38. Karnaval

17 7 0
                                    

.
.
.

Apa suka kamu harus sesulit ini, Ra?” batin Azriel memandang punggung Maira yang kian menjauh.

Azriel terpaku di tempat setelah menghilangnya Maira dari penglihatannya. Azriel belum pernah menyukai seseorang sesakit ini. Dia melihat Maira dengan pandangan yang berbeda. Memang benar, masa lalu Azriel dikenal dengan playboy, tapi untuk Maira, kali ini Azriel serius. Dia sendiri bingung. Dulu, cinta pada pandangan pertama baginya adalah omong kosong. Tapi sekarang dia sudah tahu, kenapa orang-orang percaya cinta pada pandangan pertama. Entah kebaikan apa yang membuat Azriel luluh. Di mata Azriel, Maira adalah gadis sederhana yang mampu membuat semuanya lebih dari sederhana. Memang, kebersamaan keduanya jarang, tapi Azriel hanya memiliki keyakinan pada Maira. Menautkan hatinya hanya untuk Maira.

Tak lama kemudian, muncul dua sejoli Bagas dan Arkan yang membuat Azriel kaget dari lamunannya.

“Woiii pagi-pagi dah ngelamun. Pamaliii weh pamaliiii,” ucap Bagas yang membuat Azriel menoyor kepalanya tanpa pikir panjang.

“Dari pada lo pagi-pagi nyari ribut,” balasnya.

“Sarapan yok,” ajak Arkan.

***

Di kantin ada Maira dan Ghea yang sedang menyantap nasi gorengnya. Tanpa ada pembicaraan, keduanya melahap makanan yang tersaji. Azriel yang melihat nafsu makan Maira yang sudah kembali ikut senang. Kali ini dia tidak ingin mengganggu aktivitas Maira. Melihatnya dari jauh sudah cukup. Apatah lagi jika mengingat kejadian tadi, di mana Maira sangat ketus pada Azriel.

“Mojok yok,” Arkan merangkul kedua sahabatnya.

“Makan apa, Ziel?”

“Terserah dah,”

“Dihhh najis banget masa,” Bagas menatap jijik Azriel.

“Maksud lo?”

“Lo la lo la. Lo tuh. Ditanya mau makan apa ya dijawab yang jelas, bukan terserah. Kek cewe aja lo,” ucapnya dengan raut wajah yang begitu kesal.

“Bacot banget. Tinggal pesenin kayak yang biasanya ribet amat dah,” sarkas Arkan.

“Udah biar gua aja yang mesen. Sekalian pesen piso buat kalian berdua. Masa berantemnya cuma bacot? Pake senjata dong,” lanjutnya.

“Sinting lo,” ucap Azriel dan Bagas bersamaan.

Mendengarnya seisi kantin menatap tiga sejoli dengan heboh.

“Apaan sih?” tanya Ghea penasaran. Ghea bangkit dari duduknya dan melihat sekitar. Dan ternyata sumbernya ada pada tiga orang yang hobi bikin onar. 

“Lah tiga sejoli berulah lagi ternyata,” ucap Ghea menatap malas.

“Kayak gak kenal mereka aja,” timpal Maira.

“Eh, Raa. Makan juga ya?” ucap Bagas basa-basi.

“Engga. Lagi boker nih,” pekik Maira mengundang gelak tawa orang-orang di kantin. Benar, tempat manapun akan ramai jika ada mereka.

“Gabung deh,” ajak Arkan.

“Ga.. gaa” tolak Azriel.

“Tumben. Sakit apa lo?” tanya Bagas.

“Gue cuma gak mau selera makan Maira jadi ilang gara-gara lo berdua,”

“Dihh gituu masa,” ucap Arkan.

“Kebalik kali,” timpal Bagas.

“Terserah loh. Gua gak ikutan,”

“Bener nih? Em... Yaudah sih, ngapain nunggu validasi lo. Mending gua deketin si Ghea aja,” ucap Arkan berlalu.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang