18.

62 11 1
                                    

Happy reading

||

Seperti yang sudah Kaito rencanakan, hari ini ia akan makan malam dengan mama Nesa. Ia akan membicarakan perihal perjodohan Nesa dan Kenant.

Kaito harus bisa mendapatkan persetujuan Rianti--mama Nesa agar rencananya bisa berjalan mulus.

Kaito duduk menanti kedatangan Rianti. Mereka sudah janjian pukul delapan malam di restoran cepat saji.

"Hallo, Jeng maaf lama nunggu," ujar Rianti.

"Tidak lama kok, Jeng. Saya juga baru saja nyampe," ujar Kaito.

"Syukurlah kalau begitu."

Rianti duduk tepat di depan Kaito. Sebelum pembicaraan di mulai mereka memilih untuk memesan makanan dan minuman dulu.

"Gimana kabarnya, Jeng?" tanya Rianti.

"Ya beginilah keadaanku saat ini. Bagaimana denganmu?"

"Seperti yang kamu lihat."

Mereka pun tertawa. Tidak lama pesanan mereka pun datang.

"Oh ya, tumben kamu ngajak saya makan malam?" tanya Rianti, ia memasukan satu suap nasi dalam mulutnya.

Kaito menaruh sedoknya lalu duduk dengan baik di hadapan Rianti.

"Jadi gini, Jeng. Setelah aku perhitungkan dan melihat hubungan Nesa dengan Kenant, saya berencana ingin menjodohkan mereka. Gimana menurut kamu?"

"Saya sih serahkan saja pada anak-anak. Kalau mereka saling mencintai kenapa tidak," ujar Rianti.

"Saya yakin mereka saling mencintai, cuman ya itu mereka masih malu-malu untuk mengungkapkannya. Maka dari itu saya mengambil jalur itu untuk menyatukan mereka," jelas Kaito.

Rianti menatap Kaito, ia bingung harus berbicara apalagi. Di satu sisi ia tidak mau memaksa Nesa menerima perjodohan ini, di sisi lain ia juga tidak enak menolak permintaan Kaito.

Secara Kaito sudah menjadi teman bisnis dan juga sudah ia anggap sebagai keluarga.

"Sebaiknya kita bicarakan ini pada anak-anak. Kalau mereka mau langsung saja kita nikahkan mereka," putus Rianti.

"Itu sudah pasti, tapi saya berharap Nesa menerima perjodohan ini. Saya sangat pengen punya menantu seperti Nesa. Sudah cantik, pintar mandiri pula," ujarnya.

"Ah, kamu bisa aja. Kenant juga baik dan pintar saya juga berharap kalau mereka bisa membina mahligai rumah tangga."

"Kalau sudah sama-sama begini kita harus membujuk mereka agar mau bersama. Lumayan kalau mereka bersatu bisnis kita juga bisa bersatu, iya 'kan?"

Kaito tertawa renyah.

"Iya juga, ya."

Lama berbincang-bincang mereka pun memutuskan untuk pulang. Malam pun sudah semakin larut.

_____

"Hmmm, kok gue udah nggak nerima surat lagi dari Kivant? Apa dia nggak nerima surat dari gue?"

Nesa bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sudah lama ia tidak menerima surat balasan dari Kivant sang sahabat jauh.

Ia sangat merindukan balasan surat itu. Walaupun tidak pernah melihat wajahnya Nesa sudah merasa nyaman sama Kivant.

Ia ingin sekali melihat wajah Kivant yang ia yakini pasti sangat tampan lebih tampan dari seorang pangeran di kisah dongeng.

Nesa kembali menatap langit malam. Sungguh indah. Andai kisah cintanya seindah langit malam, malam ini pasti dia akan sangat senang.

Tetapi itu tidak mungkin semua itu hanya khayalan belakang. Dan nggak mungkin juga ia bisa bertemu dengannya.

Apalagi sekarang ia sudah tidak ada kabar.

Nesa menutup matanya, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

'Bila dia tercipta untukku, maka biarkanlah aku berjumpa dengannya. Aku ingin berjumpa dengannya, sangat.

Tetapi kalau dia tercipta bukan untukku hilangkan lah rasa ini. Aku nggak mau berlarut-larut dalam rasa yang tidak pernah terbalaskan.

Dan ya, aku mohon biarkan dia melihat surat yang ku kirim dan berikan aku satu kesempatan untuk menerima balasan darinya walau hanya sekali,' batin Nesa.

Lama Nesa bergulat dengan pemikirannya, hingga akhirnya lamunan dia di buyarkan oleh benda yang jatuh tepat di pangkuannya.

"Ini apa?" tanya Nesa. Ia mengambil benda itu.

"Kotak? Ini punya siapa, ya kok bisa terlempar di sini?"

Nesa melirik kanan kiri tapi ia 'tak menemukan orang di sekitar sana.

Karena penasaran Nesa pun membuka kotak itu. Kotak itu berisi kertas putih dan sebatang coklat.

"Jangan bersedih kamu tidak pantas bersedih. Angkat kepala pandang ke depan. Jangan biarkan wajah cantikmu tertutupi oleh wajah murungmu itu. Tersenyumlah wahai bidadari malamku."

Begitulah isi kertas itu.

Nesa menaikan satu alisnya, bingung maksud dari tulisan itu dan lagian siapa yang menulis tulisan itu dan apa maksudnya memeberikannya padanya.

Aneh.

Nesa kembali memasukan kertas itu dalam kotaknya dan membuangnya di tempat sampah.

Karena malam semakin larus, Nesa memilih masuk dalam kamarnya bersiap untuk tidur.

"Segitu nggak berharganya kah aku dalam hidupmu, Nes? Sampai-sampai pemberianku kamu buang di tempat sampah."

"Jujur hati ini sakit melihatnya, Nes. Nggak ada kah setitik cinta untukku di hatimu?" ujar seseorang di balik pohon besar di belakang halaman rumah Nesa.

Orang itulah yang melempar kotak itu buat Nesa. Niatnya untuk menghibur Nesa yang terlihat sedih, tapi semua sia-sia setelah melihat apa yang Nesa lakukan pada kotak itu.

"Mimpi indah Bidadari Malamku," gumamnya.

Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now