62. Mengalahkan George

25.9K 3.3K 2
                                    

"Kau akan mati, suami!"

Teriakan istrinya membuat Aiden diam. Ia sedikit.... Bingung. Mengulang waktu katanya? Sama seperti waktu istrinya dieksekusi di kehidupan lampau?

Lalu, kenapa dirinya mengingat kejadian sebelum mati kali ini?

Ah, tidak, pikirkan saja nanti, Aiden harus bertindak dengan keputusan.

"Aku ... Harus tetap mengikuti perang akhir ini." Putusnya tegas.

Tilly memasang wajah tidak percaya, "Kau gila! Kau akan mati!"

"Aku tidak akan mati, istri. Aku sudah mengetahui kesalahanku di bagian mana."

"Suami sangat mengerikan!" Tilly mendorong tubuh Aiden, "Aku sangat ketakutan ketika suami meninggalkanku. Rasanya... rasanya.... "

Tilly meremas bagian atas dadanya, "Rasanya masih terasa." tangisnya keluar, "Itu mimpi terburuk yang pernah ada."

"Aku takut, suami..." lanjut Tilly.

Keheningan berlanjut selama beberapa saat, Aiden bergerak maju dan memegang kedua tangan istrinya lembut. "Aku ingin mengakhiri perang ini segera, dan kita bisa hidup dengan tenang."

"Kau akan mati. "

"Percaya padaku," Aiden mencium kening istrinya, "Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."

"Aku tidak percaya, kau akan mati. Bagaimana jika saat itu aku tidak bisa mengulang waktu lagi?"

"Percaya padaku, istri. Aku akan membawa kemenangan. Tunggu di Kastil bersama Putri Yelena. "

"......" Tilly mengusap air matanya, hatinya begitu kaku dan berat. Ini keputusan besar.

"Pergilah." ucapnya dengan lirih.

Aiden mengangguk yakin, "Demi kamu dan negara ini. Kita akan segera bahagia, tunggu sebentar lagi."

***

Aiden sekali lagi mengalami situasi yang sama, ia berperang lagi. Melawan beberapa pasukan kerajaan barat, lalu bertemu dengan George sebagai Kaisarnya.

Setelah kematian, Aiden tahu satu hal. Jangan biarkan George tahu bahwa ia adalah penyihir, dan buat lelaki itu seperti meremehkan musuhnya.

Strategi yang dibuat tergesa-gesa, Aiden mulai menjalankannya. Ia tidak langsung mengeluarkan seluruh kekuatannya, dan menjaga pedang George agar tidak jatuh.

Jika pedangnya jatuh, George akan mengeluarkan sihirnya. Pedang ini seperti gembok.

Satu jam, dua jam, hingga tiga jam perperangan belum selesai. Banyak korban yang meninggal baik dari pihak musuh atau Abigail. Aiden dan George belum menyelesaikan pertempurannya.

Ekspresi George terlihat bosan saat menanggapi serangan Aiden. Ini yang Aiden sendiri harapkan, menunggu George lengah dan menusuk dari arah mana saja.

Keringat Aiden sudah bercucuran di mana-mana, berjam-jam ia memegang erat pedang dan meluncurkan senjata tanpa perlawanan balik.

Sebelumnya, Aiden sempat membuat diskusi sebentar dengan kedua pangeran. Jika George terlihat mulai bosan, Ixion harus mengalihkan perhatian si Kaisar barat tersebut. Sedangkan Caesar harus tetap memberi perintah resmi dan menjaga di Ibu Kota.

Di tengah pertempuran, Ixion memberi serangan terbesarnya hingga seratus pasukan musuh mati dalam selambai tangan. George sangat tertarik dengan penyihir, ia menoleh.

Saat itulah, Aiden tidak menbuang kesempatan dan menusuk tepat di bagian dada George.

Crasshh!

"Ukh!" Aiden tiba-tiba meringis kesakitan, ia menunduk dan melihat di pundaknya terdapat belati yang menancap.

George terbaring di tanah tak berdaya, "Bajingan!" Lelaki itu batuk darah dan tak kuasa bergerak.

Ingin segera mengakhiri perang, Aiden menekan tusukan pedang tersebut sehingga George batuk darah beberapa kali.

Hingga... George menutup matanya tak lagi bernapas.

Aiden berhasil membunuh Kaisar barat tanpa sihir sekalipun.

Rasanya lega.

Ia menarik pedang menancap di George yang tak bernyawa, diinjaknya mayat Kaisar barat itu.

"PEMIMPIN KALIAN TELAH KALAH!"

Para pasukan musuh menoleh ke sumber suara, mereka terlihat ketakutan dengan Kaisar yang sudah tergeletak tak bernyawa di lantai. Jatuhnya senjata masing-masing, segera seluruh ksatria musuh berhamburan kabur.

Ixion Einer memerintahkan para pasukannya sendiri untuk menangkap musuh, sebanyak apapun itu, penjara akan muat dimasuki.

Kemenangan benar-benar telah ia capai. Aiden tersenyum dan pandangannya memburam.

Pusing yang hebat menyiram kepalanya, Aiden terhuyung.

"Ah, sial...." Lelaki itu bergumam, "Belati beracun."

[END-TERBIT] Get Married with MonsterWhere stories live. Discover now