19. Menyembunyikan Sesuatu

26 13 0
                                    

" Eh lo kok jalan kaki?. ", tanya Reano ketika melihat Amanda jalan sendirian di jalan komplek yang sepi.

" Sepeda ban nya meledak kak. Jadinya, harus di benerin dulu. ", ucap Amanda.

Reano melihat sekeliling jalan komplek yang sepi dan ia tersenyum tidak ada orang satu pun yang melihat nya di daerah ini.

" Bareng gue aja, rumah lo dimana?. ", tanya Reano.

" Di blok D, nomer 17. ", jawab Amanda. Reano sontak tersenyum.

" Yaudah naik sini. Pulang bareng gue. ", ucap Reano yang sudah siap memegang tangan Amanda untuk naik ke jok sepedanya yang lumayan tinggi.

Amanda menggeleng kan kepala nya dengan cepat. Reano mengerutkan dahi nya melihat tawaran nya di tolak begitu saja oleh Amanda.

" Nanti kak Reano jadi bahan gosip di sekolah. ", ucap Amanda.

" Gak bakal, yang tinggal di komplek ini cuman lo sama gue, yang lain di komplek sebelah. ", ucap Reano.

" Dan nih ya, disini tuh kadang-kadang sepi jalan nya gue takut lo di culik. ", sambung Reano.

Amanda tetap dengan pendirian nya yaitu jalan kaki untuk pulang kerumah daripada, ia harus menjadi bahan gosip di sekolah Alderan.

Reano hanya menghela nafas nya dan melihat Amanda mulai menjauh dari nya.

" Ngeyel banget kalo di bilang. ", ucap Reano dengan suara yang pelan.

Amanda menoleh ke arah belakang, ia melihat ada Reano yang masih duduk di sepeda miliknya sembari melihat kearah nya.

Setelah Amanda menghilang dari pandangan nya. Reano mengayuh sepeda nya dengan pelan.

" Ano minjem sepeda nya. ", ucap Reno saat Reano sudah berada di depan pagar rumah.

" Mau kemana kamu?. ", tanya Reano sembari melihat adik kembar nya hanya memakai kolor hitam, kaus putih dan sandal jepit.

" Mau beli gula, cepet ah lama. ", rengek Reno. Kakak kembar nya memberikan sepeda milik nya kepada Reno.

" Nitip. ", ucap Reano lalu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu yang berada di saku celana sekolah.

" Apa? Ciki?. ", ucap Reno yang langsung di berikan anggukan kepala oleh sang kakak.

" Sama susu milo satu, kalo kurang pake uang mu dulu. Nanti ku ganti. ", ucap Reano lalu masuk kedalam rumah meninggalkan Reno yang berada di depan pagar.

" Gak usah ganti juga gak papa kok. ", ucap Reno pelan sembari mengukir senyum di bibirnya.

Reno pun menaiki sepeda kemudian ia meninggalkan rumah untuk membeli gula di warung.

" No, kenapa lo suka pulang agak telat dari biasanya?. ", tanya Raja yang sedang menyambut kedatangan sahabat nya.

" Gue ke tempat yang ada sejarah nya bagi gue dan cita-cita gue. ", ucap Reano sembari melempar tas sekolahnya ke sofa ruang tamu.

Raja sontak mengangguk. Padahal, Raja tidak mengetahui tempat yang Reano maksud. Karena, Reano jarang membawa nya untuk ke tempat itu.

" Ja, gimana latihan renang nya?. ", tanya Reano di dapur yang sedang mengambil air putih.

" Alhamdulillah lancar. ", ucap Raja kemudian, ia menghampiri sahabatnya.

Raja latihan nya bukan di rumah almarhum kakek dari si kembar gaes jadi, tuh dia les private gitu makanya Raja gak ada pas latihan di chapters sebelum nya.

Reano menghampiri kearah kulkas, ia terkejut karena melihat isi kulkas yang di penuhi oleh permen coklat. Reano pikir coklat tersebut ialah kepunyaan Adren.

" Maklumin, adek nya Calvin gitu. ", ucap Raja setelah melihat kondisi muka Reano sehabis membuka kulkas yang di penuhi oleh coklat.

" Halo, kak Reano dan kak Raja yang jelek. ", ledek Rafa lalu, ia duduk di meja makan dekat dapur.

" Abang kamu mana?. ", tanya Raja.

" Abang Fauzan bobo. ", jawab Rafa. Raja dan Reano menghela nafas pasrah.

" Tumben sepi yang lain
pada kemana?. ", tanya Reano saat melihat rumah tersebut sangat hening tidak ada keributan sama sekali.

" Di atas semua lagi menggambar sama bunda nya bang Reano. ", jawab Rafa.

" Loh bunda nya bang Reano belum pulang juga?. ", tanya Reano sekali lagi kepada Rafa. Rafa pun mengangguk.

" Kok belum pulang katanya mau pulang hari ini. ", tanya Reano kepada Raja yang ditanyakan hanya diam di tempat.

" Ayah sama bunda lo lagi
berantem. ", jawab Raja sembari menghela nafas.

Reano mengusap wajah nya dengan kasar kemudian, berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman supaya hati nya terasa lega sementara.

Rafa menoleh ke arah Raja yang tengah menatap Reano. Raja yang merasa sedang di tatap oleh seseorang pun menoleh ke arah kanan nya.

" Abang Reano serem kalo marah. ", ucap Rafa takut melihat Reano sedang menahan emosi nya saat ini.

Malam hari nya.

Reano menghampiri sang bunda yang sedang berada di dapur.

" Bun... ", ucap Reano, sang bunda menoleh sebentar.

" Kenapa ano?. ", pandangan bunda kembali fokus ke arah tangan nya yang sedang memotong ayam.

" Bunda sama ayah berantem lagi?. ", tanya Reano ragu-ragu. Bunda menghentikan aktivitas nya.

" Kamu tau dari siapa?. ", tanya bunda kepada anak kembar nya yang satu ini.

" Tau dari Raja katanya tadi, Raja gak sengaja bunda berantem sama ayah di telfon. ", Reano menghampiri bunda kesayangan nya kemudian ia peluk seerat mungkin.

Bunda mengelus rambut anak kembar nya itu dan melepaskan pelukan erat Reano.

" Ayah mu terlalu mikirin ego
nya sendiri dan ayah mu gak bisa mikirin mau nya kamu sama Reno itu apa. ", ucap bunda sembari mengelus pipi anak kembar nya.

" Tapi kan bun... ", ucapan Reank terpotonh ketika jari telunjuk sang bunda sudah berada di depan bibirnya.

" Udah jangan di bahas lagi ya? Adik mu tau kalo bunda berantem sama ayah mu?. ", Reano menggeleng dengan cepat.

Saat mereka berdua sedang membicarakan adik kembar Reano. Tiba-tiba adik kembar Reano muncul begitu saja.

" Tau apa?. ", tanya Reno yang tidak sengaja mendengar perbincangan yang di bicarakan oleh kedua orang yang ia sayangi.

" Gak papa kok eno. ", ucap bunda.

Reno mengeryitkan dahi nya, ia menatap tajam kedua orang di hadapan  nya saat ini.

" Serem banget! Kayak mau bunuh orang kamu tuh! ", ketus Reano dan pergi dari dapur meninggalkan Reno dan sang bunda.

Jangan lupa vote+komen di chapters ini ya

See you on next chapters

Strict Parents Twins || Sunoo & Jungwon ENHYPEN (Revisi)Where stories live. Discover now