12. Permintaan Maaf Diterima

99 65 16
                                    

Happy Reading!!
🌻

"Aku gak nyangka aja, Ra. Kamu ngelarang aku buat dateng ke sekolah kamu. Alasan kamu aku terima. Aku diem-diem datengin kamu ternyata gini kelakuan kamu? Apa karena dia punya motor yang lebih keren makanya kamu lebih milih dia?"

"Gak gitu, sayang"

"Iya! Aku tau, motor aku cuma motor bebek tua. Gak mungkin kamu sudi naik sama aku. Ini juga alasan kamu buat ngebackstreet, kan?"

Maira tak menyangka akan mendapatkan perkataan menyakitkan dari Ojan. Hatinya sakit ketika Ojan mengira Maira memandangnya dari kekayaan. Maira bahkan tidak suka jika Ojan membandingkan dirinya dengan Anggara. Bagi Maira, Ojan adalah satu-satunya laki-laki yang ada dipikirannya saat ini, tidak ada yang lain. Namun Maira dibuat kecewa.

"Jadi kamu nganggep aku mandang laki-laki dari kekayaan? Iya? Aku gak nyangka pikiran kamu setega itu sama aku. Aku terima kamu apa adanya, Jan. Dan alasan aku ngebackstreet karena aku pernah kecewa sama seseorang di masa lalu aku. Aku trauma sampai menolak beberapa laki-laki hingga kamu datang ngubah hati aku yang dulunya mati rasa jadi kebuka. Aku gak mau ngumbar apa yang menjadi kebahagiaanku sekarang. Aku terlalu takut untuk kehilangan, Jan. Kamu marah dengan alasan aku ngebackstreet, aku bisa terima. Tapi kalo kamu ngaggep aku malu punya kamu yang motornya udah tua, atau apapun itu aku kecewa, Jan. Maaf, udah bikin kamu marah sama aku. Aku janji gak ngulang lagi"

Membaca pesan Maira, Ojan tertegun. Ia rasa dirinya sudah keterlaluan. Tak menyangka Maira akan merasa tersinggung dengan kata-katanya. Ojan tak bermaksud menganggap Maira memandangnya dari apa yang ia punya, ia hanya minder. Menganggap Maira malu memiliki Ojan yang tidak sekeren Anggara.

"Gak gitu, Ra"

"Iya. Aku yang salah"

"Gak seharusnya bilang gitu ke kamu"

"Maaf, Ra"

"Maaaff bangett"

"Aku gak bakal ngulangin lagi"

"Aku janji"

"Maira maafin aku"

Maira tidak membalas pesan Ojan. Jangankan membalas, untuk membacanya saja Maira sudah tidak ada niat. Ojan merasa bersalah. Ditambah Maira yang tak mau membalas pesannya.

"Bego banget lo, Jan. Orang setulus Maira gak bakal gitu. Arghhh. Bego bangett jadi orang" gerutu Ojan sambil menggaruk kepalanya frustasi. Ia melampiaskan kekesalannya dengan game. Kurang lebih 3 jam berada di depan komputer tak mempan untuk menghilangkan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ia benar-benar memikirkan Maira. Hanya Maira.

"Pesanku belum dibaca sama sekali" Ojan terlihat murung. Benar-benar merasa bersalah.

***

Pagi ini Maira ke sekolah dengan mata yang sembab. Semalam ia menangis karena memikirkan perkataan Ojan. Sebetulnya Maira tak tega mendiamkan Ojan berlama-lama. Ia tertegun memikirkan perkataannya semalam yang mungkin akan membuat Ojan semakin kecewa dengannya. Maira takut Ojan makin kecewa, sedangkan Ojan di seberang sana juga memikirkan hal yang sama. Baik keduanya tak ada yang ingin menyakiti. Namun Maira belum berani membuka pesan Ojan. Sejak malam ia kecewa pada Ojan, sejak itu pula ia tak pernah memantau facebooknya lagi.

"Hai, Ra. Kok bengong?" tanya Anggara yang datang tanpa Maira sadari.

"Hai, Ga. Ngapain di sini?"

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang