26. Azriel

53 21 26
                                    

Anyeong eaa
Tak henti pengen ucap makasih pake banget buat teman-teman yang setia nungguin chapter terbaru Bucin Insyaf
Selamat membaca~

.
.
Setelah Maudy dikeluarkan dari SMK Madani, kini Maira bersekolah dengan tenang. Tiga hari ospek yang ia jalani memberinya kenangan, meskipun ia harus berhadapan dengan senior seperti Maudy. Ia tetap bersyukur karena dibaliknya tetap ia dapatkan pelajaran yang berharga. Maira yang dulunya menyalahkan keadaan keluarganya yang juga tidak kalah berantakan. Mengetahui keadaan Maudy dan keluarganya membuat Maira sadar, masih ada yang lebih besar masalah keluarganya lebih dari yang ia rasakan.

Orang tua Maira bercerai sejak umur Maira dan Alia masih sangat kecil. Kelas 2 SD menjalani hidup jauh dari Papanya membuat Maira dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Maira kecil memiliki adik, dan ia sebagai kakak merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan menyayangi adik satu-satunya bernama Alia Dwi Putri. Orang tua mereka bercerai karena Papa Maira diam-diam menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih muda daripada Sari. Di saat itu pula Sari, mama Maira berada pada titik terendah. Sudah tidak ada harapan untuk hubungannya dengan Arman, Papa Maira.

Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Maira kini hidup bertiga dengan Sari dan Alia. Mereka hidup dengan kesederhanaan. Dari sini juga Maira sadar bahwa hidup sederhana di saat keadaan keluarga yang tak lagi bisa hidup seperti dulu. Namun apapun yang terjadi, Maira selalu bersyukur karena sampai detik ini, Arman masih memberi Maira dan Alia nafkah sebagai orang tua.

Hubungan Maira dengan Papanya yang semula hancur, kini kembali membaik. Di usia Maira yang terbilang belia begitu hancur sebab perceraian orang tuanya. Ia bahkan pernah menaruh benci pada Arman sampai-sampai Maira tak ingin mengakui Arman sebagai Papanya lagi. Namun karena ketegaran dan kelapangan hatinya, Sari selalu mengingatkan Maira agar tidak membenci dan menyalahkan siapapun.

Sampai habis air laut, dia akan tetap menjadi papa Rara dan juga Alia,” kalimat itu selalu ia dengar dari mulut Sari.

Pagi ini di koridor sekolah, nampak wajah segar Maira yang sudah sangat siap memulai hari pertamanya sebagai siswa SMK.  Maira lulus di jurusan Komputer atau yang lebih dikenal dengan Teknik Komputer dan Jaringan. Lagi-lagi Maira ditempatkan di kelas C. Tak ada bedanya dengan tiga tahun di SMP, kelas C akan selalu ia dapatkan. Memang, pendaftar SMK Madani lumayan banyak, karena SMK ini termasuk unggulan. Maka tidak heran jika peminat jurusan TKJ di SMK Madani juga lumayan banyak. Pendaftar jurusan TKJ ribuan, namun yang diterima hanya 350 orang.

Begitu tiba di depan kelas, Maira mencondongkan sedikit kepalanya ke dalam kelas. Dan ia sangat kaget kegirangan begitu melihat sosok yang sudah lama tidak ia lihat.

“Maira?!” tanya heran seorang gadis yang berbadan kecil, sama seperti Maira. Dengan senang hati, ia memeluk Maira. Maira juga tidak mau kalah, ia membalas pelukan Ghea begitu erat melepaskan rindunya yang telah lama tak terobati.

“Lo juga sekolah di sini, Ghe?” tanya Maira begitu melepas pelukannya.

Ya, dia Ghea Ariani. Teman SD Maira dulu. Sejak kelas 1 hingga lulus, mereka bersahabat. Masuk SMP mereka terpisahkan karena sudah beda sekolah. Hal ini yang menjadi alasan mengapa mereka sudah jarang bertemu, ditambah Maira belum punya hape sedangkan Ghea yang belum memiliki akun sosmed yang bisa membuat mereka bertukar kabar. 

“Iya, Ra. Jurusan TKJ. Kelas gua di sini,”

“Waaahhh bisa kebetulan gitu ya. Gua juga di kelas ini” pekik Maira tanpa memperhatikan sekitarnya.

“Ya ampun gua seneng banget. Eh bangku sebelah gua masih kosong. Samaan lagi dong kayak di SD” ajak Ghea seraya menarik lengan Maira menuju bangkunya. Maira yang ditarik juga tidak kalah senang. Sedari tadi senyumnya tak berhenti.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang