7. Matematika

139 84 10
                                    

Maira bingung, "Ini orang maunya apa sih? Kayaknya tiap hari deh ngechat. Padahal gua gak punya daya tarik sama sekali. Masa gabut sampe berhari-hari. Tapi kalo suka gak mungkin juga. Orang belum pernah ketemu langsung kok"

Achmad Fauzan(Online)
"Hai Ra. Apa kabar?"

"Baik kok, Kak"

"Gimana persiapan UN-nya?"

"Rencananya sih pengen ikut bimbel bareng temen-temen"

"Oh gituu. Aku juga bisa ngajarin kok, dikit. Kalo Matematika sama Inggris boleh lah"

"Wah kalo ada pertanyaan yang Maira gatau, gapapa dong nanya sama Kak Fauzan?"

"Ya gapapa. Sebisa mungkin kaka bantu"

Mendengar pernyataan Fauzan, Maira cukup lega. Pasalnya pelajaran Matematika adalah hal yang paling meresahkan bagi Maira.

"Siap kak. Makasih sebelumnya"

"Kamu udah makan?"

Berhari-hari Maira membalas pesan dari Fauzan yang sekadar basa-basi. Baru kali ini Maira mendapat pertanyaan seperti itu. Ada rasa aneh bagi Maira. Ia tidak dapat menolak sepenuhnya. Rasanya seperti gabungan risih tapi senang yang lebih dominan.

"Udah kak"

"Bagus deh. Oiya, udah dulu ya, Ra. Ada tugas yang mau aku selesein. Kamu yang rajin ya belajarnya!"

Kembali perasaan Maira seperti diaduk. Namun Maira belum berani untuk mengungkapkan seperti apa senangnya saat ini. Maira ingin tahu seberapa jauh soerang Fauzan untuk Maira yang hatinya masih tertutup.

"Siap kak"

Tak lama setelah obrolan Maira dan Fauzan berhenti, terdengar suara rusuh dari luar kamar. Maira yakin itu pasti ulah Ika, Aul dan Dania.

Tok tok tokkk...

"Halo Nonaa. Ngapain sih ngurung diri di kamar? Para bidadari datang jauh-jauh dari kahyangan nih. Gua bawain somaynya Mas Ganteng, gua juga bawain serbuk ajaib titipan Tinkerbell nih katanya biar lo glowing. Yuhuuu. Maira buka dong, kalo engga gua balik ke kahyangan bawa somaynya nih" sahut Aul sambil mengetuk pintu kamar Maira dengan kencang. Sontak Ika menoyor kepala Aul dengan kesal.

Aul meringis, "Aduh sakit, Kaa" keluh Aul dengan mengusap kepalanya

"Lu dapat pergaulan kek gitu dari mana sih? Perasaan kita-kita ga gitu amat ngajarinnya" timpal Ika

"Gini nih, punya temen tapi gak gaol. Ini namanya kebebasan berekspresi guys. Makanya jangan cuma lope-lope doang dikepoin. Sesekali bacaannya yang berfaedah seperti millennial pada umumnya dong" ucap Aul kelewat percaya diri.

"Gak harus sealay gitu juga konsepnya sulastriii" ujar Dania kesal

"Tau nih anak berasa ada salah apaaa gitu punya sahabat kayak Aul" Ika memutar bola mata malas

"Haduhh cape ya hadepin kalian. Makanya kalo mau rekomendasi bacaan dan tontonan berfaedah itu sama gua aja" mendengar penuturannya, Ika dan Dania hanya menatap Aul tajam dan menggeleng tak percaya. Tingkat ke-alay-an Aul sudah melampaui batas.

Ceklek..

Pintu Maira terbuka. Menampakkan wajah kusut Maira yang sudah kesal dengan kerusuhan ulah sahabatnya.

"Bawa sopan santun gak sih? Kalo keluar rumah tuh dibawa biar gak rusuh di rumah orang" ketus Maira. Namun hal itu tak didengarkan. Ketiga sahabatnya menyelonong ke kamar Maira tanpa menunggu izin pemiliknya. Maira hanya menghela napas, "Untung sayang"

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang