36. Kilas Balik Bianglala

31 9 0
                                    

Selamat membaca buat kalian dimanapun kalian berada

.
.

Semilir angin menerpa pipi Maira yang tengah memerah. Dia sangat senang malam ini. Malam dimana ia pertama kali merasakan dibonceng laki-laki spesial dalam hidupnya. Kebahagiaan juga terpancar di wajah Ojan. Ia sesekali melirik wajah Maira di balik spionnya. Tak segan ia juga mempercepat laju motornya agar Maira mempererat pegangannya di pundak Ojan. Ya, Maira masih canggung untuk memeluk pinggang Ojan.

“Ihh kok ngerem tiba-tiba sih?!” tanya Maira.

“Gapapa biar kamu ga ngantuk aja,” ucap Ojan cengengesan.

“Ajakin aku cerita makanyaaa,” Maira mengerucutkan bibirnya. Sangat imut dan menggemaskan di mata Ojan.

“Em, tadi aku dijewer sama guru matematika.” Ucap Ojan memelankan laju motornya.

“Lah kok bisa?”

“Gurunya nanya, jumlah volume air dalam bak, karena aku gak bisa jawab, makanya aku bilang, ‘Gatau Bu, mungkin Ibu bisa nanya sama rumput yang bergoyang’ auto dijewer dong” Ojan tertawa terbahak-bahak. Sangat menggemaskan. Dengan reflek Maira memeluk Ojan dari belakang yang membuat Ojan seketika menghentikan motornya.

“Ehhhh” ucap Ojan membuat Maira kaget dan melepaskan pelukannya. Ia merasa canggung sekarang.

“Kamu kalo mau meluk jangan di sini. Tapi di-…” ucapnya menggantung.

Dengan polosnya Maira menjawab, “Di mana? Emang boleh?”

Dengan pantulan spion, terlihat Ojan sedang menaik turunkan alisnya membuat Maira kebingungan.

“Kenapa?” Maira berusaha menengok wajah Ojan dari belakang.

Astaghfirullah, Jan, tahaaann. Ga boleh gituin anak orang,” gumam Ojan.

“Engga kok, Ra. Yok turun, udah sampe,” titah Ojan seraya melepaskan helm.

“Oh iya ehhee”

“Eh, Jan. kamu gak takut kita ketahuan sama yang lain? Kita kan masih backstreet? Kalo ada yang liat gimana?”

“Gausah khawatir. Rame gini, kok. Temen-temen kamu mana mau merhatiin pengunjung satu-satu. Kalopun nanti ketahuan ya gapapa sih, kan cowok kamu ini ganteng” ucap Ojan dengan percaya diri.

“Pede banget sii. Untung sayang” Maira tertawa menampilkan deretan gigi yang membuat ia semakin manis.

Tanpa berlama-lama mereka memasuki arena bermain yang ada di pasar malam. Karena ini adalah malam minggu, makanya suasananya sangat ramai oleh pengunjung. Pedagang makanan pun juga tidak kalah sepi. Mereka menjajakan makanan dan minuman berbagai macam dan tentunya menggugah selera.

“Kamu mau makan apa?” tanya Ojan namun Maira bergeming.

“Ra?” tanya Ojan dengan melambaikan tangannya di depan Maira. Ia mengikuti arah pandang Maira.

“Eh, Jan. Maaf.. maaf ehehe”

“Kenapa? Kamu mau naik bianglala?”

Dengan puppy eyesnya Maira menjawab, “Umm mauuuu”

Ojan tersenyum dan mengelus pucuk kepala Maira, “Ayo!!!”

Maira mengangguk. Tentu saja Maira sangat senang diperlakukan dengan sayang. Ojan pun menggandeng tangan Maira menuju antrian bianglala. Tanpa menunggu lama, kini giliran sepasang bucin itu menaiki bianglala. Terlihat dari mimiknya, Maira begitu semangat. Sudah lama ia ingin naik bianglala tapi tidak pernah tersampaikan.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang