24. Kondisi Perang

39.8K 7.4K 212
                                    

Aiden tersenyum terus menerus, pupil matanya bergerak ke kanan dan ke kiri untuk membaca surat yang ditulis oleh Istrinya sendiri.

"Menghias kastil, huh? Hahaha!" Bocah itu tertawa lucu.

Dia ingin segera pulang.

Braakk

Grrooowww

Booommmmm

Suara gaduh dari luar tenda membuat kesenangan Aiden terpecah. Sedetik kemudian salah satu ksatria memasuki tenda.

"T-tuan muda..."

"Ada apa?" Wajah Aiden kembali datar.

"Kerajaan barat kembali datang dengan pasukan e-enam kali lebih banyak."

Sepertinya dia harus menunggu kepulangan lebih lama.

Aiden dan pasukannya mulai maju ke garis depan dan menyodorkan pedangnya. Walau ia masih 9 tahun, tidak ada yang berani meremehkan anak monster itu.

Dia gila darah.

Dia menyeramkan.

Kemampuannya hampir sama dengan kepala ksatria Istana.

Selama dua bulan lebih, Aiden terus bermain dengan darah amis. Tangannya, tubuhnya, kakinya, itu terluka baik karena pedang atau pukulan mentah.

Aiden tak memenuhi janjinya pada Tilly, untuk tidak terluka.

Tetapi dia rela terluka agar dapat segera menyelesaikan perang ini dan kembali ke Kastil, kembali ke... Rumah.

"Pft, sejak kapan aku memiliki rumah untuk pulang?" Aiden tertawa pelan dengan pikirannya.

Sejak dia sadar bahwa dirinya itu tampan karena Tilly, menyelamatkannya dari sebuah trauma, saling memeluk, saling tertawa.

Semua itu menyenangkan seperti mimpi indah dari malaikat putih.

Entah bagaimana jika Tilly meninggalkannya seperti dari dalam mimpinya dulu.

Aiden tak akan sanggup hidup.

"Tuan Muda, saya menemukan seorang gadis terluka di sini!" Salah satu ksatria berteriak.

"Huh? Siapa dia?"

"Entah lah, Tuan Muda. Saya baru menemukannya diantara puing-puing sampah dari senjata besar."

"Bagaimana dia bisa berada di medan Perang? Dari gaun yang dipakai... Sepertinya dia adalah bangsawan."

Ksatria itu mengangguk, "Apa yang harus kita lakukan padanya?"

Aiden melirik pelan gadis itu, "Bawa ke area persembunyian kita."

"Baik, Tuan Muda!"

***

"Nona, anda mendapat undangan pesta teh lagi! Ini sudah yang ke-158 di hari ini.."

Tilly terkekeh dan terus menjahit sebuah baju, "Letakkan saja. Aku tidak peduli dengan undangan-undangan itu."

Sejak pesta teh di Istana, Tilly menjadi terkenal di Ibu Kota. Dan Kastil pun menjadi sangat lebih baik, itu pun dengan bantuan Kepala Pelayan.

'Gadis haram yang berkembang menjadi gadis berkemampuan. '

'Teman dekat Putri Yelena.'

'Calon Duchesa dengan kemampuan tata krama terbaik.'

Itulah yang sering muncul di koran selama dua bulan terakhir. Sepertinya Putri Yelena sengaja menyebarkan rumor bahwa dia dan Tilly dekat.

Kenapa?

Tilly meletakkan jarumnya dan melihat baju yang baru saja ia jahit. Itu adalah baju laki-laki.

"Baju untuk Suami nanti~"

Sudah dua bulan sejak kepergian suaminya, dan Tilly mulai terbiasa dengan Kastil sepi.

"Akhirnya baju ini selesai, sangat indah jika suamiku memakainya. Bagaimana menurutmu, Lea?"

Lea menatapnya sejenak, lalu tersenyum manis. "Saya yakin Tuan Muda akan menyukainya, anda memiliki kemampuan menjahit yang luar biasa!"

"Hehe, terima kasih."

Gruduk gruduk!!

Suara riuh dari luar Kastil tiba-tiba terdengar.

Tilly mengintip dari jendela kamar, beberapa kuda datang melaju ke arah gerbang utama Kastil.

Sepertinya dia pernah melihat kuda yang berada di paling depan- yang menunggangi kudanya, dia terasa familiar. Hati Tilly berdebar entah kenapa, sebuah harapan mustahil muncul di dalam hatinya?

"Siapa mereka, Lea?" Tilly bertanya penasaran dan penuh harap.

"Tunggu sebentar Nona," Lea berpaling, " saya akan keluar untuk melihatnya sebenta-"

Brukk!!

Pintu kamar terbuka keras, kepala pelayan, Sora, wajahnya kaku.

"N-nona... Tuan Muda... Dia.. Dia sudah kembali dari Perang!"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterWhere stories live. Discover now