2. Latihan

288 108 49
                                    

Siang ini matahari begitu terik. Dalam perjalanan pulang tak sengaja Maira berpapasan dengan Pak Bahri. Guru BK sekaligus Pembina sanggar yang terkenal killer di SMP Athira.

"Assalaamu'alaikum Pak" kata Maira dengan menjabat tangan pak Bahri

"Wa'alaikumussalaam, Ra. Tumben sendirian" jawab Pak Bahri tolah toleh

"Hehe iya. Bapak buat apa disini?" tanya Maira basa-basi

"Lagi nunggu istri bapak. Oiyaa Ra, kebetulan ketemu kamu di sini. Penutupan pensi nanti kamu tampil nyanyi akustik sama kakak-kakakmu di sanggar ya" pinta Pak Bahri yang seketika mengubah mood Maira hancur.

"Saya pak?" tanya Maira sambil menunjuk muka sendiri keheranan

"Iya Ra. Memangnya ada Maira siapa lagi selain kamu disini?" jawabnya santai

"Kok saya sih pak, yang lain masih banyak dan lebih jago nyanyi daripada saya" protes Maira dengan memasang wajah malas

"Bapak maunya kamu. Dan yang lain sudah bapak kasi tugas tampil dalam seni tari dan drama"

"Maira kan beda, Pak. Mereka udah pada jago sedangkan Maira belum"

"Kalau kamu tidak mau akustik, gimana kalau tari atau drama?" tanya Pak Bahri yang membuat Maira semakin tak bisa menolak

"Ya jangan dong, Pak. Mending nyanyi aja kalau gitu. Emang bapak gak malu kalo penampilan murid bapak jelek karena tariannya kaku atau dramanya jelek?"

"Makanya kamu juga harus mau ya. Bapak kasi kamu kesempatan buat tunjukin bakat kamu ini. Yang nonton banyak tamu dari luar loh. Siapa tau nanti bisa diundang di acara-acara besar"

"Trus latihannya kapan nih pak?" Maira pasrah.
Maira bergumam, "Iyain aja deh, soalnya umur gak ada yang tau hm"

"Bapak tunggu besok pagi di ruang seni"

"Tapi besok saya ada kelas dan gurunya galak. Gimana dong, Pak?" Maira beralasan

"Alaahh banyak alasan kamu, Ra. Lagipula guru siapa sih yang lebih galak dari Bapak? Kalo perlu, besok Bapak datang ke kelasmu buat ijin"

"Tapi Paakkk"

"Tidak ada penolakan. Kalo gurumu itu tidak kasi ijin, biar Bapak panggil dia masuk ruang BK"

"Busettt" gumam Maira

"Udah yaa. Besok pagi pukul 8 di ruang seni" kata Pak Bahri memotong pembicaraan

"Hm. Iya deh pak. Kalo gitu Maira pulang duluan ya, Pak. Assalamu'alaikum" Maira menyalami tangan Pak Bahri dan pulang ke rumah.

Di sepanjang jalan, Maira hanya menggerutu mengingat semua hal yang terjadi hari ini.

"Berasa sial banget hari ini. Ngapain coba Pak Bahri nambah masalah dengan seenak dengkul nyuruh-nyuruh tampil. Mana harus latihan tiap hari lagi. Pasti tugasku bakal numpuk kayak cucian lagi. Yang kena marah dari guru yang lain kan aku jugaa bukan Pak Bahri" celoteh Maira tanpa memperhatikan orang-orang di sekitar.

***

Seperti janji kemarin, hari ini Maira akan latihan nyanyi akustik. Ia berjalan menuju ruang seni untuk latihan.

"H-5 pementasan, latihan hari ini harus maksimal biar gak malu-maluin" gumam Maira yang sudah ikhlas menerima perintah Pak Bahri

Tiba di depan pintu ruang seni, Maira mendengar bunyi seruling yang begitu merdu. Sengaja ia tak mengetuk pintu karena tak ingin mengganggu orang yang sedang memainkannya. Namun karena merasakan kehadiran Maira, orang itu seketika menghentikan permainannya.

"Lo ngapain di situ?" tanya seorang lelaki berkulit hitam manis

"Saya mau latihan kak"

"Sama" jawabnya singkat

"Berarti kaka dong yang iringin saya di pensi nanti?"

"Bisa jadi" jawabnya membuat Maira manggut-manggut

"Oiya nama lo siapa?"

"Kenalin kak, saya Maira Eka Putri. Panggil aja Maira" Maira mengulurkan tangan untuk berkenalan.

Bukannya langsung menyambut tangan Maira, ia malah membersihkan tangannya terlebih dahulu

"Santai kak. Gapapa" ucap Maira membuat lelaki itu menatap polos Maira

"Emm gua Dani Prasetya. Panggil aja Dani" jawabnya dengan membalas uluran tangan Maira disertai senyum yang begitu manis

"Kaka kelas 9 apa?" tanya Maira yang melihat lambang di lengan kiri Dani

"9 A." jawabnya singkat

"Waaah, berarti kaka pintar dong. Di kelas A kan buat yang jago-jago"

"Gak juga. Kalo lo?"

"Kelas 8 C kak" jawab Maira yang dibalas dengan anggukan

"Yaudah latihan dulu yuk sambil nunggu yang lain datang" katanya sambil meletakkan seruling dan menggantinya dengan gitar.

Bukannya memulai latihan, Kak Dani malah memetik gitarnya dengan sangat merdu sambil melantunkan beberapa bait puisi karya Chairil Anwar. Maira begitu menikmati setiap kalimat dan petikan gitar Kak Dani yang sangat merdu.

"Indah sekali makhluk Tuhan satu ini" gumam Maira. Namun lamunan Maira terhenti. Dani sedari tadi memperhatikan Maira kebingungan.

"Kenapa? Kok senyum-senyum gitu?"

"Eh maaf kak. Jadi kapan kita mulai latihannya?" jawab Maira sedikit terbata karena merasa canggung

"Sekarang sebelum Pak Bahri datang mengomel"

Cukup lama bagi mereka berdua untuk latihan perdana tanpa pengawasan Pak Bahri. Usai latihan mereka keluar dari ruang seni dan bergegas pulang ke rumah masing-masing.

Di gerbang sekolah, terlihat Pak Bahri sedang memarahi kedua siswanya. Maira tidak ingin ikut terpapar oleh amarah Pak Bahri.

"Gimana nih Kak? Aku takut kena omelan juga"

"Ya lewat aja. Kita kan gak salah. Tapi gausah nengok sih biar gak kena imbasnya"

Belum sampai di gerbang ternyata mereka sudah dipantau dari kejauhan oleh mata sakti Pak Bahri

"Ehh kalian berdua sini cepattt" teriakan Pak Bahri sontak membuat Maira dan Dani melangkah dengan cepat

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang