3. Pensi

221 102 62
                                    

"Ada apa ya, Pak? Tadi kami latihan kok" ucap Dani

"Kalian ingat ya. Dua teman kalian ini tidak akan Bapak ikutkan untuk penampilan akustik nanti. Masa Bapak suruh latihan, mereka berdua malah asik merokok. Pokoknya bapak mau kalian berdua saja yang tampil. Latihan yang serius dan jangan buat bapak kecewa seperti dua teman kalian ini" kata Pak Bahri yang sudah tersulut oleh marah

"Baik Pak" jawab Maira dan Dani kompak

"Ya sudah kalian boleh pulang" Maira dan Dani menyalami tangan Pak Bahri, tak terkecuali dengan kedua siswa yang telah membuat Pak Bahri naik darah

"Heh yang bilang kalian berdua juga bisa pulang siapa? Ikut bapak ke ruang BK. Bapak akan panggil orang tua kalian biar mereka tau" mendengar omelan Pak Bahri, Maira dan Dani bergegas meninggalkan mereka bertiga.

---

Hari berlalu dengan cepat. Tibalah saat dimana Maira tampil di acara pensi. Di balik panggung ia menunggu untuk dipanggil oleh pemandu acara.

"Kak, saya grogi. Yang nonton kok banyak banget yaa" kata Maira

"Gapapa, Ra. Pede aja" Dani menenangkan Maira yang sedari tadi tegang

"Kakak udah pernah tampil di depan penonton yang banyaknya seperti sekarang?"

"Iya, udah beberapa kali. Bahkan penontonnya lebih banyak. Tapi hanya bermain alat musik dan berpuisi. Kalo nyanyi penontonnya bisa nangis" katanya

"Sampe terharu gitu ya, Kak?" tanya Maira serius

"Hahahaa. Ya enggak lah, Ra. Suara gua mah jelek bangeeett. Gak layak diperdengarkan. Takutnya banyak yang nangis karena telinganya perih" jawabnya membuat tawa Maira pecah hingga groginya sedikit berkurang.

"Gitu dong. Biar gak terlalu tegang"

"Hehe iya deh kak"

Zzzttttt.....
Getar hape Maira dari dalam tas, ternyata itu panggilan dari Sari, Mama Maira.

"Kenapa Ma?"

"Mama ada disini sama adek kamu. Tampilkan yang terbaik ya"

"Hm iya Ma. Doain Raraa, ya"

Tiba saatnya mereka tampil. Maira yang pada dasarnya demam panggung hanya bisa berharap agar penampilannya tidak mengecewakan Pak Bahri sebagai Pembina Sanggar. Namun sayang, penampilan yang ia harap akan memberikan hasil yang terbaik, ternyata hancur di tengah perform hanya karena gugup. Nada fals, lupa lirik menjadi masalah padahal waktu latihan ia sudah melakukannya dengan baik. Dengan perasaan yang sangat kecewa, Maira turun dari panggung, berharap ia bisa menghilang agar tak mendapat omelan dari Pak Bahri.

"Maap ya, Kak" Maira merasa bersalah pada Dani yang sudah memberikan yang terbaik namun hancur gara-gara Maira yang lupa lirik.

"Gapapa kok. Santai aja. Namanya juga belajar, yakan?"

"Hm makasih kak"

"Habis ini mau kemana, Ra?"

"Mau langsung pulang aja kak. Cape" jawab Maira yang masih bisa memberikan senyum yang manis.

"Yaudah hati-hati ya" katanya

Maira yang hendak pulang melihat Pak Bahri sedang berdiri menatap panggung. Maira bisa saja kabur untuk menghindari omelan gurunya yang satu ini, tapi Maira memilih untuk menghampiri Pak Bahri dan meminta maaf .

"Bentar ya, Ma" ucap Maira melangkahkan kakinya mendekati Pak Bahri yang tengah berdiri.

"Pak. Maaf ya, penampilan Maira tidak sesuai dengan harapan bapak. Maira janji untuk ke depannya akan lebih baik lagi. Bapak jangan marah ya" ucap Maira sambil menunduk tak berani menatap Pak Bahri

"Maira!!" ucap Pak Bahri dengan nada tinggi membuat seluruh badan Maira bergetar dan keringat dingin

"Mampus kau Mairaa. Pulang ke rumah udah bentukan jenazah" batin Maira sambil meremas rok yang ia kenakan.

"Mairaaa!! Lihat bapak" ucap Pak Bahri namun Maira tak menjawab. Ia tetap menunduk dan takut untuk mengangkat kepalanya.

"Lihat Bapak atau masuk ruang BK!!" sontak hal itu membuat Maira mendongakkan kepalanya. Terlihat tatapan Pak Bahri yang tenang

"Bapak tidak marah. Justru Bapak mau minta maaf karena sibuk dan tidak sempat menemani kalian untuk latihan" jawab Pak Bahri yang sama sekali tidak menyalahkan Maira. Bagi Maira ini adalah moment pertama dan langka untuk ukuran killer seperti Pak Bahri.

Maira menghela napas lega, "Makasih banyak ya, Pak. Maira hanya takut mengecewakan Bapak"

"Sudah. Tidak apa-apa" Pak Bahri menepuk pundak Maira

"Makasih sekali lagi, Pak. Maira pulang dulu" ucap Maira menjabat tangan Pak Bahri.

---

Kekaguman Maira pada Dani tidak berhenti setelah acara pensi. Tiap hari Maira hanya dibuat kagum oleh tingkah lucu Dani yang bisa ia pantau dari jendela kelas. Sesekali Maira melihat Dani bercanda dengan teman-temannya. Kadang ia juga asik dengan keahliannya dalam memainkan beberapa alat musik tradisional. Tak lupa, kemampuannya dalam berpuisi. Sungguh paket yang lengkap bagi Maira. Perempuan mana yang tidak tertarik dengan lelaki seperti Dani?

Tidak puas dengan memantaunya di kehidupan nyata, Maira mencari informasi yang lebih detail tentang Dani di facebook. Dan ya! Maira temukan akun facebooknya dengan nama pengguna Dhani Kazama. Entah nama Kazama dari mana. Yang jelas Maira senang karena dapat memantaunya melalui postingan. Hal yang pertama ia lakukan adalah melihat koleksi foto dan statusnya. Beberapa prestasi yang Dani bagikan melalui facebook membuat Maira semakin kagum pada Dani.

Tanpa pikir panjang, Maira mengirim permintaan pertemanan pada Dani. Selang beberapa menit Dani menerima permintaan pertemanan Maira. Hal itu tentunya membuat Maira senang kegirangan.

"Mumpung abis dikonfir. Kayaknya bagus deh, foto kemaren aku unggah" batin Maira sambil senyum-senyum.

Maira mengunggah dan menandai fotonya bersama Dani yang ia kutip sebelum acara pensi. Senang bukan main, karena mendapat like dari Dani. Kebahagiaannya menjadi sempurna karena Dani juga mengunggah foto berdua dengan pose yang berbeda.

Entah apa yang membuatnya sesuka itu sama Dani. Yang ia lakukan hanya berbagi cerita pada kedua sahabatnya Ika dan Aul.

Ika dan Aul adalah sahabat Maira di SMP. Mereka dipertemukan dan mulai akrab pada saat mereka kelas 8. Rasika atau Ika adalah teman sebangku sekaligus sahabat Maira. Persahabatan mereka makin erat oleh kisah yang sama-sama menyedihkan, Ika yang galau dengan urusan percintaannya, sedang Maira dengan status kejombloannya. Ika adalah orang yang ceplas ceplos, pandai bergaul, juga gak jaim. Meski kelakuannya seperti itu, tapi Ika cukup pandai dalam bidang akademik dan non akademik.

Hal ini sedikit berbeda dengan sahabatnya yang bernama Aul. Baik Ika dan Aul, mereka adalah sahabat Maira yang memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama tidak bisa diam. Tapi perbedaan yang paling menonjol adalah masalah kepandaian di dalam kelas. Kalo Aul dikenal dengan otaknya yang sedikit lambat dalam memahami sesuatu. Walau begitu, Maira tetap menyayangi keduanya .

---

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. hingga akhirnya Maira merasakan yang namanya patah hati untuk pertama kali dalam hidupnya. Dani yang selama ini ia sukai ternyata sudah memiliki pacar. Tinggi, cantik, putih, deretan gigi yang rapi membuat senyumnya semakin manis. Berbeda jauh dengan Maira sebagai manusia dengan ukuran mini, penampilan sederhana ditambah otaknya yang tidak kalah sederhana. Beruntung ia merasakan sakitnya patah hati tak sendiri.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang