21.

64 9 1
                                    

Happy reading

||




Malam ini Nesa terlihat sedih. Sungguh bukan ini yang ia mau. Dia tidak mau harus bertunangan dengan sahabatnya.

Nesa suka sama Kivant bukan Kenant. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Semua sudah terlambat menolak pun rasanya tidak mungkin.

Ya, malam ini keluarga Kenant akan datang ke rumah Nesa untuk membicarakan perjodohan Nesa dan Kenant sekaligus bertunangan.

"Nesa, siap-siap sana ini udah malam," ujar Rianti.

"Iya, Ma." Nesa hanya menurut dan berlalu masuk dalam kamar.

Nesa terlihat sangat tidak bersemangat. Hari-harinya terasa hambar setelah mengetahui ia akan di jodohkan dengan sahabatnya.

Selama itu juga ia tidak pernah lagi bertemu Kenant, entahlah ia merasa kecewa sama Kenant.

Nesa pikir Kenant akan menolak perjodohan ini ternyata nggak. Hanya Kenant harapan ia satu-satunya.

Di kediaman Sangose Kenant sudah siap untuk pergi ke rumah Nesa. Segala keperluan yang di perlukan pun sudah siap dalam mobil.

"Kak, Kakak ikut 'kan?" tanya Kenant pada Kivant yang sibuk dengan ponselnya.

"Hmmm." Hanya deheman yang Kivant berikan.

Kenant bersorak gembira lalu memeluk kakaknya itu.

"Aku sayang sama, Kakak."

"Kakak lebih sayang padamu."

Doruk yang melihat ke dua putra nya akut tersenyum senang. Ini lah yang ia harapkan dari dulu.

Dalam hati Kivant hanya bisa berdoa semoga hatinya bisa tegar menyaksikan sang pujaan hati bertunangan dengan adik nya.

Andai waktu bisa di putar Kivant tidak akan pernah datang ke Indonesia. Dia ingin di Jepang saja. Jauh dari kata patah hati yang teramat sangat menyakitkan.

'Hanya ini yang bisa ku lakukan, cinta tidak harus memiliki bukan? Maka dari itu aku rela bila kau harus menjadi milik adik ku sendiri. Walapun, hati ini terluka,' batin Kivant.

Kivant melepas pelukannya lalu menatap Kenant intes.

"Berjanjilah kamu akan membahagiakan Nesa bagaimanapun caranya. Jangan buat dia bersedih," nasihat Kivant.

"Aku janji, Kak nggak akan pernah buat Nesa sedih. Aku suka sama Nesa dari dulu dan aku nggak akan biarin setetes air mata jatuh membasahi pipinya," ujar Kenant yakin.

Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Bisa jadi kamu lah sebab air mata itu jatuh.

Kivant tersenyum mendengarnya. Setidaknya Nesa mendapatkan orang yang tulus mencintai dirinya.

"Kalau begitu kita pergi sekarang biar orang tua Nesa tidak menunggu lama," ujar Kaito.

Malam ini Kaito terlihat sangat anggun dengan dress panjang yang membalut tubuhnya. Rambutnya yang di sanggul ke atas membuat dia terlihat lebih muda.

Mereka pun bergegas masuk dalam mobil menuju rumah Nesa. Kali ini Kivant satu mobil dengan Kenant atas permintaan Kenant.

Pukul sembilan malam Kenant dan rombongan sudah berada di halaman rumah Nesa.

Mobil terparkir dengan rapi di halaman rumah Nesa.

Kenant dan orang tuanya sudah berada dalam rumah. Sedangkan Kivant masih berdiam diri dalam mobil. Ia masih menenangkan hatinya agar tetap terlihat biasa-biasa saja saat sudah berhadapan dengan Nesa.

Dirasa sudah cukup tenang Kivant pun masuk dalam rumah Nesa. Saat masuk pertama yang ia lihat adalah senyum kebahagian yang terbit d bibir kedua keluarga.

Sebahagia itu kah mereka dengan perjodohan ini?

Kivant duduk di samping kanan Kenant. Ia tersenyum simpul saat mama Nesa menatapnya.

Tak ... tak ... tak.

Suara derap langkah terdengar nyaring di ruang tamu. Itu Nesa. Ia baru saja keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka.

Mata Kivant 'tak berkedip menatap Nesa yang begitu cantik malam ini. Bukan hanya Kivant, tapi Kenant pun sama.

Nesa sangat lah cantik.

Saat sudah tiba di hadapan Kenant dan Kivant, Nesa tersenyum lalu duduk di hadapan mereka.

Jujur Nesa gugup plus sedih. Orang yang harus bertunangan dengannya adalah sahabatnya sendiri. Ini tidak pernah ia mimpikan.

Kaito yang diam-diam melirik Kivant tersenyum smirk. Akhirnya rencana yang ia susun berjalan lancar.

Tinggal tunggu saat dimana Kivant hancur, sehancur-hancurnya.

"Apa boleh kita mulai sekarang?" tanya Kaito.

"Kenapa tidak," ujar Rianti.

Berbicara soal papa Nesa, dia sudah lama pergi. Bukan pergi dalam artian meninggal, tapi pergi meninggalkan Nesa dan mama Nesa.

Papa Nesa memilih pergi bersama perempuan lain ketimbang mengurus dan membesarkan Nesa kala itu.

Beliau pergi meninggalkan Nesa sejak Nesa kecil dan saat itu keluarga mereka sedang di ambang ke bangkrutan. Karena frustasi akhirnya ia memilih berselingkuh di belakang Rianti.

Tiga bulan ia berselingkuh akhirnya ketahuan juga oleh Rianti. Bukan meminta maaf ia malah menyalahkan semuanya pada Rianti.

Rianti sangat tidak menyangka semua akan terjadi pada hidupnya dan memilih ikhlas.

Balik ke perjodohan Nesa.

Kenant mengambil tangan Nesa memasangkan cincin di jari manis Nesa. Nesa memejamkan matanya. Bukan ini yang ia inginkan.

Setelah Kenant sekarang giliran Nesa yang memasangkan cincin ke jari Kenant.

Nesa hanya menatap kotak cincin itu.

"Sayang, ayo ambil cincinnya," ujar Rianti.

Nesa menatap Rianti terpancar raut kebahagian di sana dan itu membuat Nesa semakin frustasi.

'Jika ini bisa membuat mama senang akan ku lakukan seperti yang mama inginkan. Aku rela mengorbankan rasa ini demi kebahgian mama,' batin Nesa.

Nesa tersenyum lalu mengambil cincin itu dan memasangkannya ke jari Kenant.

Semua tersenyum senang dan bertepuk tangan atas resminya Nesa dan Kenant sebagai sepasang tunangan. Sekarang tinggal menyusun kapan dan dimana tempat resepsi pernikahan mereka.



Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now