39. Lupa Ingatan

1K 116 4
                                    

"D-di-dia s-si-siapa?" Tanya Jovan sembari menunjuk kearah Jevan yang sedang berdiri di hadapannya. Semua orang langsung menengok kearah tunjukan tangan Jovan dan menatap keduanya secara bergantian.

"Dia Jevan, kembaran kamu. Kamu tidak ingat dia?" Jawab Rani sembari menunduk, mendekatkan dirinya pada Jovan. Jovan sedikit menggelengkan kepalanya, pertanda kalau dia tidak tahu siapa Jevan.

Lalu, semua orang langsung menengok ke arah Jevan yang sedang menghapus air matanya itu. Jevan pun mendekati Jovan dan berkata, "Jov, ini gue Jevan, kembaran lo. Gue minta maaf, gue bener-bener minta maaf sama lo atas kesalahan yang udah gue lakuin ke lo." Ujarnya sembari memegangi tangan kanan Jovan.

Jovan yang tangannya di pegang oleh Jevan pun langsung melepaskannya. Jevan terkejut dan bingung dengan Jovan yang telah melepaskan tangannya.

"L-lo s-siapa? K-kenapa lo minta maaf sama g-gue?" Tanya Jovan dengan terbata-bata karena ia belum terlalu lancar berbicara karena baru saja sadar dari masa kritisnya.

"Lo ga inget dia siapa, Jov?" Tanya Nares dan Jovan menggelengkan kepalanya. Lalu, semua pun langsung memandangi Dokter Rafi untuk meminta penjelasan.

"Jadi begini, karena kondisi Jovan yang semakin memburuk, membuat ingatannya menjadi terkikis. Dia mengalami amnesia anterograde atau amnesia yang bersifat sementara, tetapi bisa juga permanen." jawab Dokter Rafi. Semua orang yang ada di sana membelalakkan kedua mata mereka karena terkejut setelah mendengar penjelasan dari Dokter Rafi.

"Apa Dok? Amnesia?" tanya ulang Jevan.

"Iya. Itu biasa terjadi pada penderita kanker otak atau tumor otak." Jawab Dokter Rafi lagi.

"Tapi Jovan bisa ingat lagi kan, Om?" Tanya Nares.

"Bisa, tetapi jangan terlalu memaksakannya. Kalian harus perlahan-lahan untuk membantu mengembalikan ingatannya. Kalau kalian terlalu memaksakannya, itu akan membuat ingatan Jovan menjadi semakin memburuk. Dia bisa saja lupa ingatan untuk selama-lamanya." Jelas Dokter Rafi. "saat ini, Jovan hanya bisa mengingat sebagian dari ingatan di masa lalunya dan beberapa orang saja." lanjut Dokter Rafi.

"Tapi, kenapa Jovan ga ingat sama saya Dok? Saya itu kembaran dia, kita udah bareng terus dari dulu." ujar Jevan meminta penjelasan. Karena hanya dirinya saja yang tidak dikenali oleh Jovan.

"Karena lo emang ga pantas buat dikenali sama Jovan lagi," sahut Haris. Jevan langsung menatap sengit ke arah Haris. "maksud lo apa ngomong gitu?" tanyanya.

"Dia juga ga perlu ingat sama lo lagi karena sikap keegoisan dan kebejatan lo yang udh bikin keadaan dia jadi kayak gini." Haris memang masih marah dengan Jevan. Dia sangat marah dan kecewa karena Jevan yang sekarang.

"Lo kalau ga suka sama gue ngomong!"

Kini Jevan dan Haris malah saling adu mulut di hadapan semua orang dan dihadapan Jovan yang baru saja siuman dari masa kritisnya. Sekarang ia malah disuguhi oleh keributan yang terjadi di ruangan itu.

Kepala Jovan menjadi pusing kembali karena mendengar keributan itu. Ia merintih kesakitan di sana. Jeff pun menotice nya dan menghentikan perdebatan antara Jevan dan juga Haris.

"Lo berdua bisa diam ga? Jovan itu baru sadar dari masa kritisnya. Nares, tolong lo bawa mereka keluar. Yang ada mereka bikin keadaan Jovan jadi semakin parah lagi karena ulah mereka." ujar Jeff. Nares pun menganggukkan kepalanya dan menggiring Jevan dan juga Haris untuk keluar dari ruangan ICU itu.

Mereka bertiga pun keluar dari ruangan itu, sementara Jeff, Rani, dan Dokter Rafi membantu Jovan untuk menenangkannya.

"Lepasin gue!" Jevan melepas paksa tangan Nares pada bahunya.

Fraternal J&J [END]On viuen les histories. Descobreix ara