26.

54 7 0
                                    

Happy reading

||

Satu bulan berlalu. Kini hubungan Nesa dan Kivant mulai membaik kesalapahaman yang terjadi sudah teratasi.

Kivant dan Nesa pun semakin dekat yang menimbulkan rasa cemburu di hati Kenant.

Sebenarnya tunangan Nesa itu siapa?

Pertanyaan itu lah yang sering menghantui pikiran Kenant. Dia sendiri bingung kenapa Nesa lebih dekat dengan Kivant sedangkan semua orang tahu kalau dirinya lah tunangan Nesa.

Selama satu bulan ini Nesa selalu tersenyum bahagia saat bersama Kivant. Nesa merasa nyaman di dekat Kivant.

Entahlah dia sendiri bingung mendeskripsikan apa yang ia rasa kan pada Kivant.

"Nesa, hari ini jadi 'kan kita pergi?" tanya Kenant.

Ini sudah kesekian kalinya ia menanyakan hal yang sama.

"Ken, please deh. Lo dari pagi nanya mulu," kesal Nesa.

"Kan ingin memastikan aja, Nes. Gue takut kaya kejadian satu minggu yang lalu," ujar Kenant.

Terekam jelas kejadia satu minggu lalu di pikiran Kenant.

Kejadian di mana ia dan Nesa janjian buat  jalan tapi malah jadi sama Kivant.

Menyakitkan bukan? Saat orang yang kamu sayang jalan sama orang lain.

Nesa terdiam sesaat. Dia memang salah 'tak seharusnya ia berbuat itu bagaimanapun juga Kenant adalah tunangannya semua orang tahu itu.

"Lo tenang aja gue tetap jalan sama sahabatku tersayang ini."

Jleb.

"Jadi selama ini lo masih nganggap gue sahabat?" tanya Kenant yang hanya bisa ia ucapkan dalam hati.

"Kok bengong? Katanya mau pulang bareng." Nesa menarik tangan Kenant agar mau melangkah bersama.

Mereka baru saja menyelesaikan kelas dan sekarang waktunya untuk pulang.

Hal yang membuat api cemburu membara di dada Kenant datang lagi.

Kivant. Ya, orang itu datang menjemput Nesa untuk pulang bersama.

"Sore, Nesa. Sudah kelar kelasnya?" tanya Kivant pada Nesa yang baru saja sampai di parkiran bersama Kenant.

"Udah," jawab Nesa antusias.

Nesa terlihat begitu gembira saat mendapati Kivant berada di parkiran.

"Kalau gitu pulang bareng aja kebetulan kantor juga udah selesai," tawarnya.

Dengan senang hati Nesa menerima ajakan Kivant tanpa memperdulikan Kenant yang sedari tadi mengepalkan tangannya.

Lagi ... lagi-lagi Nesa meninggalkannya.

"Arghh!" teriak Kenant sesudah mobil Kivant melaju hingga hilang dari pandangannya.

Kenant menonjok pembatas parkiran yang menimbulkan luka di jarinya.

"Sampai kapan lo kek gini sama gue, Nes. Nggak sadar kah lo udah nyakitin hati gue? Kalau emang lo suka sama Kak Kivant bilang biar gue yang pergi!"

Masih dengan emosi yang menggebu-gebu Kenant terus menonjok pembatas itu.

Tidak peduli dengan tatapan aneh yang dilontarkan mahasiswa yang melintas di hadapannya.

"Kak, lo udah rebut milik gue sekarang giliran lo yang akan merasakan apa yang gue rasakan," monolognya.

Habis sudah kesabarannya. Mungkin selama ini ia biarkan, tapi kali tidak lagi.

"Lihat saja pembalasan gue."

____

Di sisi lain Nesa dan Kivant tertawa bahagia menikmati indahnya pasar malam.

Bukan pasar malam tapi lebih tepatnya pasar sore. Mereka tidak langsung pulang melainkan mampir ke tempat itu untuk sekadar bersenang-senang.

Bahagia diatas kesedihan orang lain.

Kata pepatah itu cocok untuk menggambarkan apa yang sudah terjadi.

"Kamu mau yang mana?" tanya Kivant.

Saat ini mereka sedang berada di tempat penjual es krim.

"Mmmm ... yang ini aja." Nesa mengambil dua es krim dengan rasa yang berbeda.

"Kalau mau nambah ambil aja, aku nggak akan bangkrut hanya dengan membeli satu tokoh es krim," ujar Kivant terkekeh.

"Nggak ah ini aja udah cukup kok. Lagian nggak boleh makan es krim banyak-banyak ntar flu," ujar Nesa.

"Pintar." Kivant mengacak rambut Nesa gemas.

"Jangan di berantakin," kesal Nesa.

"Maaf, ya." Dengan telaten Kivant merapikan rambut Nesa.

'Kok gue jadi deg-degan ya dekat Kivant? Aaaahh, jantung gue mau copot sumpah,' batin Nesa berteriak.

Nesa menatap wajah tampan Kivant dengan intens. Sangat tampan.

"Kenapa kamu melihat ku seperti itu? Saya tau saya ini tampan nggak ada tandingannya, tapi jangan kamu melihatku seperti itu saya jadi salting," ujar Kivant, dia bertingkah seolah-olah sedang salting.

"Apaan sih, biasa aja tuh," elak Nesa.

"Yah ... kirain saya benaran tampan," lirihnya.

"Kamu kenapa dah, kok nggak kaya biasanya gini?"

Semenjak Nesa dekat dengan Kivant panggilan Bapak di rubah jadi aku-kamu terkecuali di kantor.

"Nggak papa sih," ujar Kivant sambil tertawa.

"Pulang yuk, udah mau sore nih," ajak Nesa.

"Kok buru-buru?"

"Takut di cariin Mama," ujar Nesa memamerkan deretan giginya yang terdapat ginsul di sisi kanannya.

"Cantik," ujar Kivant pelan.

"Hah?"

"Bukan apa-apa. Yok pulang." Kivant berjalan lebih dulu meninggalkan Nesa yang masih mematung.

"Ayok!" teriak Kivant yang sudah jauh di depan sana.

Nesa terbebas dari diamnya lalu berlari menyesuaikan langkahnya dan Kivant.





Tbc_____





Jangan lupa vote dan koment

Cinta Neslia (End)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें