31. Berlari

25 9 0
                                    

Reno menyenggol tubuh kakak kembarnya yang kini tengah berdoa sangat khusyuk setelah sholat Maghrib.

" Eno diem dulu deh. ", ucap Reano yang tetap fokus berdoa kepada sang pencipta.

" Cepetan doa nya, eno laper. Kamu doa apa sih? Setiap doa setelah sholat pasti lama. ", tanya Reno penasaran apa saja doa yang di ucapkan oleh Reano di dalam hati nya.

Reano mengubah posisi tubuh nya untuk menghadap kearah Reno. Ia memegang pundak Reno dan menatap tajam ke arah nya.

" Ano doa nya lama pas sholat itu karena, ano mau Allah wujudin cita-cita ano sama eno. Katanya pak ustadz doa anak Sholeh itu bakalan di jawab. ", ucap Reano sembari tersenyum. Reno seketika mengerutkan dahi nya.

" Emang nya kita anak sholeh ya no? Kan kalo anak sholeh itu gak pernah ngomong dengan nada tinggi ke orang tua. Kita kalo lagi ada masalah sama ayah selalu ngegas ngomong nya, apa itu yang di namakan anak sholeh? ", ucap Reno membuat Reano mematung seketika.

" Ano tau kok, ano yang selalu seperti itu ke ayah kalo ada masalah, sedangkan eno enggak. ", ucap Reano.

" Ano itu sebenarnya anak sholeh cuman karena setan yang suka ganggu jadinya bikin ano kayak gitu. eno yakin itu. ", ucap Reno.

Reano tersenyum mendengar kata-kata Reno yang keluar dari mulut nya begitu saja.

" Makasih Ya Allah udah kasih adek yang baik kayak eno, ano akan jagain eno kok, janji. ", ucap Reano di dalam hati nya sembari memandang adik kembarnya.

Drettt....

Suara tersebut bersumber dari ponsel Reno yang di taruh di saku celana. Ada panggilan masuk dari sang bunda membuat Reno cepat-cepat mengangkat dan membesarkan volume ponsel.

" Assalamualaikum bun. ", salam Reno.

" Waalaikumsalam, anak bunda yang ganteng lagi dimana? Belum selesai sholat nya?. ", tanya bunda.

" Udah kok bun tapi, ini ano lama doa nya jadinya, eno sama ano belum keluar masjid. ", ucap Reno.

" Yaudah setelah itu kalian ketemu sama bunda di depan rumah makan yang ada di seberang GOR ya. ", perintah sang bunda.

" Loh? Emang nya kalo di belakang GOR aja Bun, kenapa bun? Disini kan ada kebab, enak lagi. Kenapa harus di luar?. ", tanya Reno penasaran dengan alasan mengapa sang bunda mengajak nya makan di luar GOR tersebut.

" Ada yang mau bunda omongin, bunda tunggu ya anak kembar bunda yang ganteng. Assalamualaikum. ", sambungan telfon terputus sebelum Reno membalas salam dari sang bunda.

Reano lalu berdiri dan meninggalkan Reno yang masih duduk mematung di dalam masjid. Reno yang melihat kakak kembarnya meninggalkan nya sendiri lantas menghampiri Reano yang tengah mencari sandal jepit.

" Ayok cepet nanti bunda marah. ", ucap Reano lalu meninggalkan Reno di mushola dekat GOR.

Ketika mereka sudah di hadapan sang bunda, mereka di bawa ke arah taman belakang GOR tersebut yang keadaan nya sangat sunyi.

" Kenapa Bun?. ", tanya Reano untuk memulai obrolan ketika mereka sudah duduk di kursi yang telah di sediakan disana. Sang bunda lalu mengeluarkan ponsel miliknya kepada kedua anak kembarnya, sang bunda menunjukkan balasan chat dari sang ayah ketika bundanya itu mengirimi video yang berisikan mereka tengah bertanding.

" Ohh ", ucap Reano singkat kemudian, kondisi muka dan suasana hatinya pun berubah. Sang bunda dan Reno menoleh bersamaan sebagai memberikan isyarat.

" Kenapa sayang?. ", tanya bunda sembari memegang pipi anak kembar nya itu.

" Kenapa cuman di bales nya gitu doang? Seharusnya bangga gitu loh bunda anak nya tuh masuk ke babak selanjutnya, ini tuh gak sekali main langsung dapet medali atau piala. ", kesal Reano melihat sang ayah tidak bersemangat sama sekali ketika anak nya ikut pertandingan tersebut.

Reano berdiri dari tempat duduk nya dan berdiri di depan sang bunda dan adik kembarnya.

" Kalau Reano ikut pertandingan tingkat nasional terus ayah gak bolehin atau gak ngedukung, Reano pergi dari rumah Bun gak pulang sama sekali. Ayah bisa gak sih dukung Reano sedikit aja gitu, gak semestinya anak laki-laki itu harus jadi tentara, kalau bukan karena kemauan hati Reano, gak bakalan bisa
terwujud Bun. ", ucap Reano yang sudah dilanda emosi. Reno berdiri dari tempat duduk nya untuk mengusap punggung Reano untuk meredakan emosinya saat ini.

Reano kemudian meninggalkan mereka di halaman belakang sekolah SMP Hexagon dan berlari ke arah kamar mandi sekolah tersebut.

" Why? Kenapa harus pada gue, gue mau jadi atlet bukan jadi tentara, apa salah nya laki-laki jadi atlet, jadi atlet juga gak semestinya masa depan nya suram. ", ucap Reano sembari bercermin dan mengusap kasar wajah nya.

Ponsel milik Reano bergetar di kantung celana olahraga milik nya. Ia mematikan telfon tersebut tanpa sama sekali mengangkat nya.

Ia pun keluar dari kamar mandi dan ia menabrak seseorang. Dengan cepat Reano meminta maaf kepada orang tersebut.

" Eh maaf gak sengaja. ", ucap nya kepada orang di hadapannya. Ketika melihat orang di depan nya Reano tersentak kaget ternyata orang di hadapan nya itu adalah sang ayah. Iya ayah nya, orang yang hampir menghancurkan masa depan nya.

Dengan muka kesal, Reano lantas berlari secepat mungkin meninggalkan sang ayah di depan pintu kamar mandi.

" REANO LANGIT ALDERAN. ", teriak sang ayah dan ikut berlari mengejar anak kembar nya itu. Ketika Reano melihat kebelakang ia menambahkan kecepatan berlari nya. Sang ayah yang mempunyai daya tubuh yang bagus menambah kecepatan berlari nya pula.

Sang ayah berhasil memegang tangan kanan anak kembar nya itu. Reano melepaskan paksa genggaman kencang sang ayah.

" AYAH LEPASIN ANO, ANO GAK MAU NGOMONG SAMA AYAH. ", ucap Reano sembari memaksa genggaman keras ayah nya.

" Ano dengerin ayah dulu. ", ucap ayah kepada anak nya yang muka nya sudah memerah karena kesal.

Dengan sekuat tenaga Reano melepaskan genggaman sang ayah dan berlari menjauhi ayah nya itu.

" Nak maafin ayah. ", ucap nya pelan ketika melihat anak nya itu sudah pergi menjauh darinya.

Bersambung...

Strict Parents Twins || Sunoo & Jungwon ENHYPEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang