10. Menarik

41 6 0
                                    

Hai semua, selamat membaca kembali cerita The Last Choice 😊

Note: Dimohon bijak dalam membaca. Apabila ada kata-kata/tindakan yang kasar jangan ditiru ya, frend^^

Happy reading ma frend, enjoyy

Happy reading ma frend, enjoyy ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Shena berdecak kesal saat melihat pintu gerbang sudah tertutup rapat dengan barisan siswa/siswi di depannya.

Dengan langkah juntai dia berjalan kearah teman-temannya yang lain. Usahanya untuk tidak datang terlambat berakhir sia-sia.

Tak lama mereka menunggu di luar, seorang guru laki-laki membuka gerbang sekolahnya. "Apa-apaan ini. Kenapa banyan sekali yang terlambat." Pak Joko berdecak seraya geleng-geleng kepala di tempatnya.

"Ayo cepat masuk! Upacara akan segera dimualai." Upacara bendera memang belum dimulai. Tapi gerbang sekolah sudah harus ditutup sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi.

Mendengar perintah dari Pak Joko, mereka semua segera memasuki area sekolah dan berjalan menuju lapangan.

"Siapkan atribut kalian, dan baris di depan Bapak sekarang!" Titah Pak Joko dengan nada tegas.

Sontak saja semua murid yang terlambat itu berbondong-bondong kearah meja panjang yang dipakai untuk meletakkan tas murid yang sering datang terlambat saat upacara. Mereka mengambil atribut yang harus dipakai selama upacara bendera berlangsung.

Shena terus mengubek isi tasnya untuk mencari topi miliknya. Tapi nihil, topi yang dicarinya itu tak ada di dalam tas.

"Itu yang masih di sana, cepat kembali ke lapangan!"

Gertakan Pak Joko itu membuat Shena terlonjak kaget. "Damn." Pasrah. Dia pasrah kalau saja Pak Joko atau Agam memberikan hukumannya dobel karena telat datang dan tidak memakai atribut lengkap.

Pergerakan tangannya terhentin saat ada tangan yang menyodorkannya sebuah topi. Cewek itu menoleh ke belakang dan mendapati Aldino sudah berdiri di sana.

Melihat Shena yang bergeming, Aldino menarik pelan tangan cewek itu dan memberikan topi tadi kepada Shena. "Buat lo pake."

Shena mengerjap beberapa kali setelah tersadar dari lamunanya. "Makasih, Din—" Ucapannya terhenti karena punggung Aldino sudah tak terlihat lagi dari pandangannya.

Shena tersenyum senang. Untung saja ada orang baik yang membantunya hari ini. Setidaknya dia tidak mendapatkan hukuman yang dobel karena tidak memakai atribut lengkap.

Lagi-lagi Aldino menolongnya. Dan dia sama sekali belum memikirkan bagaimana caranya berterimakasih kepada cowok itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Last Choice (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang