"Phi, phi, jawab aku sayang" ucap kongpob sekali lagi.




Kongpob berusaha bergerak pelan dan merasakan memegang sesuatu di tangan nya.



Wajah kongpob berubah pucat saat melihat sedang memegang apa di tangan nya.

Tangan..

Sebuah tangan...

Yang berdarah dan memakai sebuah cincin.


Perlahan, kongpob mulai arah kan pandangan nya mengikuti tangan yang berdarah itu pada pemilik tangan.

Gelap..

Entah sejak kapan gelap itu sangat hitam.


Entah sejak kapan gelap itu sangat menusuk.



Sampai sebuah suara berbisik lembut.



"hey, buka mata mu" kata suara itu lembut.




Perlahan, gelap menjadi terang yang menyilaukan.




"Hey, enak kah mimpi mu?" tanya suara itu lembut.






Kongpob kenal suara itu.

Kongpob sangat kenal.


Dia mencari pemilik suara di terang yang menyilaukan itu.



Kemudian melihat sebuah pohon natal dengan lampu warna-warni yang indah.


Dia tidak ingin melangkah, tapi entah kenapa kaki kurang ajar itu terus melangkah mendekati pohon natal itu.


Dada kongpob merasakan sesak, mata nya menemukan nya.



Dia melihat nya, melihat pemilik suara lembut itu.



Dengan berlari, kongpob menghampiri pria itu.



"Phi, phi, phi arthit" isak kongpob saat memeluk tubuh pria itu.



Kongpob memeluk nya sangat erat.


Isak tangis kongpob tetap belum meredam padahal tangan pria itu mengusap lembut punggung kongpob.


"aku disini, selalu disini" ucap lembut arthit.

"Syukurlah aku hanya bermimpi, terima kasih Tuhan" ucap kongpob dalam isak nya.



"Aku disini, selalu disini" ucap arthit dengan lembut.


Arthit mengecup lembut kening kongpob dan tersenyum.


"Temani aku duduk Kong" ajak arthit.




Kongpob pun duduk disebelah arthit, di dekat pohon natal indah itu.


"Tangan mu dingin, kenapa hmm?" tanya arthit mengelus lembut tangan kongpob.




"aku mimpi buruk phi, aku mimpi jelek tentang phi" ucap kongpob genggam erat tangan kongpob itu.

"Itu karena kau terlalu anggap serius apapun di depan matamu, tanpa bersabar untuk melihat gambaran lebih luas nya" ucap arthit.


"Bagaimana bisa aku tidak serius jika melihat phi dalam keadaan begitu....arghhhh aku tidak mau mengingat nya" ucap kongpob.


Arthit tersenyum..

"Kongpob, kita sudah 10 tahun bersama, tidak pernah kah bosan pada keadaan hubungan kita?" tanya arthit sambil memandang pohon natal di hadapan nya.




Just Another Ordinary Day Where stories live. Discover now