45. Marquis dan Putrinya

30.5K 5.4K 179
                                    

"Kak Cessia?"

Wajah yang sangat familiar, sudah lama Tilly tak melihatnya.

"Kau hidup dengan baik, ya? Sepertinya Duke Kecil memperlakukanmu dengan benar."

"Ah ..." Tilly meletakkan piring kuenya, "Sudah lama."

"Iya, sudah lama sekali. Kau tumbuh dengan baik juga, apa Duke Kecil memberimu makan banyak?"

"Itu benar, kakak."

Cessia tertawa sambil memalingkan muka, "Pft - Apa kau harus bekerja dulu agar dapat makan?"

"Itu salah."

"Huh? Yang benar?"

Tilly menghembus nafas bosan, "Kenapa sekarang malah sok tahu dengan hidupku?"

"Apa?" Cessia mengepalkan tangan, "Aku hanya peduli sebagai kakakmu."

"Kakak? Kau sungguh seorang kakak? Yang menyiksa adiknya bertahun-tahun itu?"

Ucapan keras Tilly menarik perhatian beberapa bangsawan di sekitarnya, mereka mulai berbisik seolah bahan gosip yang segar telah dihidangkan.

"Apa yang kau katakan, adikku?" Cessia maju beberapa langkah, berbisik tajam.

Demian, yang sedari tadi diam, kini menjadi waspada saat Cessia mendekat.

Tilly yang lagi-lagi menghembus nafas bosan, berkata "Sudahlah. Saya tidak ingin membuat keributan."

"Cessia? Ke mana kau per-" Seorang pria tua datang dari arah berlawanan. Rambut coklat dan raut wajahnya, sangat dikenali Tilly.

".... Ayah."

Sungguh, Tilly tak berharap akan menemukan mereka di sini.

Marquis diam menatap anak bungsunya. Rambut emas yang dulu selalu kusut, atau tubuhnya yang dulu selalu meringkuk, telah hilang.

Marquis tidak lagi melihat aura menyedihkan, dari anak yang dijual ke Duke.

"Kau sangat bersinar sekarang, Tilly." Pria itu berucap dingin.

"Ayahh!!!" Cessia tiba-tiba berlari memeluk ayahnya, dengan sangat manja, seolah tengah pamer di depan anak haram yang tidak disayangi.

"Ya ampun, Cessia. Kau ke mana saja? Ayah mencarimu sedari tadi." Marquis tertawa dan membalas pelukan anaknya.

'Memuakkan.'

Tilly memainkan jemarinya lalu tersenyum, "Lama tidak bertemu, Ayah."

"Hum, kau benar."

Mendapat respon yang sangat dingin, Tilly paham bahwa itu adalah isyarat halus agar dirinya pergi menjauh.

"Saya tidak ingin menganggu kesenangan kalian. Maka dari itu, saya pamit dulu."

Cessia melepas pelukannya dan lekas-lekas menarik lengan Tilly. "Ah, tidak! Aku ingin bercanda dengan adikku dulu, kami sudah lama tidak bertemu. Apa kau sebegitu tidak ingin bergurau denganku, Tilly ...?"

Tilly mencoba melarikan diri, "Aku juga ingin bergurau denganmu, kak. Tapi sayangnya aku agak ... Tidak enak badan. Bolehkah aku pergi?"

"T-tapi,"

"Maafkan saya, Nona Cessia. Sepertinya Nona Tilly kelelahan, takut akan bertambah parah, saya akan membawanya ke balkon." Demian membuka suara.

Marquis tiba-tiba berbicara, "Biarkan saja. Nanti kau tertular penyakitnya, Cessia."

Cessia menurunkan kedua alisnya ibarat kucing yang bersedih, "Baiklah ..."

Menunduk pamit, Tilly dan Demian berjalan cepat menuju balkon. "Akhirnya aku bisa bebas, sesak sekali melihat mereka."

Demian tertawa, "Saya juga ikut sesak."

"Ini adalah hal yang sangat penting, Duke Kecil."

"Anda mencoba mempermainkanku?"

"Saya tidak bercanda!"

Tilly hampir sampai di balkon, namun mendengar suara samar yang dikenalnya. 'Aiden?'

Mengintip sedikit, ternyata Count, Countess, dan suaminya tengah berbincang. Suasana pembicaraan sangat tegang, membuat Tilly yakin, bahwa Count telah mengatakan suatu hal buruk.

'Bukankah katanya mereka akan berbicara di Ruang Tamu?'

Count memijit hidungnya, "Saya serius. Jika anda tidak menikahi putri saya, Julian, akan terjadi hal buruk pada Kekaisaran."

"Hal buruk apa? Tolong jangan bertele-tele dan jelaskan secara benar." Aiden mengeluarkan aura emosinya dan berhasil menekan Count juga Countess.

".... Huft, saya tidak bisa mengatak-"

Brak!

Aiden meninju pembatas balkon hingga retak, lelaki itu sudah sangat marah. "Anda bermain-bermain. Sudah cukup." Berbalik, ia hendak pergi.

"T-tunggu, Duke Kecil! Jika saya tidak berhasil dengan cara halus seperti ini, maka ada cara lain."

"Apa yang membuatmu begitu keras kepala untuk menikahkan diriku dengan putrimu, Count?!" Lelaki rambut hitam itu muak, para hama tidak ada habisnya.

"Saya bisa melakukan kekerasan. Anda tahu, kan? Kaisar memberikan dukungan ke keluarga Count lebih banyak, dari pada keluarga Duke."

Aiden tertawa, "Lakukan saja. Saya yakin tidak ada ksatria yang lebih kuat dari pada saya di kekaisaran ini."

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang