48. Gaduh

16 4 0
                                    

Suasana malam hari di bumi perkemahan begitu ramai. Para siswa sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Terlihat Maira dan Ghea duduk depan tenda menikmati suasana perkemahan. Tak sedikit cerita yang telah dibagi sepasang sejoli itu. Tiba-tiba suara kegaduhan menginterupsi obrolan mereka.

“Woii ada yang kesurupan di tenda sana tuh,” ucap Arkan yang berlari dari sumber kegaduhan.

Sontak Maira dan Ghea kaget bersamaan, "HA?!”

“Kok bisa?” tanya Ghea.

“Ya bisalah Jamilaa,” jawab Arkan.

“Yang kesurupan di tenda mana? Trus gimana dia sekarang? Udah ditanganin?” cerocos Maira.

“Buset udah kayak intel. Ngapa si? Lu mau tanganin, yaudah noh san-” Arkan belum selesai, Maira langsung menarik tangan Ghea menuju sumber kegaduhan.

“Lo yakin, Ra?”

“Kenapa engga?”

Ghea melepas paksa tangannya, “Ntar ketularan gimana?”

“Ketularan apa si? Penyakit? Udah yok,”

“Tapi temen-temen pada lari lo doang yang pengen ke sana. Gila, lo?”

“Penakut banget sih lo!”

“Udah buruan,” Maira berusaha menarik kembali tangan Ghea. Tempat yang penerangannya redup namun Maira masih dapat melihat raut wajah Ghea berubah menjadi pucat.

“Ghe?” ucap Maira lirih seraya menyentuh pipi Ghea.

“Lo kenapa?”

Tiba-tiba Ghea berbicara dengan suara yang menyeramkan.

“Teman-teman kamu sudah mengusik tempat saya. Mereka sudah membuang sampah yang mengganggu ketenangan saya. Untuk itu saya datang membalas perbuatan teman-teman kamu,”

Sontak Maira panik. Dia hendak menarik badan menjauh dari Ghea namun tidak sempat. Ghea yang kemasukan makhluk penjaga bumi perkemahan mengangkat tangan dan mengarahkan tangannya ke leher Maira.

“Ghe?!!”

Ghea berusaha mencekik leher Maira.

“Ghe. Lo-lo ngap-”

“To-long” Maira berusaha meminta pertolongan.

“Sa- sa-dar Gh-”

Maira pasrah. Dia berusaha melafalkan ayat kursi semampunya. Di saat Maira hampir kehilangan seluruh tenaga, tiba-tiba Azriel datang menolongnya. Azriel melepas paksa tangan Ghea yang kehilangan kesadaran.

“Uhuk uhukkk,” Maira terbatuk setelah merasa lehernya sedikit bebas dari cekekan Ghea.

Azriel berusaha menguasai tubuh Ghea. Hampir dia tidak bisa mengimbangi kekuatan Ghea.

“Tolong!” teriak Azriel meminta bantuan.

“Perlu kalian ketahui. Dua dari teman kalian jika tidak membersihkan tempat yang telah mereka buat kotor, akan saya buat yang lebih daripada ini,” ucap Ghea yang meronta-ronta ingin terlepas dari kungkungan Azriel.

“Kami minta maaf. Kami janji akan membersihkan tempat kamu. Tapi tolong bebaskan teman saya ini. Dia tidak tahu apa-apa,” pinta Azriel.

“Azriel. Maira!!” teriak Bagas dan Arkan.

Dua guru, Arkan dan Bagas mendatangi Azriel dan Maira yang kewalahan.

Seorang guru laki-laki datang dan langsung menangani Ghea. Tak cukup lima menit, Ghea sudah sadar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang