37. Rumor

20 1 0
                                    

Hai! kalian pada kangen Iwan ga sih? Zi jadi kasihan deh sama Iwan, udah di pungut, ga dikasih perhatian lagi.

Btw happy reading!

Jangan lupa tinggalin jejak biar Zii semangat nulisnya. 

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

37. Rumor

Leon duduk di ujung coffe shop. Tangannya mengaduk-aduk cangkir kecil berisikan kopi di hadapannya. Alunan musik jazz di sana tidak membuat pemuda itu berbaur dalam suasana cofee shop yang terasa begitu menenangkan dan cozy, terlebih saat sadar tujuannya ke sini adalah menemui Retta. 

Belakangan ini Retta menjadi lebih berani terhadapnya, dan tentunya lebih sering memberikan ancaman. Leon paham betul bagaimana Retta begitu cerdik memanfaatkan setiap keadaan. Mencari poin yang sekiranya penting. 

Leon merasa bersalah pada Kyla, karena gadis itu pada akhirnya harus menjadi target Retta. Bisa saja dari awal pemuda itu tidak terlalu menarik Kyla dalam hidupnya, menimbulkan kutub yang saling berlawanan dan memiliki sifat magnetik. 

Dalam ilmu fisika, ada metode mudah menghilangkan sifat kemagnetan, yang paling umum adalah dengan memukul magnet ke permukaan yang keras, dengan tujuan merubah susunan magnet elementer. Namun dalam praktiknya, pemuda itu justru memunculkan magnet lain yang pada akhirnya menarik dan mengembalikan susunan menjadi teratur. Magnet lain itu ada di dalam dirinya sendiri. Dan magnet itu bersifat permanen.

Orang yang sejak tadi Leon tunggu kini sudah melambaikan tangan dari arah pintu coffe shop. Retta masih mengenakan seragam sekolahnya, padahal seharusnya gadis itu sudah melepaskan seragamnya sejak dua jam yang lalu. Hari ini ia tampil berbeda dengan rambutnya yang sudah dipotong sedada, semiran blondenya juga sudah menghilang.

"Hai," sapa Retta sembari tersenyum, "Gue makin yakin deh lo sama Kyla ada apa-apa."

Yang Retta tau, Leon memiliki banyak alasan untuk menolak bertemu dengannya, paling mentok harus minta tolong mamanya dulu, tapi kali ini saat Retta menyebut nama Kyla, pemuda itu mengiyakan ajakannya.

"Langsung ke inti aja," ucap Leon.

Retta membuka-buka buku menu yang ada di meja itu, "Ga seru lah." Gadis itu melanjutkan kegiatan memesan minuman dan makanan ringan untuk menemani dirinya menghabiskan waktu bersama Leon.

"Kalau lo pergi, gue ga janji surat peringatannya Kyla ga berubah jadi surat pengeluaran," cetus Retta begitu saja ketika melihat Leon hendak bangkit dari tempatnya.

Leon meremat jemarinya, ia membenci situasi ini. Pemuda itu kembali duduk di tempatnya, tanpa memandang ke arah Retta yang sejak tadi berusaha mengajaknya berbicara.

"Leon lo gamau ngasih tips jitu biar bisa jadi kaya Lyodra? kayaknya dia yang paling bisa bikin lo jatuh, mmmm," Retta menjeda sejenak, menimang kalimatnya, "kayaknya Kyla juga."

KyleonWhere stories live. Discover now