22. Terlanjur Tahu

1.1K 131 13
                                    

Setelah Jovan bangun dari pingsannya, Jevan langsung izin pada guru untuk pulang karena sepertinya Jovan tidak akan sanggup lagi untuk terus berada di sekolah dengan keadaan yang seperti ini. Jovan meminta Jevan agar dirinya tetap berada di sekolah dan keukeuh untuk melanjutkan belajarnya di kelas.

Namun, Jevan tetap akan membawa Jovan pulang dan beristirahat di rumah. Jadi, mau tidak mau Jovan menurutinya. Kalau tidak, sudah dapat di pastikan mereka akan bertengkar kembali.

Sesampainya di rumah, Jevan langsung membawakan makanan ke kamar Jovan. Jovan masih berbaring di atas ranjangnya sembari menatap langit-langit kamarnya.

"Jov, makan!" seru Jevan sembari masuk ke dalam kamar Jovan. Jovan pun langsung mengubah posisinya menjadi setengah duduk. Jevan membantu Jovan dengan meletakan bantalnya di punggung Jovan sebagai sandarannya.

Setelah itu, Jevan mulai menyuapi Jovan.

"Gue bisa makan sendiri, Jev." ujar Jovan dan hendak mengambil alih piring yang dipangku Jevan. Jevan langsung menepis tangan Jovan yang akan mengambil alih piring itu.

"Biar gue yang nyuapin lo!" jawab Jevan sembari menyendokkan makanan itu.

"Gue yang sakit kepala bukan tangan, jadi gue bisa makan sendiri."

"Jangan batu Jovan kalau di bilangin!"

"Iya iya."

Jevan langsung menyuapi Jovan. Jovan pun memakannya walau perutnya terasa sangat mual. Lalu, tiba-tiba Jovan tidak bisa menahan rasa mualnya itu dan segera turun dari ranjang tidurnya untuk pergi ke kamar mandi. Jevan yang panik pun langsung mengikuti Jovan ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Jevan membantu Jovan dengan memijit tengkuk Jovan. Lalu, ia mengambil minum untuk Jovan.

"Nih Jov minum dulu." Jovan menerima gelas yang berisikan minuman itu dan langsung meminumnya.

"Ke rumah sakit aja ya Jov, gue takut lo kenapa-napa."

"Ngga usah, gue cuma masuk angin aja kali. Kerokin aja gue, nanti juga sembuh kalau di kerokin."

"Lo yakin?" Lalu, Jovan pun menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, gue minta minyak angin sama koin nya dulu ke Bibik." Jovan mengangguk lagi. Jevan pun keluar dari Kamar Jovan untuk mengambil minyak angin dan koinnya.

'sorry Jev, gue belom bisa kasih tau lo tentang penyakit gue.'

.

Jevan mulai mengerok punggung Jovan menggunakan koin sampai membuatnya menjadi merah pekat. Yang berarti Jovan memang benar masuk angin. Jevan sangatlah telaten melakukannya. Sesekali Jovan menggeliat karena ia merasa geli bercampur dengan rasa sakit.

"Merah ga Jev?" Tanya Jovan.

"Hmm, gosong malahan." jawab Jevan yang masih fokus melakukannya.

"Kan, gue cuma masuk angin doang."

Lalu, tiba-tiba Bibik datang ke kamar Jovan sambil membawa minuman jahe untuk Jovan minum agar badannya menjadi lebih enakan.

"Bisa Den?" Tanya Bibik pada Jevan.

"Bisa Bik. Nih liat aja sampe gosong gini." jawab Jevan sembari menunjukan hasil mahakaryanya di punggung Jovan pada bibik.

"Ya ampun sampe gosong gitu."

Jevan pun selesai mengerok punggung Jovan dan Jovan langsung memakai pakaiannya lagi. Bibik memberikan minuman yang sudah dibuatnya pada Jovan dan langsung Jovan minum.

"Aden kok bisa jadi masuk angin gini?" Tanya Bibik dengan nada khawatirnya sembari menerima gelas gelas itu kembali yang sudah Jovan minum walau hanya sedikit.

Fraternal J&J [END]Where stories live. Discover now