkaca-kata saat melihat Aluna. Wajah keputusasaan terpancar, seperti mengisyaratkan kedukaan.

" K-kak, nenek-" ucapan Raka terjeda, seperti ada yang mencekal lidahnya untuk menucapkan lebih lanjut.

Aluna duduk disamping Raka, " Ka, n-nenek bakal baik-baik aja. Kamu harus yakin itu." Tangan Aluna mengusap pundah Raka.

Raka menoleh menatap Aluna, rasanya dia ingin yakin seperti itu tapi saat melihat neneknya begitu kesakitan. Rasanya sangat mustahil.

"K-kak, kalau nenek pergi, Raka sama siapa?"Air mata Raka terjun begitu saja.

Aluna memeluk Raka, "Hei, nenek pasti sembuh, Ka. Nenek nggak akan pergi, dia kuat selama ini. Kita harus tetep berdoa buat nenek."

"Raka tau,  Mas Saka kalau denger ucapan Raka tadi, dia pasti marah."

Raka mendongak, " Kak, Mas Saka lagi sibuk ya. Kok nggak kesini? Apa dia nggak peduli lagi sama kami? Raka capek nungguin dia."

Mendengar itu Aluna hanya diam saja. Dia belum siap saat ini, dia tidak mau menambah pikiran bocah laki-laki itu disaat pikiran masih kacau.

Tasya menatap sendu Raka, dia tahu siapa bocah didepannya itu. Dia harus mengalihkan pembicaraan ini saat melihat Aluna tertunduk.

"Raka," panggil Tasya.

Raka menoleh menatap dari atas sampai bawah," Iya em.. Kak Tata ya.   tambah cantik aja kak, maaf Raka cengeng,"

Tasya tersipu, jadi malu deh. Aduh bisa aja nih bocah satu, " ehm... Makasih bisa aja kamu."

Tasya mendekati Raka, " Nangis itu bukan tentang seorang itu cengeng Ka, malahan dengan nangis bisa buat orang itu tambah kuat. Kuat buat hadepin masalah yang akan datang. "

Raka mengangguk, " Tapi kak, Mas Saka pernah bilang laki-laki pantang buat nangis. Raka ingkar."

Tasya menggeleng," Nggak Ka. laki-laki boleh nangis, nggak ada larangan buat nangis. Mungkin dengan kita menangis kita bakal lega. Nanti Kak Tata pukul Mas Saka yang ngajarin nggak bener sama kamu hehheheheh." Tasya mempraktekan pukulan dengan tangan kanannya yang meninju udara dengan keras.

"Kalau dia ada disini, yang penting jangan makhluk alus deh. Tapikan dia udah meninggal, masa gue pukul makamnya?" lanjut Tasya dalam hati, dia bimbang cara memukul Saka.

Mereka kan beda alam? Em... Apa perlu dia memukul foto Saka saja ya. Ide bagus, dia tidak perlu bersusah payah untuk mencari rohnya Saka kan ? Cukup memukul foto Saka saja. Wih memang benar, dirinya sangat jenius. Kayaknya dirinya perlu cek IQ deh, mungkin bisa melebihi Albert Einstein.

"Em... Ka, Kakak boleh tanya nggak?" tanya Tasya yang duduk disamping sebelah kanan Raka.

Raka mengangguk, selagi masih bisa dijawab kenapa enggak. Sedangkan Aluna sangat penasaran apa yang akan ditanyakan Tasya, takutnya pertanyaan Tasya tidak bermutu. You knowlah Tasya kayak apa.

" Kenapa nenek bisa sampai dibawa kerumah sakit?" tanya Tasya penasaran. Seseorang yang sakit pasti ada penyebabnya kan?

Raka menatap Tasya dan Aluna bergantian, dia bimbang sekarang. " Em...karena ada or-" ucapan Raka terpotong oleh suara pintu ruang ICU yang terbuka.

ALUNA NABILAWhere stories live. Discover now