"Makasih, ya, Mas. Tapi lain kali gak perlu kaya gini. Aku terima Mas apa adanya bukan ada apanya." Nesa menerima kalung itu.

Kivant memakaikannya. Sangat indah. Saking senangnya Nesa memeluk tubuh atletis suaminya. Hangat, itu yang Nesa rasakan.

Kivant mengelus lembut rambut Nesa. Dia sangat beruntung memiliki Nesa di hidupnya. Dia ingin menua bersama Nesa tanpa ada hambatan.

"Tetap bersamaku, jangan pernah pergi walau sesaat," ujar Kivant tulus.

"Ya, aku akan tetap bersamamu, menua bersama menyaksikan cicit kita tumbuh dewasa," balas Nesa.

____________

Siang kini berganti malam. Malam ini menjadi malam yang begitu meriah di kediaman Sangose. Begitu banyak makanan dan minuman yang tersaji di meja.

Bukan hanya keluarga besar, tapi teman-teman Nesa dan Kivant semua ada di sini. Anggaplah ini pesta perpisahan untuk mereka.

Jujur Nesa berat meninggalkan tempat kelahirannya. Namun, mau bagaimanapun dia sudah menikah dan harus ikut kemanapun suami melangkah.

"Bro, jangan lupa kalau sudah di sana calling-calling," ujar salah satu rekan bisnis Kivant.

"Tenang saja kalian pasti akan sering gue ribetkan," ujar Kivant dengan sedikit kekehan.

Mereka tertawa. Beginilah Kivant kalau bersama rekan bisnisnya. Akan lebih banyak bercanda mengingat umur mereka yang tidak begitu jauh.

"Istri lo, cantik juga, Van." Galih mengedipkan matanya pada Nesa.

Kivant melihat itu langsung memeluk pinggang Nesa posesif. "Ingat dia milik gue," ujar Kivant dengan angkuhnya.

Teman-temannya hanya tertawa melihat tingkah Kivant begitupun juga Nesa. Malu sekali rasanya.

"Nes, kalau Kivant apa-apain Lo, bilang sama gue biar gue urus surat cerai kalian," ujar lagi yang lain.

Kivant semakin dibuat kesal.

"Siap," ucap Nesa sambil tertawa.

"Kutunggu jandamu, uiuiui!"

Mereka semua tertawa lepas. Emang paling seru menggoda Kivant. Tidak ingin membuat Kivant semakin kesal Nesa membawanya ketaman belakang rumah.

"Tidak usah didengarkan ucapan mereka. Sampai kapan pun aku tetap milikmu," ujar Nesa menenangkan.

Kivant masih cemberut dan itu sangat terlihat lucu.

"Kak Nesa!" Panggil Celli sepupu Kivant.

"Iya Cell, kenapa?" Nesa menunduk menyamakan tingginya dengan Celli.

"Mau main sama Kak Nesa," ucapnya gemas.

Nesa mengangguk dan kemudian larut dalam permainannya bersama Celli. Sedangkan Kivant diam menyaksikan mereka.

'Emang sudah saatnya Nesa punya anak sendiri,' batin Kivant. Dia tersenyum geli.

Pesta malam ini berjalan dengan baik semua tamu menikmatinya.

_______

"Pagi, sayang," sapa Kivant mencium pipi Nesa yang masih tertidur pulas.

Kivant terus mengusik tidur Nesa hingga sang empu terbangun.

"Apa?!" ujar Nesa kesal.

"Bangun sayang sudah pagi."

"Masih ngantuk Mas. Baru juga dua jam tidur." Nesa kembali menarik selimut menenggelamkan seluruh tubuhnya di sana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now