8. Tempat Yang Sangat Istimewa

55 44 2
                                    

Hai haiii kembalii lagi dengan aku, gimana nih sama cerita ku yang ini? Seru tidak? Kalo seru jangan lupa tinggalkan votemennya yaa, lanjut aja yuk baca ceritanya.























Reano dan Reno duduk dengan santai di sofa ruang tamu setelah pulang dari rumah Calvin dan mengerjakan tugas di kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, tidak terlalu larut bagi mereka untuk menonton. Di sela-sela mereka menonton, Langit menghampiri kedua anak laki-laki kembarnya yang tengah menonton televisi.

"Ano, kamu ikut mewakili lomba olahraga bulutangkis di sekolah tingkat sekolah ya?" tanya sang Ayah yang sedang duduk di hadapan Reano saat ini.

Reano pun hanya mengangguk sebagai jawaban, "Hehe iya, oh yah, makasih ya udah mau masukin ano di kelas bulutangkis. Ano janji untuk belajar dengan serius nantinya," jawab Reano.

Langit hanya mengangguk sejenak, "Iya, belajar yang serius biar badan mu kebentuk juga buat jadi tentara," ujar Langit membuat kedua anak kembarnya membulatkan matanya.

Reano menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai penolakan dari dirinya sendiri, "Gak mau! Apa sih yah, Ano kira Ayah mau dukung ano jadi atlet, ternyata cuman buat ikutin kemauan Ayah?" tanya Reano dengan sedikit nada bicara yang ia naiki beberapa oktaf.

Melihat kakak kembarnya yang mulai muncul amarahnya, Reno menggenggam tangan Reano supaya sang kakak sedikit tenang, "Udah ano, jangan dibahas dulu," bisik Reno memohon kepada Reano untuk tidak menciptakan keributan untuk kali ini.

Ayah hanya diam di tempat yang buat Reano kesal terhadap Ayah nya,"Dulu pas kakek masih ada, katanya Ayah bakalan buat cita-cita Reano terwujud, Ayah sendiri loh yang ngomong gitu di depan kakek," ujar Reano yang sedang mengontrol emosi nya.

Reano melepaskan genggaman dari kembarannya dengan mentah-mentah, "Apakah Ayah hanya ingkar dengan janji Ayah itu? Iya? Kalau iya, biar ano aja yang kejar cita-cita ano, ano gak perlu dukungan dari Ayah, ano masih ada Bunda sama eno yang masih mau ngedukung ano untuk mewujudkan cita-cita ano," ujar Reano yang langsung beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan ke dalam kamar nya di lantai 2.

Bunda Vallyn yang baru saja ingin menghampiri anak dan suami nya itu terdiam setelah dia melihat Reano jalan melewati nya dan berjalan menuju kamar nya sembari mengepal tangan nya dan muka yang memerah.

Bunda Vallyn akhirnya lebih memilih menghampiri anak kembar nya dibandingkan suami nya, sebab suami nya tidak akan menjawab pertanyaan nya. Bunda Vallyn berjalan menuju ke kamar anak kembar nya. Ia membuka pintu kamar anak nya dan menghampiri mereka yang sedang berada di kamar,"Eno, ano kenapa?" tanya Bunda Vallyn ketika melihat anak kembar nya yang satu itu sedang menutupi seluruh badan nya dengan selimut dan bantal.

"Itu karena berantem sama Ayah perkara bulu tangkis," jawab Reno sembari mengelap kacamata kakak kembar nya itu yang sempat Reano buat kesembarang tempat.

Bunda Vallyn menghela nafasnya dan duduk di kasur agar ia dengan anak kembar satunya itu bisa berdekatan dan ia sembari mengusap lembut rambut anak nya itu,"Ano, ano kenapa sayang?" tanya sang Bunda. Tidak ada jawaban, Reano hanya diam di dalam selimut dan tidak menjawab pertanyaan bunda nya.

Reno beranjak dari duduk nya untuk mendekat kan nya dengan kakak kembar nya itu,"Cilukba ...." ujar Reno sembari membuka bantal yang sempat menutupi seluruh muka kakak kembar nya itu.

Reano tidak terhibur dengan candaan Reno dan hanya menatap kosong ke arah mata Reno. Niat hati Reno ingin menghibur kakak nya tetapi kakak nya itu tidak tertawa seperti yang ia bayangkan,"Yah ... candaan eno gak lucu," ujar Reno yang membuat pundak nya merosot karena rencana nya tidak berhasil.

Strict Parents Twins || Sunoo & Jungwon ENHYPEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang