8. Nasib seorang bendahara

55 6 0
                                    

Hai semua, selamat membaca kembali cerita The Last Choice 😊

Note: Dimohon bijak dalam membaca. Apabila ada kata-kata/tindakan yang kasar jangan ditiru ya frend^^

Happy reading ma frend, enjoyy ✨

Happy reading ma frend, enjoyy ✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

"Doraemon kucing langka, bisa bikin saya tertawa. Kalo kamu suka saya, emang kamu punya apa?" Nyanyi Lisa sambil menunjuk Lutfi.

Mereka berdua sedang duduk di meja paling depan. "Perkenalkan abang Lupi, mimpi jadi orang kaya. Kalo nona nuntut harta, memangnya se-cantik apa?"

"Rasa sayange, rasa sayang sayange. Eh liat dari jauh rasa sayang sayange." Sahut semua teman-temannya secara bersamaan.

Shena—sang Debtcolector kelas sudah berdiri di depan kelas dengan sebuah buku di tangannya.

Suasana kelas yang sangat ramai itu membuat Shena beberapa kali menghembuskan napasnya.

Lisa berjalan ke depan kelas dan menepuk pelan pundak Shena seraya mengepalkan tangannya di udara. "Semangat, bestie." Kemudian cewek itu kembali duduk di kursinya.

Shena tersenyum singkat untuk menanggapinya.

Setelahnya ada Galen dan Belva di belakangnya. Shena yakin pasti sahabatnya itu sengaja menunggu Galen di parkiran, agar bisa berbarengan jalan menuju kelas.

Shena akui mental Belva patut diacungi jempol. Hampir satu tahun cewek itu berusaha mendekati Galen dan tidak mendapat respon sama sekali dari Galen. Bahkan usaha yang Belva lakukan untuk bisa dekat dengan Galen seperti tak ada artinya bagi cowok itu.

"Shena, semangat!" Belva berlari kecil untuk mengejar langkah Galen. Hingga membuat kuncir duanya bergerak ke kanan dan kiri.

"Makasih, Bel."

"Guys, diem dulu, deh." Interupsi Lisa, membantu Shena agar teman-temannya menghentikan aktivitas masing-masing.

Shena mengacungkan jempolnya pada Lisa. "Mantap, Lis. Thank you."

Cewek dengan rambut dicepol acak itu menghela napasnya sebelum berbicara. "Hari ini hari selasa, jangan pura-pura lupa. Ayo para makhluk hina, sini setor uang kasnya." Tangannya menegadah di depan seraya menatap tajam semua teman-temannya.

Seperti dugaan Shena, mereka semua langsung menunduk bersamaan, dan kembali pura-pura fokus pada aktivitas masing-masing.

Sontak hal itu membuat Shena tersulut emosi. Sudah dua minggu sejak mereka naik ke kelas 12, tapi teman-temannya tetap susah untuk bayar uang kas. "Pada diem lu. Setor goceng, woy! Udah minggu kedua, nih." Dari nada bicaranya sudah bisa dipastikan jika cewek itu kesal.

The Last Choice (On Going)Where stories live. Discover now