16. Kecewa

1.1K 111 4
                                    

Jevan bersama dengan Dania sedang pergi membeli beberapa makanan untuk mereka di luar. Tadinya, Jevan menolak agar Dania tidak usah ikut dengannya. Tapi, bukan Dania namanya kalau tidak memaksa. Alhasil, Jevan mengiyakan Dania untuk ikut bersamanya.

Saat ini mereka sudah berada di warung Serbu atau Serba Sepuluh Ribu yang berada di seberang rumah sakit. Jevan pun mulai memesan 5 nasi bungkus dengan menu yang sama. Yaitu nasi, ayam goreng, sayur kentang, dan telur balado. Sembari menunggu, mereka pun duduk di sana. Tidak ada yang membuka obrolan diantara mereka. Mereka sama-sama terdiam sembari menyaksikan ibu penjual membungkus nasi dengan begitu cekatannya.

Pada akhirnya, Dania pun memberanikan diri untuk memulai obrolan. Sebenarnya ia masih sedikit takut, takut Jevan masih marah padanya karena kejadian di sekolah kemarin.

"Hmm, Jev!" panggilnya.

"Iya, gue udah maafin lo." jawab Jevan. Lah, padahal Dania belom ngomong apa-apa.

"Hah?" Dania kebingungan, tidak tidak bukan bingung hanya saja ia terkejut dengan jawaban Jevan.

"Lo mau bahas yang di sekolah kemarin kan? Gue udah maafin lo." jelas Jevan. Rupanya ia memang peka dengan apa yang akan dikatakan oleh Dania. Dania masih cengo, ia bingung harus menjawab apa lagi.

"Mas, ini nasinya udah." seru Ibu-ibu penjual Serba Sepuluh Ribu itu. Jevan pun langsung mengambil kantong plastik yang berisikan 5 bungkus nasi itu. Jevan juga menyodorkan uang Lima Puluh Ribu kepada Ibunya. "Terima kasih ya, Bu." ujar Jevan berterima kasih kepada ibu penjual itu.

"Oh iya Mas, sama-sama." jawab ibu itu.

"Dan, ayok balik!" seru Jevan yang membuyarkan lamunan Dania. Dania pun langsung tersadar dan pergi dari kedai itu.

Mereka pun kembali ke rumah sakit dan masuk ke dalam ruangan Jovan. Setelah sampai di sana, nasi yang dibawa oleh Jevan langsung di serbu oleh Haris yang memang sudah lapar sedari tadi.

"Nah, akhirnya dateng juga nih nasi." serbu Haris sembari mengambil sebungkus nasi itu. Nasi itu sudah di bagi-bagi kan kecuali Jovan karena dia sudah makan makanan rumah sakit tadi. Jovan tampak menatap satu per satu setiap bungkusan nasi itu. Dia jadi ingin juga, mengingat makanan rumah sakit yang sangat hambar dan tidak enak tadi. Jovan terus meneguk saliva nya melihat yang lainnya makan dengan begitu lahapnya.

Jevan pun melihat ke arah Jovan dari bawah, ia tersenyum melihat kakak nya itu terus melihat mereka menyantap nasi bungkus yang sangat lezat itu.

"Lo mau Jov?" Tawar Jevan. Dan dengan wajah polosnya Jovan pun menganggukkan kepalanya. Jevan tau pasti Jovan juga tidak dapat merasakan kenikmatan saat makan makanan rumah sakit yang begitu hambar tadi. Jevan pun bangkit dari duduk lesehannya dan menghampiri Jovan dengan membawa bungkusan nasi itu.

Jevan pun duduk di kursi dan mulai menyuapi Jovan. Yang lainnya hanya bisa menyaksikan drama antara saudara kembar itu.

"Jangan pakek telornya Jev, gue ga suka telor rebus." ujar Jovan dan Jevan hanya menganggukkan kepalanya.

Jangan lupakan para penoton yang berada di bawah sembari menikmati sesuap demi suap nasi bungkus itu yang tengah menyaksikan keduanya pun mulai berkomentar.

"Udah kayak pasangan BL aja lo berdua." seru Ijal yang memang ceplas ceplos kalah berbicara. Semua pun langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah Ijal dengan Ijal yang masih asik menggerogoti ayam goreng bagian paha itu.

"Eh tiang, lo kalau ngomong asal nyeplos aja dah perasaan." protes Jovan dengan mulutnya yang masih mengunyah makanan.

"Tau nih, kebanyakan nonton yang begituan kali nih anak. Atau jangan-jangan dia lagi yang begitu." balas Haris yang juga ikut memprotesnya.

Fraternal J&J [END]Where stories live. Discover now