34. Pulang

40.5K 6.6K 43
                                    

"Duke Kecil yang telah berjasa besar pada perang terdahsyat kali ini! Dia mengarahkan pasukannya dengan hebat, dan membunuh para penjahat dari kerajaan barat!"

"Bahkan dengan sukarela memberikan botol penyembuh pada orang terluka, juga menyelamatkan seorang putri Count!"

"Walau umur Duke Kecil masih 9 tahun, saya, Kaisar Negeri ini, memberikan gelar pahlawan terbaik urutan ke-13 dalam sejarah."

Prok prok prok!

Aiden maju ke area singgasana sang Kaisar untuk menerima gelarnya. Sebuah pedang yang cukup besar dan mewah baru saja terletak di kedua tangan Aiden.

"Dengan ini, Duke Kecil resmi menjadi pahlawan ke-13!"

Riuh tepuk tangan kembali terdengar di aula pesta. Tilly, yang berdiri di dekat singgasana untuk menunggu suaminya turun, merasa bangga.

'Tentu saja, dia suamiku.'

Setelah menerima penghargaan, pesta melelahkan terus berjalan. Tilly membuat relasi dengan bangsawan-bangsawan kelas atas.

Apalagi sang Putri menaruh perhatian khusus untuknya, Tilly benar-benar menjadi pusat perhatian.

Setelah waktu berlalu cukup lama, Tilly, Aiden, dan Cavin, bersiap untuk kembali ke Kastil.

Mereka merasa sangat lelah sehingga kereta kuda berjalan lebih cepat agar segera sampai di Kastil.

Di rumah mereka.

"Tuan Muda dan Nona Kecil telah kembali!"

Kedatangan kereta kuda disambut baik oleh para pekerja, mereka tersenyum ramah dan bahagia. Salah satu pelayan bahkan membawa nampan berisi dua gelas air dan dua jubah.

"Sepertinya para pelayan menunggu kita dengan sangat baik," Ujar Tilly tertawa.

Aiden mengangguk, "Iya. Maka dari itu kita harus membalas mereka dengan suasana yang bisa membuat bahagia, kan?"

"Humm.. Suasana yang bisa membuat bahagia. Bagaimana cara menciptakannya.."

"Seperti ini." Aiden menarik lembut lengan Tilly untuk turun kereta kuda, dan mencium jemari lengan itu.

"Ayo turun, Istriku."

Tilly terkekeh menerima perlakuan imut dari suaminya, itu terasa menyenangkan.

Julian datang dengan seorang gadis asing di belakangnya, "Kalian sudah kembali! Selamat datang!"

"Terima kasih, Nona Julian." Tilly mengangguk.

"Aku ingin berbicara dengan kalian berdua, bolehkah?"

Demian yang tiba-tiba muncul diantara para bocah bangsawan, menjawab pertanyaan Julian. "Mungkin akan menjadi baik, jika anda memberi waktu Tuan dan Nona kecil untuk istirahat,"

"Ah, benar juga! Aku akan berbicara dengan kalian nanti malam."

Aiden mengangguk, "Tentu. Saya dan istri akan menunggu di ruang pembicaraan."

Julian mengucap salam pamit lalu menarik tangan gadis asing yang sedari tadi diam di belakangnya.

'Siapa gadis itu? Mungkin... Pelayan.'

Omong-omong Tilly harus melakukan sesuatu, hubungan Count dan Kaisar sudah terlihat jelas. Apalagi setelah Kaisar hendak membunuhnya lewat mata-mata.

Masalah ini tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Istri, pakai jubahmu." Aiden menyodorkam sebuah jubah yang cukup untuk menghangatkan tubuh Tilly.

Sekarang masih sore menjelang malam, namun rasanya sudah sangat dingin.

Setelah memakai jubah yang diberikan suaminya, Tilly menarik tangan Aiden untuk memasuki Kastil. Berjalan berdua tanpa ada lagi yang menganggu.

"... Suami."

"Iya?"

"Kita harus melakukan sesuatu dengan Count dan Kaisar. Kau tahu, mata-mata itu berkata... Kaisar akan membuat Nona Julian menjadi istrimu."

Aiden menghentikan langkahnya, "Tenang saja. Itu tidak akan terjadi."

"Tetapi kenapa Kaisar sampai ikut campur tangan? Jika Nona Julian hanya mencintaimu, dan berharap menjadi istrimu, kenapa harus membuat mata-mata membunuhku?"

"Istri," Aiden menatap dalam wajah istrinya. "Kau tak perlu memikirkan hal ini, biarkan aku saja yang mengurusnya."

"Jangan membebankan masalah kepadamu saja.."

"Tidak, tidak. Aku tak merasa terbebani, biarkan mereka yang ingin melukaimu.. Mati di tanganku."

[END-TERBIT] Get Married with MonsterWhere stories live. Discover now