7.

84 18 18
                                    

Happy reading

||

Keesokan harinya Nesa sudah berdiri tepat di depan sebuah rumah yang sangat luas dan megah.

"Hmm besar juga rumahnya," gumamnya.

Nesa berjalan menghampiri pintu masuk rumah itu.

"Ini tidak bisa diterima, seenaknya saja dia main perintah-perintah! Dia pikir dia siapa!" keluh nya.

Nesa masih tidak terima dengan perlakuan Kivant terhadapnya tempo hari.

Dia pikir dia siapa nyuruh-nyuruh Nesa jadi sekretaris pribadinya dan lebih parahnya lagi dia nyuruh Nesa buat kopi.

Hello Nesa bukan OB kali.

Saat jarak pintu dan Nesa sudah dekat tiba-tiba Kivant keluar dari dalam rumah. Spontan Nesa berlari sembunyi dalam bagasi mobil Kivant yang kebetulan tidak tertutup.

"Ini bagasi atau tempat sampah bau banget." Nesa menutup hidungnya rapat-rapat.

Bagaimana tidak bagasi itu sangat bau entah apa isi bagasi itu sampe baunya sangat menyengat.

Setelah siap dengan setelan kemeja putih di lapisi jas hitam yang selalu di pakainya, Kivant pun memasuki mobilnya.

Dia belum sadar kalau ada Nesa yang bersembunyi di bagasi.

Kivant terus melajukan mobilnya, hingga di pertengahan jalan tanpa sadar ekor matanya menangkap sosok yang janggal di balik kaca mobilnya.

Ciiiiiiiittt!

Kivant merem mobilnya dadakan.

"Aw ...." Rintihan itu terdengar dari jok belakang mobil.

Dengan cepat Kivant keluar dari mobil lalu membuka bagasinya.

"Ngapain kamu disitu?" tanya Kivant to the point.

Nesa hanya cengir-cengir kuda.

"Keluar!"

"Iya, ini juga saya mau keluar. Btw bagasi Bapak bau bangke." Setelah mengatakan itu Nesa berlari menjauh dari Kivant.

Tapi baru saja beberapa langkah ia berlari sebuah tempat sampah 'tak sengaja ia tabrak sebab tidak memperhatikan jalan.

"Aduh ... sakit banget lagi," keluh Nesa.

"Hahahahahahahaha." Kivant tertawa terpingkal-pingkal melihat Nesa.

Sungguh kemalangan berpihak pada Nesa hari ini.

Nesa menatap tajam ke arah Kivant. "Apa?!"

"Nggak ada. Lain kali kalau jalan hati-hati jangan mikirin saya mulu." Kivant masuk dalam mobil lalu melajukannya.

"Apa katanya? Memikirkannya? Hei, dia siapa sampai-sampai harus memikirkannya!"

Nesa sudah benar-benar di buat kesal oleh Kivant.

"Awas aja aku akan balas semua ini." Nesa bangkit lalu mengibaskan pakaiannya dan berlalu pergi dari sana.

_____

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Nesa baru saja keluar dari kelasnya. Ya hari ink Nesa ada jadwal kuliah.

"Nesa!" Panggil Kenant dari arah parkiran fakultas Nesa.

"Hai." Nesa melambaikan tangannya. Dia menghampiri Kenant.

"Kemana aja? Kok baru kelihatan. Atau kamu udah lupa ya sama sahabat kamu ini," omel Nesa.

"Hehehehehe. Maaf ya sayang ku akhir-akhir ini aku sibuk ngurus Nenek yang sakit," jelas Kenant.

"Dih, apaan manggil-manggil sayang." Nesa memutar bola matanya malas.

"Emang kamu nggak mau kalau aku panggil sayang?" tanya Kenant penuh harap.

Kenant berharap Nesa menjawab tidak.

"Ogah!" Setelahnya Nesa naik di jok belakang motor Kenant.

"Yuk jalan," ujar Nesa.

Hancur sudah harapan Kenant.

"Langsung pulang atau mampir dulu ke rumah?"

"Pulang aja lah. Capek aku seharian."

"Baiklah tuan putri."

Setelah menstater motornya Kenant pun menancap gas motornya meninggalkan parkiran.

Di pertengahan jalan tiba-tiba motor yang mereka kendarain mogok.

"Ken, kok berhenti? Rumah aku 'kan masih jauh. Masa kamu lupa jarak rumah aku sih," ujar Nesa.

"Nggak lupa kok, Nes. Cuman nih motor kek nya mogok deh," ungkap Kenant.

"Mogok?"

"Hmmm."

"Terus gimana dong?"

"Ya terpaksa kita dorong sampe depan. Soalnya di sini nggak ada bengkel."

'Ya ampun seharian ini perasaan aku sial mulu. Pertama, kejebak dalam bagasi yang baunya minta ampun. Kedua, nabrak tempat sampah dan sekarang ... ahhhh! Menyebalkan!' Teriak Nesa dalam hati.

Dengan terpaksa mereka pun mendorong motor itu. Untung hari sudah sore kalau siang hari bisa-bisa kulit mereka terbakar oleh panasnya terik matahari.

"Masih jauh nggak?" tanya Nesa.

Jujur dia sudah sangat lelah. Entah sudah berapa kilometer mereka mendorong motor itu.

"Itu motornya kenapa, Mbak?" tanya seseorang dari dalam mobil.

Saat ini Nesa sedang duduk di pinggir jalan menunggu Kenant yang pergi membeli minuman.

Nesa mengadahkan kepalanya menatap orang itu.

"Bapak ngapain di sini? Ngikutin saya ya," tuduh Nesa.

"Saya terlalu sibuk hanya untuk ngikutin kamu," ujar orang itu yang 'tak lain adalah Kivant.

"Lalu Anda ngapain di situ, hah?!" kesal Nesa. "Belum puas liat saya sial hari ini," lanjut Nesa.

"Ini jalanan umum kalau kamu lupa. Oh iya, besok kamu mulai kerja di kantor saya. Saya tunggu, kalau kamu terlambat saya tidak akan segan-segan menghukum kamu," jelas Kivant.

"Yah." Nesa hanya memutar bola matanya.

"Dan satu lagi selamat menikmati kesialanmu untuk hari ini dan hari-hari berikutnya." Setelah mengungkapkan itu Kivant pergi meninggalkan Nesa yang wajahnya sudah merah padam menahan amarah.

"Sialan! Om-Om gila! Nggak ada akhlak! Mati aja sono!" teriak Nesa kesal.

Dia sangat-sangat kesal dengan pria yang bernama Kivant Ozberk Sangose itu.

"Ihhhh nyebelin banget sih tuh orang ... kenapa ada manusia senyebelin dia di dunia ini?!"

Nesa melempar halm nya asal.

"Nes, kamu kenapa kok marah-marah gitu?" tanya Kenant yang baru saja kembali dari membeli minuman.

"Pikir aja sendiri!" Nesa menahan taksi dan pergi dari sana.

"Lah, dia kenapa? Kok di sini kesannya aku yang salah ya?" Kenant di buat bingung dengan semua ini.


Tbc___

Jangan lupa tinggalkan jejak🐾🐾

Cinta Neslia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang