15.

65 9 1
                                    

Happy reading

||

Kivant menatap kotak yang ada di genggamannya. Kotak itu sangat cantik ingin di persembahkan pada orang yang sangat ia cintai.

Tetapi kini semua sudah sirnah. Orang yang ia cintai sudah bersama orang lain dan orang itu 'tak lain dan 'tak bukan adalah adiknya sendiri.

Kivant membuang kotak itu asal, nggak ada lagi kebahagiaan dalam dirinya semua impian yang ia kira akan bahagia sudah musnah.

Ia berjalan dengan perasaan sesak. Pakaiannya pun sudah tidak beraturan.

"Ku pikir aku akan bisa bersamamu, ternyata aku sudah terlambat kau sudah bersama orang lain," gumam Kivant.

Ia mengusap rambutnya gusar. Beginikah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Sakit!

Ya orang yang memperhatikan Nesa dan Kenant adalah Kivant. Setelah berjam-jam akhirnya ia menemukannya, tapi apa yang ia dapat hanya kekecewaan belakang.

Kalau tahu semua akan begini ia tidak akan pergi ke tempat ini.

Sekedar info Kivant tidak mendengar perbincangan Kenant dan Neslia, ia hanya melihat mereka dari kejauhan. Dan ia pikir Nesa dan Kenant baru saja menjalin sebuah hubungan.

Kivant terus berjalan menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh.

Ia sudah tidak peduli lagi dengan dirinya, saat ini yang ia butuhkan adalah ketenangan.

Setelah masuk dalam mobil Kivant menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan beberapa kali ia menabrak pembatas jalan.

"Nes, nama orang yang lo maksud Om-Om itu siapa?" tanya Kenant di sela-sela minumnya.

Saat ini mereka sedang duduk menikmati angin malam yang menerpa wajah mereka di temani pemandangan air pantai yang begitu tenang.

"Kivant Ozberk Sangose," jawab Nesa santai.

Kenant membelakan matanya 'tak percaya. Jadi yang dikatakan mamanya benar.

"Tapi tau nggak, Ken. Gue kaya pernah dengar gitu nama Sangose, tapi sama siapa," ujar Nesa.

Ia meletakan jari telunjuknya pada dagunya memikirkan nama Sangose. Nama itu sangat familiar di telinga Nesa.

'Untung Nesa nggak ingat kalau gue juga keturunan sangose,' batin Kenant.

Nesa tau kalau Kenant keturunan Sangose cuman ia lupa. Gimana nggak mau lupa terakhir ia mendengar nama itu waktu SMA dulu.

"Udah nggak usah di pikirin mending lo minum tuh minuman keburu dingin ntar," ujar Kenant.

Untuk saat ini Kenant belum mau Nesa mengetahui kalau ia dan Kivant itu saudara. Ia akan memberitahu Nesa kalau waktunya sudah tepat.

"Pulang yuk dah malam nih," ajak Kenant.

"Yuk lah, gua dah ngantuk juga."

Nesa meraih tas selempengnya dan berjalan beriringan sama Kenant.

"Kalau ada waktu kita jalan lagi ya kek gini," ujar Nesa.

Ia sangat menikmati momen ini, nggak akan pernah ia lupakan.

"Gue selalu ada waktu tinggal lo nya yang entah ada atau nggak." Kenant membuka pintu mobil untuk Nesa.

Setelah Nesa masuk Kenant memutari mobil dan berlalu masuk ke kursi kemudi.

"Heheheh." Nesa hanya cengengesan.

____

Suara dentuman musik menggema di seluruh penjuru ruangan yang lumayan besar itu. Semua orang berjoget riang dan ada juga yang hanya sedang bermesraan atau bahkan menikmati minumannya.

Terlihat seorang pria sedang meminum minuman dengan sangat rakus. Dia tidak membiarkan semenit pun minuman itu nganggur.

Sudah tiga botol minuman ia habiskan. Namun, belum ada kepuasan juga dalam dirinya.

Hanya satu tujuannya saat ini adalah memuaskan dirinya dengan alkohol. Sudah lama ia 'tak meminum minuman itu.

"Satu lagi!" teriaknya pada bartender di tempat itu.

"Ini gimana, dia udah minum empat botol loh?" tanya bartender itu pada teman seprofesinya.

"Nggak tau," jawabnya.

"Cepat!" teriak orang itu lagi.

Tidak mau celaka akhirnya bartender itu pun mengambilkan satu botol lagi.

"Ada apa ini?" tanya pemilik club itu.

"Itu, Pak ada pelanggan yang minta minuman padahal sudah berbotol-botol ia minum," jelas salah satu bartender.

"Mana?"

Bartender itu menunjuk ke arah seorang pria yang duduk di pojok tempat itu.

"Kivant," gumam orang itu.

Ya, orang itu adalah Kivant. Demi menghilangkan rasa sakitnya ia memilih ke tempat haram itu. Ia tidak peduli dengan jabatannya sebagai seorang CEO yang penting ia bisa menghilangkan rasa sakitnya.

Walaupun hanya sesaat yang penting ia bisa melupakan masalah hari ini.

Pemilik club itu menghampiri Kivant yang sudah mabuk berat. Ia sangat kaget melihat Kivant berada di tempatnya itu. Yang ia tahu Kivant sedang berada di Jepang.

"Kiv, lo kok bisa ada di sini?" tanyanya to the point.

"Siapa, lo?" Kivant menatap orang itu dengan mata memicing bahkan melihat pun Kivant sudah 'tak mampu.

"Ini gue teman lo waktu SMP. Sanjaya," ujarnya.

"Sanjaya ... Sanjaya ... Sanjaya." Kivant seakan memikirkan nama itu, tapi sebelum ia bisa berbicara lagi tubuhnya ambruk di lantai.

Kivant sudah mabuk berat.

Dengan kekuatan penuh Sanjaya memapah tubuh Kivant membawanya ke salah satu kamar di club itu.

Sanjaya adalah teman Kivant waktu SMP. Mereka satu kelas dulu dan sangat dekat. Bahkan saking dekatnya mereka di kira saudara.

Kenapa Sanjaya masih mengingat Kivant setelah sekian lama terpisah? Karena mereka sering bertemu di Jepang karena urusan bisnis.

Sanjaya juga merupakan pebisnis muda yang tidak kalah tampan dari Kivant. Umur yang sangat mudah membuat orang-orang kagum padanya.

Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now