12. Muak Pada Aiden?

58.7K 8.2K 54
                                    

"Dan ada racun di pisau yang katanya untuk memotong rambut?" suara Aiden semakin dingin, bagai bukan diri yang biasanya tampak menyedihkan.

"Itu juga Nona Muda yang memintanya, saya tidak bisa menolak karena saya hanya pelayan di sini." timpal Noel dengan jemari yang saling dipautkan gugup.

Maaf, Tilly tidak segila itu sehingga ingin bunuh diri seperti anak depresi.  Tilly tak bisa mengelak apa yang dikatakan Noel karena kepalanya berputar sangat hebat. Dia tak sanggup berbicara, bahkan pembicaraan Noel dan Aiden hanya samar-samar terdengar.

Di sisi lain, bocah lelaki itu, Aiden, mengerutkan kening. Seolah ketakutan akan trauma pada Noel sudah hilang. Aiden memandangnya pelayannya yang benar-benar sudah bersikap berlebihan.

"Apa yang membuat istriku begitu gila seperti hendak bunuh diri?"

Noel berpura-pura memasang wajah sedih, "Uh, maafkan saya, ini mungkin menyakiti hati anda. Tetapi sebenarnya, nona mengatakan beberapa kalimat saat menyuruh saya."

"Katakan kalimatnya."

Tilly benar-benar harus menjaga kesadarannya untuk menghentikan omongan tak berbobot milik Noel. Tapi kesadarannya bak diombang-ambing dalam lautan luas. Lagipula, kenapa Aiden masih mendengarkan ocehan pelayan itu, sih?

"Nona muda ... Nona muda berkata, jika dia ingin bunuh diri karena lelah ... Lelah dengan Tuan Muda yang buruk rupa. Uh, maafkan saya, tetapi beliau berkata jika beliau merasa muak dengan itu!"

Apa?

Bisakah Noel ikut komunitas teater saja?Lalu Kekaisaran akan menciptakan penghargaan aktor terbaik, mungkin Noel akan menyandang penghargaan tersebut.

"Tidak ... aku tidak," Tilly mengenggam ujung kemeja milik suaminya, berusaha membuka suara yang sangat amat sulit ia keluarkan, "Mana mungkin ... aku mengatakan hal seperti itu?"

"Istri!" Aiden terkejut melihat darah segar yang keluar dari mulut istrinya.

"... Ah, sialan!" Aiden mengeluarkan pedang yang terbuat dari mana, "Kau tidak lagi memiliki alasan untuk hidup!"

"Apa? Tuan Muda, saya sudah menjelaskan jika itu keinginan Nona!"

Dari arah berlawanan terdengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Ada apa ini?" Duchess datang dengan wajah gelap. "Nak, kenapa kau tiba-tiba berlari meninggalkan ruang tamu saat pembicaraan? Itu tidak sopan!"

Aiden mengacuhkan ibunya.

"Haa ... Jelaskan apa yang terjadi." Duke yang berada di belakang Duchess, menghela nafas kesal. Pria itu ingin segera pulang dan meninggalkan kastil rapuh ini, tetapi malah ada masalah muncul.

Jujur saja dia tak peduli dengan masalah atau pembunuhan apalah itu. Tapi bagaimana pun, Aiden adalah putra kandungnya. Ada darah Duke Zionne di tubuh kecil itu. Jadi Duke harus bersikap peduli, entah untuk formalitas atau apa.

"Yang mulia Duke dan Duchess," Noel tersenyum lega, "Ini semua karena nona muda --"

"Jangan membual omong kosong lagi, Noel sialan. Aku memiliki hak di Kastil ini, jadi aku memberi dua pilihan padamu. Mati detik ini juga, atau pergi dan jangan nampakkan awakmu lagi?" tanya Aiden yang tak dapat mengendalikan emosinya.

Duchess tertegun, "Apa kamu barusan berkata 'sialan'? Nak, jangan mengumpat seperti itu, tidak sopan!"

Ah, Aiden semakin kesal! Kenapa Ibu malah membahas hal lain di mana Istrinya dalam keadaan bahaya? Tidak bisakah kedua mata mereka melihat keadaan Tilly yang sudah memuntahkan darah segar, lalu napas yang terlihat berat?

Kenapa harus membahas hal lain seolah istrinya tidak dianggap penting?

Bagai mereka semua tak peduli pada Tilly, itu menjengkelkan!

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang