36. Siapa Pelakunya?

836 124 2
                                    

"Apa Om? Jovan kritis?"

Suara Nares terdengar begitu keras sehingga membuat Haris dan juga Babeh Jali mengarahkan pandangan mereka ke arah Nares yang sedang berbicara di telpon. Saat ini, Nares dan Haris sedang berada di warung Babeh sehabis dari Markas mereka tadi.

"Om, kok bisa Jovan sampe kritis gitu. Dia kenapa?"

"Dia seperti habis dipukuli oleh seseorang. Keadaan dia juga semakin lemah karena penyakitnya yang sudah menjalar ke seluruh tubuhnya dan berakhir membuat kondisinya menjadi kritis."

"Om, aku mohon selamatkan Jovan. Apapun yang terjadi Om harus menyembuhkannya. Kalau begitu, aku ke sana sekarang. Jovan ada di ruang apa?"

"Dia masih ada di ruang UGD"

"Oke Om"

Nares pun langsung memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Membuat Haris dan juga Babeh langsung menanyai Nares soal Jovan.

"Jovan kenapa Res?" Tanya Haris.

"Jovan kritis. Katanya dia habis di pukul sama orang." jawab Nares.

"Astaghfirullahaladzim tuh bocah, ada-ada aja perasaan." ujar Babeh terkejut dan tak habis pikir tentang apa yang terjadi.

"Ini pasti ulah Riko. Emang bener-bener anak anjing tuh orang." ujar Haris sembari mengepalkan tangannya karena emosi.

"He, lu ga boleh asal nuduh orang begitu. Kalau bukan die begimane?" sahut Babeh sembari memukul angin di depannya untuk meredam emosi Haris.

"Tapi, kalau bukan dia siapa lagi Beh. Dia itu selalu bikin masalah terus sama kita. Kita kagak ngapa-ngapain disenggol mulu sama dia."

"Ye tapi lu pada jangan sampe gegabah. Kalian jangan pakek kekerasan buat nyelesein nye. Kalau emang bener die orangnye, lapor polisi aje langsung."

"Ga bisa Beh, nyawa harus dibayar nyawa juga."

"Serah lu deh, suseh ngomongin elu. Ya udeh sono pada ke Jovan."

"Ya udah Beh, kita ke rumah sakit dulu."

"Ho'oh sono dah."

Nares dan Haris pun langsung pergi dari warung Babeh dan pergi menuju rumah sakit tempat Jovan di rawat.

.

Jeff dan Rani masih duduk di ruang tunggu yang tersedia di luar ruangan UGD itu. Perasaan cemas masih melanda mereka. Jovan masih belum ada tanda-tanda kesadaran apapun. Jeff terus menelpon ayah dan juga Jevan untuk memberitahukan masalah yang terjadi pada Jovan. Tetapi, keduanya sama-sama tidak mengangkat telponnya sama sekali. Jeff sampai emosi karena mereka berdua tidak bisa ditelpon itu.

"HAA, kemana sih mereka. Ditelpon berkali-kali ga diangkat juga. Mereka peduli ga sih sama Jovan?" gerutu Jeff sembari terus berusaha menelpon ayah dan juga Jevan.

"Kamu tenang dulu ya, mungkin mereka emang lagi ga pegang HP atau sibuk." ujar Rani berusaha menenangkan suaminya itu.

"Mau sibuk atau ngga kalau udah menyangkut Jovan mereka pasti ga mau peduli, Ran. Sampai Jovan sekarat pun mungkin mereka masih tetep ga mau peduli."

Rani pun bangkit dari duduknya dan mendekati Jeff sembari mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

"Aku ga habis pikir sama pemikiran mereka, Ran. Apalagi Jevan sekarang. Dia jadi ikut ga peduli sama Jovan. Waktu Jovan di siksa kemarin, dia sama sekali ga bantu ngga apa, dia cuma nontonin Jovan yang lagi disiksa habis-habisan sama Om Danu doang." Jeff kembali menitikkan air matanya karena bercerita mengenai kejadian waktu itu kepada istrinya.

Fraternal J&J [END]Where stories live. Discover now