30. Para Pelayan Bersalah

43.9K 6.9K 82
                                    

"Istri, apa kau tidak ingin aku datang ke sana?"

"Jangan seperti itu, kita tidak bisa melawan kehendak Kaisar."

Aiden mengangguk, "Kita datang bersama kalau begitu."

Tilly mencubit pelan pipi bagian kanan suaminya, "Sudah kubilang kita tidak bisa melawan kehendak Kaisar!"

"Aku tidak melawan, hanya membawa istriku saja."

"Tetapi di surat, tertulis jika hanya kau dan dua ksatria yang boleh datang."

Aiden menggosok pipinya ke pipi Tilly, "Sudahlah.. Itu hal mudah. Sekarang aku ingin tidur, Istri~"

'Gemasnya... '

"Aku harus mengobatimu dulu."

***

Burung-burung melambung di langit biru, suara kicaunya membuat Tilly sedikit terganggu. "Uhm.." Dia membuka matanya.

"Aiden ke mana?" Tilly menemukan bagian kasur sebelahnya kosong.

"....Lea?"

"Hei, di mana semua orang? Bahkan pelayan pribadiku tidak ada, kenapa mereka begitu lalai?" Gadis kecil itu menggerutu lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dia membunyikan bel pemanggil pelayan namun tak ada yang kunjung datang.

"Apa-apaan? Aku harus menyiapkan bak mandi sendirian."

Sebenarnya, menyiapkan bak mandi adalah hal mudah. Karena Tilly selalu menyiapkan nya secara mandiri saat berada di kastil Marquis.

Dengan cekatan dia membasuh tubuhnya sendiri, lalu memakai sebuah gaun tanpa korset.

"Aku kesulitan menguncir rambut tanpa bantuan pelayan." Tilly mengangkat kedua bahu dan menyisir ringan rambut emasnya.

Ia membiarkan rambut tergerai dengan sedikit berantakan. 'Mengingatkan penampilanku saat berada di Kastil Ayah.'

Berjalan keluar, Tilly mencoba bertanya pada seseorang tentang keberadaan Lea.

"Penjaga, apakah kau melihat Lea? Dia pelayan pribadiku."

Penjaga itu menunduk sopan, "Saya melihatnya, Nona. Di dini hari, dia memasuki kamar tamu nona Julian bersama beberapa pelayan lain, termasuk kepala pelayan."

Tatapan Tilly menjadi bosan, Julian lagi?

"Baik, terima kasih, Penjaga."

"Tentu, saya terhormat bisa membantu anda."

Tilly kini melangkah menuju kamar tamu Julian, dan dia sudah sampai di kamar tersebut.

Ceklek

Membuka pintu, tatapan gadis itu disambut oleh Lea yang tidur di ranjang Julian. Seolah anak kadungnya sendiri, Lea mengelus kepala Julian dengan lembut.

Beberapa pelayan yang lain berada di sisi berhadapan, saling berbincang lembut, menjaga gadis berambut merah muda itu.

Dan... Sora, kepala pelayan, juga ada di sana. Dia tersenyum manis menatap Julian.

Seolah Julian adalah harta berharga mereka yang sangat rapuh, dan harus dijaga sebaik mungkin.

"Ada apa ini? Kenapa kamar tamu ribut sekali?"

Julian yang masih sibuk dengan kehangatan para pelayan, tersentak. "N-nona Tilly!"

"Ya ampun... Maafkan saya, Nona! Saya melupakan anda!" Lea berlari turun dan bersujud di kaki Tilly.

"Saya bersalah, saya bersalah, maafkan saya, Nona!"

Julian ikut turun, "Tidak.. Itu bukan salah Lea! Semua ini salahku karena mengalami mimpi buruk sehingga membuat beberapa pelayan harus menghampiriku. "

"Nona Julian..!" Pelayan lain berteriak haru, mereka merasa terselamatkan.

"Itu bukan kesalahan Nona Julian.." Lea menangis, "Kesalahan saya. Saya melupakan majikan saya dan malah bersantai di sini."

"Tidak! Saya yang salah, Lea tak pernah menjadi sumber masalah ini. Biarkan saya saja yang dihukum!"

"Nona Julian..."

Tilly memijit hidungnya, "Sudah selesai dramanya? Bisakah kau jelaskan secara detail, apa yang memicumu untuk melakukan kesalahan ini, Lea?"

Julian terus menggeleng, "Bukan salah Lea!"

"Diam! Aku tak berbicara padamu, Nona Julian."

Sora mendekati Tilly, dia menunduk dengan penuh ketulusan. "Maafkan saya, Nona. Biarkan saya yang mengemban hukuman para pelayan bersalah."

"Ah, kepala pelayan..!"

"Sora!" Tangisan Julian semakin keras.

Tilly membuang nafas kesal, "Tidak aku biarkan. Aku ingin seluruh pelayan mengemban hukumannya sendiri."

[END-TERBIT] Get Married with MonsterWhere stories live. Discover now