#21-ALUNA NABILA-

3 0 0
                                    

-HAPPY READING-

***

Langit sudah menggelap dengan sempurna, Aluna baru menginjakkan diri dirumahnya. Dengan sepucuk kertas dan bunga tulip merah ditangannya. Aluna memandang lamat bunga yang dia beli sebelum pulang tadi, keadaaanya masih sama mata bengkak akibat menangis.

Aluna tersenyum lalu mengetuk pintu utama.

Tok...
Tok...
Tok...

" Aluna pulang Ma," ucap Aluna dengan riang.

Aluna membuka pintu, untung dirinya meminta kunci pintu kepada Bi Narsih saat di rumah sakit kalau tidak dia harus mengetuk pintu sampai jebol, baru dia bisa masuk kedalam.

Huft...
Ternyata rumahnya begitu sunyi sekali. Suara televisi terdengar digendang telinga Aluna, sepertinya mamanya sedang menonton tv.

Aluna melangkah begitu pelan, dia melihat mamanya yang sedang menonton tv atau melamun.

" Ma," panggil Aluna.

Wanita itu tidak menoleh seperti biasanya. Kenapa jaraknya dengan sang mama sangat jauh, jauh sekali.

Aluna mendekati Ilana dengan pelan, menyentuh lengan mamanya lirih.

" Ma, Are you oke?" tanya Aluna lirih.

Mamanya menoleh, melihat Aluna dengan pandangan entah bagaimana. Dari bola mata ibunya, Aluna dapat melihat kesedihan yang mendalam seolah-olah ibunya terkurung disana.

Ilana membelai wajah sang putri dengan lembut diikuti mata Aluna yang terpejam, menikmati belaian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Aluna senang, apakah ibunya sudah memaafkannya? Apakah ibunya telah menerimannya?
Bolehkah dirinya berpikiran seperti itu ?

Belaian lembut itu lama kelamaan menjadi kasar, dengan sekejap tangan Ilana sudah berada dirambut Aluna. Ilana menjambak rambut Aluna hingga wajah Aluna mendongak. Aluna membuka matanya menatap ibunya kecewa. Hahaha... ternyata ibunya masih sama ya ?

"Saya telah melakukan kesalahan karena melahirkan seorang anak tak tahu diri seperti kamu. Yang mampu membunuh saudarannya sendiri. Anak yang saya sayangi, pewaris Dirgantara," ucap Ilana dengan pelan sambil melihat Aluna dengan tajam.

Aluna menggeleng, " Bukan bukan itu bukan Aluna tapi-." Aluna terus menggeleng.

" Seharusnya dulu, saya mendengar mereka untuk membunuh kamu."

" KELUARGA SAYA HANCUR, PUTRA DAN SUAMI SAYA MENINGGAL, SAYA DIBUANG KELUARGA SAYA, PERUSAHAAN BANGKRUT. ITU SEMUA KARENA KAMU. BENALU," teriak Ilana sambil mengeratkan tangannya pada Aluna. Aluna hanya mampu menikmati rasa sakit dirambutnya.

Dulu masih ada Mas Angkasa yang melindunginya, ibunya pun tidak pernah melakukan seperti ini. Paling hanya ucapannya saja yang nyelekit.

" KENAPA TIDAK KAMU SAJA YANG MATI! SEHARUSNYA KAMU YANG MATI."

Ilana melepaskan jambakan dari Aluna dengan kasar. Lalu mencengkram dagu Aluna. " KAMU HANYA KESIALAN DIHIDUP SAYA. KAMU PEMBAWA SIAL."

"KENAPA KAMU NGGAK MATI SAJA HAH! BENALU." Ilana melepaskan cengkraman di dagu Aluna lalu meninggalkan Aluna sendirian. 

Tatapan Aluna kosong, jadi itu alasan mamanya membencinya.  Apakah selama ini dia salah karena telah hidup? Semua masalah ini berasal dari dirinya ya ternyata, tapi bukan dirinya akar masalahnya. Disini, dirinya hanyalah korban.

ALUNA NABILAWhere stories live. Discover now